Sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar terbongkar setelah 14 tahun beroperasi. Perkara ini melibatkan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim (AI) sebagai otak sindikat uang palsu yang diproduksi dalam kampus di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Operasi percetakan dan peredaran uang palsu di UIN Alauddin Makassar tersebut ternyata dimulai sejak 2010. Perkara ini terkuak usai polisi menangkap total 17 pelaku yang sudah ditetapkan sebagai tersangka pada Desember 2024.
"Timeline pembuatan dan peredaran uang palsu ini dimulai dari Juni 2010, udah lama ini. Kemudian lanjut 2011 sampai dengan 2012," kata Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan saat konferensi pers di Mapolres Gowa pada Kamis (19/12/2024).
Yudhiawan menjelaskan, rencana produksi uang palsu itu sempat terhenti. Para pelaku sibuk mempersiapkan perencanaannya dengan matang hingga kembali memulai pada 2022.
"Kemudian Juli 2022 merencanakan lagi pembuatan dan mempelajari lagi. Jadi kalau dilihat dari sekarang, perencanaan pembuatan ini dimulai dari 2022. Kalau 2010 ini masih tahap pengenalan," ungkapnya.
Setelah perencanaan dianggap matang, para pelaku mulai mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk mencetak uang palsu. Produksi uang palsu dimulai Mei 2024.
"Oktober 2022 sudah mulai membeli alat cetak dan pemesanan kertas, kemudian 2024 kemarin bulan Mei sudah mulai produksi," beber Yudhiawan.
Tidak tanggung-tanggung, mesin percetakan uang palsu didatangkan dari China. Kertas dan tinta yang menjadi bahan baku uang palsu juga diimpor dari negeri berjuluk Tirai Bambu tersebut.
"Untuk mesin cetaknya dibelinya di Surabaya, tapi barang dari China, nilainya Rp 600 juta harganya," ungkap Yudhiawan.
Pada Juni 2024, para pelaku yang terlibat mulai aktif bertemu dan berkomunikasi. Rencana peredaran uang palsu dibahas para pelaku yang tergabung dalam grup WhatsApp (WA).
"Juga ada saling bekerja sama di antara mereka juga bagaimana nanti proses pembuatan dan diviralkan melalui grup WA. Jadi ditawar-tawarkan di grup," tuturnya.
Menurut Yudhiawan, ada dua tempat kejadian perkara (TKP) sindikat uang palsu ini. Salah satunya berada di salah satu rumah pelaku di Kota Makassar, dan kedua di gedung perpustakaan UIN Alauddin di Kabupaten Gowa.
"Kalau kita lihat dari TKP, TKP buat cetak upal, jadi di rumah saudara (inisial) ASS, Jalan Sunu 3 Blok N 5 Kota Makassar. Kemudian ada juga di Jalan Yasin Limpo Nomor 36 Sungguminasa," bebernya.
Yudhiawan tidak merinci sosok ASS yang rumahnya juga dijadikan tempat memproduksi uang palsu. ASS yang status hukumnya belum dijelaskan, diduga bekerja sama dengan Andi Ibrahim dengan sosok misterius lainnya berinisial S.
"Peran sentralnya ada di saudara AI, kemudian juga saudara S, kemudian ada juga saudara ASS. Saya sengaja tidak sebutkan (nama lengkap) karena belum memenuhi kekuatan hukum tetap, ini harus singkatan," sebut Yudhiawan.
Kembali ke rencana produksi uang palsu, mesin percetakan uang palsu akhirnya diangkut ke gedung perpustakaan UIN Alauddin Makassar pada September 2024. Mesin itu diangkut atas peran Andi Ibrahim.
"Sekitar bulan September 2024, ini berkomunikasi dengan AI untuk mengangkut peralatan untuk kemudian mulai membuat uang palsu di TKP 2 (gedung perpustakaan UIN Alauddin)," ucapnya.
"Minggu kedua November 2024 ini udah mulai peredaran uang palsu senilai Rp 150 juta, nilai nominal di situ. Kemudian ada juga menyerahkan uang palsu Rp 250 juta," sambung Yudhiawan.
Belakangan, pabrik uang palsu mulai terhenti seiring aktivitas pelaku mulai diusut polisi. Yudhiawan mengatakan pelaku berusaha menutupi perbuatannya.
"Yang terakhir sebelum ditangkap kemarin menyerahkan uang palsu Rp 200 juta dan menyembunyikan aktivitas. Karena mereka sempat tahu kalau polisi melakukan penyelidikan," jelasnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
(sar/hsr)