Babinsa berinisial Sertu AD di Kabupaten Jayapura, Papua, dikeroyok sejumlah warga yang terpengaruh minuman keras (miras) usai ditegur mabuk. Aksi pengeroyokan itu berlanjut ricuh dengan sekelompok massa melakukan pembakaran dan merusak rumah hingga kendaraan.
Peristiwa itu terjadi di Kampung Karya Bumi, Distrik Namblong, Jayapura, Senin (1/1). Saat pengeroyokan terjadi, Sertu AD sempat memberikan perlawanan sehingga salah seorang pelaku pengeroyokan tewas, yang akhirnya memicu terjadinya kerusuhan.
Akibat kericuhan itu, ratusan warga terpaksa mengungsi. Dilaporkan ada 8 rumah, termasuk 1 pos polisi yang dibakar warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirangkum detikcom, Kamis (4/1/2024), berikut 5 fakta warga mabuk mengeroyok Babinsa berujung ricuh di Jayapura:
1. Warga Tak Terima Ditegur Mabuk
Wakil Sementara Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Chandra Kurniawan mengatakan kericuhan bermula ketika Sertu AD hendak pulang ke rumahnya. Namun saat itu Sertu AD diadang sejumlah warga yang dalam pengaruh miras.
Ketika diadang, Sertu AD sempat meminta para warga yang mabuk untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun hal itu justru membuat mereka emosi dan melakukan penyerangan terhadap Sertu AD.
"Sudah diingatkan agar pulang tapi tetap malah menyerang Babinsa ini. Sehingga terjadi pemukulan oleh orang mabuk ini kepada anggota Babinsa yang sedang menggunakan pakaian dinas," ujar Chandra kepada wartawan, Selasa (2/1).
2. Satu Warga Tewas
Sertu AD pun spontan melakukan pembelaan diri saat dikeroyok. Aksi bela diri Sertu AD pun membuat salah seorang pelaku pengeroyokan tewas.
"Kemudian karena terdesak Babinsa dipukul sehingga anggota Babinsa ini membela diri sehingga terjadilah kejadian ini (seorang warga tewas)" terangnya.
Kondisi itu kemudian membuat warga dari kelompok tersebut emosi. Mereka meluapkan kemarahannya dengan membakar rumah Sertu AD dan sebuah pos polisi di kampung tersebut.
"Nah, malah massa yang membakar rumah ada 8 unit rumah dibakar di antaranya rumah Babinsa ini, keluarganya, termasuk pos polisi," imbuhnya.
Dampak kericuhan di halaman selanjutnya.
3. Warga Ricuh Rusak Rumah-Kendaraan
Kapolres Jayapura AKBP Fredrickus WA Maclarimboen, warga juga merusak kantor dan 21 rumah warga. Selain itu, dilaporkan ada 22 mobil dan 41 unit sepeda motor yang turut menjadi sasaran amukan warga.
"Satu unit kantor balai kampung, pasar pagi, 21 unit rumah yang dirusak dan dirampok," ungkap Fredrickus kepada wartawan, Rabu (3/1).
"Satu sepeda motor yang dibakar, 22 unit mobil dirusak, serta 41 unit sepeda motor yang mengalami kerusakan akibat tindakan massa," ujarnya.
Fredrickus mengungkap, data yang diperoleh pihak kepolisian ini merupakan data awal. Saat ini, polisi masih menghitung secara pasti kerugian dari kericuhan tersebut.
"Ini merupakan data awal yang kami datakan, namun tim identifikasi masih terus melakukan pendataan untuk menghitung total kerugian lainnya," terangnya.
4. Warga Mengungsi Capai 685 Orang
Pascakericuhan, sejumlah warga memilih untuk mengungsi ke lokasi yang aman. Total dilaporkan jumlah pengungsi sudah mencapai 685 orang.
"685 orang masih sementara mengungsi sambil menunggu perkembangan situasi," ujar AKBP.
Jumlah pengungsi ini bertambah dari hari sebelumnya, Selasa (2/1), yakni sebanyak 501 orang. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jayapura Jan Willem Rumere mengatakan para pengungsi tersebar di 3 kampung yang berada di Distrik Nimbokrang.
Ketiga lokasi pengungsian terbagi di Kampung Nimbokrang, Kampung Benyom Jaya I, dan Kampung Benyom Jaya II. Mereka diungsikan di permukiman warga.
"Kemudian, masyarakat ini tidak tergabung di satu gedung apa gitu tapi mereka tersebar di masyarakat permukiman yang ada di masing-masing kampung," kata Jan kepada detikcom, Selasa (2/1).
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
5. Polisi Siaga
Fredrickus juga mengungkap bahwa aparat TNI dan Polri bersiaga di kampung tersebut usai kericuhan terjadi. Dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak terpengaruh oleh isu-isu yang tidak benar.
"Tentunya untuk ke depan kami masih menyiagakan personel dan kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu," kata Fredrickus.