Oknum TNI dari Yonzipur 20/Pawbili Pelle Alang (PPA), Kota Sorong, Papua Barat Daya, diduga terlibat bentrokan berujung penganiayaan terhadap pria bernama Abner Karet (23) hingga tewas. Keluarga korban lantas meminta oknum TNI tersebut dikenakan denda adat Rp 2 miliar dan tetap diproses hukum.
Permintaan denda adat tersebut disepakati saat proses mediasi di Polres Sorong pada Minggu (16/2) malam. Tuntutan denda adat tertuang dalam surat pernyataan yang ditandatangani pihak keluarga korban sebagai pihak pertama dan Batalyon Zeni Tempur/20 Pawbili Pelle Alang Sorong sebagai pihak kedua.
"Ada penuntutan dari pihak pertama terhadap pihak kedua Batalyon Zeni Tempur/20 Sorong dalam rangka penyelesaian masalah dugaan penganiayaan. Pihak kedua membayar uang denda sebesar Rp 2 miliar dan tetap diproses hukum," kata perwakilan keluarga korban, Nelwan Hara kepada detikcom, Senin (17/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nelwan mengatakan surat pernyataan itu sebagai jaminan untuk menjaga Kamtibmas setelah Abner Karet tewas. Keluarga korban juga meminta agar oknum TNI yang melakukan penganiayaan tetap diproses hukum.
"Pihak keluarga dan Batalyon Zeni Tempur/20 Sorong yang sebagai diduga melakukan tindak kekerasan sehingga menghilangkan nyawa masyarakat Abner Karet ada pernyataan bersama. Ini menjadi dasar sebagai jaminan untuk menjaga Kamtibmas," paparnya.
Selain itu, Batalyon Zipur/20 PPA juga bersedia memberikan uang santunan total Rp 150 juta. Uang santunan itu akan diserahkan kepada pihak keluarga korban secara bertahap.
"Uang santunan sebesar Rp 50 juta sebagai uang santunan atau uang duka sementara sisa Rp 100 juta diserahkan dalam jangka waktu dua hari ke depan, sehingga total uang santunan Rp 150 juta," ungkapnya.
Duduk Perkara Bentrok Oknum TNI-Warga
Kapendam XVIII/Kasuari Kolonel Inf Syawaludin Abuhasan mengatakan pengeroyokan itu terjadi di Jalan Sorong-Klamono Km 17 pada Jumat (14/2) malam. Oknum TNI yang belum diketahui identitasnya itu awalnya datang ke rumah pacarnya.
"Anggota ini saling tatap dengan sekelompok warga di kompleks tersebut yang berlanjut pengeroyokan. Jadi dia dikeroyok duluan," ujar Syawaludin kepada detikcom, Senin (17/2).
Syawaludin menuturkan pacar dan orang tua pacar oknum TNI tersebut turut menjadi korban pengeroyokan. Dia menyebut ketiganya sama-sama terkena pukulan.
"Tidak hanya itu, si pacar dan orang tuanya juga kena pukul," bebernya.
Oknum TNI tersebut kemudian menghubungi rekan-rekannya untuk datang ke lokasi. Tak berselang lama, bentrokan antara anggota TNI dengan warga pun terjadi hingga Abner Karet dilarikan ke rumah sakit.
"Pada akhirnya terjadi keributan lagi antara kelompok anggota Yonzipur dengan warga tersebut. Peristiwa tersebut menimbulkan korban dari pihak warga itu tadi," imbuh Syawaluddin.
Komandan Korem 181 Praja Vira Tama, Brigjen Totok Sutriono mengatakan kasus bentrokan tersebut awalnya sudah diselesaikan dengan damai. Namun Abner Karet meninggal dunia pada Minggu (16/2) di RSUD sehingga memicu warga memblokade jalan.
"Ini anggota lagi pacaran awalnya. Namun untuk lebih jelas masih menunggu prosesnya. Tapi sebenarnya malamnya itu sudah perdamaian dia itu. Udah perdamaian namun korban ini meninggal," kata Totok.
(hsr/hsr)