6 Fakta Brutalnya KKB di Yahukimo Bunuh Guru gegara Permintaan Uang Ditolak

Papua Pegunungan

6 Fakta Brutalnya KKB di Yahukimo Bunuh Guru gegara Permintaan Uang Ditolak

Tim detikcom - detikSulsel
Selasa, 25 Mar 2025 08:00 WIB
Proses olah TKP penyerangan KKB terhadap guru dan nakes di Yahukimo.
Foto: Proses olah TKP penyerangan KKB terhadap guru dan nakes di Yahukimo. (Dok. Istimewa)
Yahukimo -

Gerombolan anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) membunuh seorang guru di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Aksi brutal KKB tersebut turut mengakibatkan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) mengalami luka-luka.

Aksi brutal KKB atau Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu terjadi di Distrik Anggruk, Yahukimo pada Jumat (21/3) sekitar pukul 17.00 WIT. Para pelaku diduga melakukan penyerangan setelah permintaan uangnya ditolak oleh tenaga pengajar yang bertugas di wilayah tersebut.

"Ini adalah tindakan biadab dan sangat keji. Para guru dan tenaga medis itu bukan militer, mereka adalah pendidik yang mengabdikan diri untuk anak-anak Papua," kata Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz-2025, Brigjen Faizal Ramadhani dalam keterangannya, Minggu (23/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum detikcom, Selasa (26/3), berikut fakta-fakta KKB membunuh guru usai membakar dan merusak fasilitas pendidikan di Yahukimo:

1. 8 Guru dan Nakes Jadi Korban KKB

Sebanyak 8 guru dan nakes dilaporkan menjadi korban akibat aksi KKB tersebut. Guru bernama Rosalia Rerek Sogen meninggal, sedangkan 7 guru dan nakes lainnya luka-luka akibat dianiaya.

ADVERTISEMENT

"Satu di antaranya, atas nama Rosalia Rerek Sogen, meninggal dunia, sementara empat mengalami luka ringan dan tiga lainnya luka berat," ungkap Faizal.

Faizal mengatakan korban meninggal dunia dengan sejumlah luka parah di tubuhnya. Dari hasil identifikasi, ditemukan luka robek di leher, luka tusuk di pinggang, dan patah tulang terbuka di tangan.

"Sementara itu, tujuh korban lainnya mengalami luka berat dan ringan akibat penganiayaan menggunakan senjata tajam," tuturnya.

2. Rumah Guru Dibakar-Sekolah Dirusak

Satgas Damai Cartenz telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) pada Senin (24/3). Dari hasil olah TKP diketahui pelaku yang melakukan penyerangan berjumlah sekitar 15 orang.

"Kelompok pelaku yang berjumlah sekitar 15 orang menyerang guru-guru honorer menggunakan senjata tajam, membakar dua unit rumah dinas guru, merusak tujuh ruang kelas sekolah, serta menganiaya dan membunuh seorang guru," jelas Faizal dalam keterangannya, Senin (24/3).

Faizal mengatakan para pelaku melakukan penyerangan selama dua hari berturut-turut, yakni Jumat (21/3) dan Sabtu (22/3). Aparat turut mengumpulkan barang bukti berupa serpihan kaca, bilah parang dan pisau terbakar, serta sampel material bangunan yang hangus.

"Olah tempat kejadian perkara dilaksanakan untuk membuat terang suatu peristiwa pidana sebagai bagian dari Scientific Crime Investigation, sehingga kami dapat mengumpulkan barang bukti, keterangan saksi di lapangan, untuk dapat mengetahui bagaimana peristiwanya dan siapa pelaku," jelas Faizal.

3. 8 Guru-Nakes Korban KKB Dievakuasi

Sebanyak 8 guru dan nakes yang menjadi korban KKB, baik yang meninggal dunia maupun yang mengalami luka-luka telah dievakuasi ke Jayapura. Korban luka kemudian dirujuk ke RSAD Marthen Indey Kota Jayapura.

