4. Permintaan Uang Ditolak Jadi Pemicu
Kapuspen TNI BrigjenTNI Kristomei Sianturi mengatakan, serangan ini diduga dilakukan oleh kelompok OPM pimpinan Elkius Kobak. Para pelaku sebelumnya meminta sejumlah uang kepada para tenaga pengajar.
Namun karena permintaan tersebut tidak dipenuhi, kelompok ini melakukan aksi kekerasan berujung pembunuhan. Para pelaku juga membakar gedung sekolah dan rumah guru, serta menimbulkan ketakutan di masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kristomei menegaskan TNI berkomitmen selalu melindungi masyarakat, terutama tenaga pendidik dan kesehatan yang bertugas di daerah terpencil. TNI telah mengevakuasi guru dan nakes pascaserangan OPM di Distrik Anggruk.
"TNI telah mengerahkan personel untuk mengevakuasi korban, mengamankan wilayah, dan mendukung pemulihan situasi pasca tindakan biadab dan pengecut dari OPM," kata Brigjen Kristomei dalam keterangannya dilansir dari detikNews, Minggu (23/3).
5. Komitmen TNI-Polri Jamin Keamanan
Pangkoops Satgas Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto menegaskan komitmennya dalam mendukung proses evakuasi. Aparat TNI dan Polri bersama-sama menjamin keamanan di wilayah tersebut.
"Satgas Habema hadir sebagai bagian dari upaya negara dalam memastikan setiap warga negara, termasuk tenaga pendidik, dapat hidup dan bekerja dengan aman," ujar Lucky dalam keterangannya.
Hingga saat ini, aparat masih melakukan pencarian terhadap pelaku dan meningkatkan patroli di wilayah rawan guna mencegah kejadian serupa terulang. Lucky mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan segera melaporkan aktivitas mencurigakan demi menjaga keamanan bersama.
"Kami telah mengerahkan personel untuk mengevakuasi jenazah korban, serta mengamankan lokasi agar situasi tetap terkendali," jelasnya.
6. Bupati Yahukimo Syok Guru Dibunuh
Bupati Yahukimo Didimus Yahuli mengaku syok atas ulah KKB yang membunuh seorang guru di Distrik Anggruk. Dia mengaku prihatin dan menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya guru dalam tugas.
"Kami biasa merasakan keamanan dan ketenangan. Namun, kali ini kami semua, termasuk pemerintah, masyarakat, dan gereja, terkejut dan syok atas kejadian ini. Kami merasa hal ini seharusnya tidak terjadi di daerah terpencil seperti ini," tegas Yahuli dalam keterangannya dikutip, Senin (24/3).
Di satu sisi, Yahuli turut membantah isu status guru dan nakes yang bertugas di Distrik Anggruk bukan tenaga baru dan disebut berasal dari TNI dan Polri. Dia menegaskan guru dan nakes yang berada di wilayah itu direkrut melalui proses terbuka sesuai kompetensinya sejak 2021.
"Rekrutmen ini terjadi sejak 2021. Kami ingin memastikan regenerasi guru yang siap menghadapi tantangan global. Kami tidak ingin masa depan daerah ini suram karena keterbatasan kemampuan membaca dan menulis. Ini adalah upaya kami mempersiapkan generasi yang lebih baik," pungkasnya.
(sar/hsr)