Evakuasi melibatkan gabungan TNI di bawah Kogabwilhan, dan Polri di bawah Satgas Operasi Damai Cartenz 2025, juga Polda Papua. Evakuasi dilakukan melalui udara ini pada Minggu (23/3).

Faizal menegaskan kekejaman yang dilakukan KKB merupakan upaya menciptakan ketakutan dan menghambat pembangunan, terutama di sektor pendidikan. Pihaknya memastikan memburu para pelaku penyerangan.

"Tindakan kekerasan ini tidak akan menyurutkan komitmen negara dalam memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan kepada masyarakat Papua, justru menjadi bukti bahwa kekejaman yang dilakukan KKB semakin nyata," jelas Faizal.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

4. Permintaan Uang Ditolak Jadi Pemicu

Kapuspen TNI BrigjenTNI Kristomei Sianturi mengatakan, serangan ini diduga dilakukan oleh kelompok OPM pimpinan Elkius Kobak. Para pelaku sebelumnya meminta sejumlah uang kepada para tenaga pengajar.

Namun karena permintaan tersebut tidak dipenuhi, kelompok ini melakukan aksi kekerasan berujung pembunuhan. Para pelaku juga membakar gedung sekolah dan rumah guru, serta menimbulkan ketakutan di masyarakat.

Kristomei menegaskan TNI berkomitmen selalu melindungi masyarakat, terutama tenaga pendidik dan kesehatan yang bertugas di daerah terpencil. TNI telah mengevakuasi guru dan nakes pascaserangan OPM di Distrik Anggruk.

"TNI telah mengerahkan personel untuk mengevakuasi korban, mengamankan wilayah, dan mendukung pemulihan situasi pasca tindakan biadab dan pengecut dari OPM," kata Brigjen Kristomei dalam keterangannya dilansir dari detikNews, Minggu (23/3).

5. Komitmen TNI-Polri Jamin Keamanan

Pangkoops Satgas Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto menegaskan komitmennya dalam mendukung proses evakuasi. Aparat TNI dan Polri bersama-sama menjamin keamanan di wilayah tersebut.

"Satgas Habema hadir sebagai bagian dari upaya negara dalam memastikan setiap warga negara, termasuk tenaga pendidik, dapat hidup dan bekerja dengan aman," ujar Lucky dalam keterangannya.

Hingga saat ini, aparat masih melakukan pencarian terhadap pelaku dan meningkatkan patroli di wilayah rawan guna mencegah kejadian serupa terulang. Lucky mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan segera melaporkan aktivitas mencurigakan demi menjaga keamanan bersama.

"Kami telah mengerahkan personel untuk mengevakuasi jenazah korban, serta mengamankan lokasi agar situasi tetap terkendali," jelasnya.

6. Bupati Yahukimo Syok Guru Dibunuh

Bupati Yahukimo Didimus Yahuli mengaku syok atas ulah KKB yang membunuh seorang guru di Distrik Anggruk. Dia mengaku prihatin dan menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya guru dalam tugas.

"Kami biasa merasakan keamanan dan ketenangan. Namun, kali ini kami semua, termasuk pemerintah, masyarakat, dan gereja, terkejut dan syok atas kejadian ini. Kami merasa hal ini seharusnya tidak terjadi di daerah terpencil seperti ini," tegas Yahuli dalam keterangannya dikutip, Senin (24/3).

Di satu sisi, Yahuli turut membantah isu status guru dan nakes yang bertugas di Distrik Anggruk bukan tenaga baru dan disebut berasal dari TNI dan Polri. Dia menegaskan guru dan nakes yang berada di wilayah itu direkrut melalui proses terbuka sesuai kompetensinya sejak 2021.

"Rekrutmen ini terjadi sejak 2021. Kami ingin memastikan regenerasi guru yang siap menghadapi tantangan global. Kami tidak ingin masa depan daerah ini suram karena keterbatasan kemampuan membaca dan menulis. Ini adalah upaya kami mempersiapkan generasi yang lebih baik," pungkasnya.


Hide Ads