Anggota Babinsa berinisial Sertu AD di Kabupaten Jayapura, Papua dikeroyok sejumlah warga yang dalam pengaruh minuman keras (miras). Selain itu, warga juga membakar rumah Sertu AD dan 7 rumah lainnya, termasuk satu pos polisi.
Peristiwa itu terjadi di Kampung Karya Bumi, Distrik Namblong, Kabupaten Jayapura, Papua pada Senin (1/1) pagi. Para pelaku awalnya mengadang Sertu AD yang hendak pulang ke rumahnya.
"Kejadian ini bermula saat anggota Kodim Babinsa ini pulang ke rumah kemudian diadang oleh orang-orang mabuk," ujar Wakil Sementara Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Chandra Kurniawan kepada wartawan di Kota Jayapura, Papua, Selasa (2/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chandra mengatakan, Sertu AD kemudian meminta kelompok warga yang mabuk tersebut pulang ke rumahnya. Namun mereka menolak dan tiba-tiba menyerang prajurit TNI itu.
"Sudah diingatkan agar pulang tapi tetap malah menyerang Babinsa ini," katanya.
Chandra menuturkan, saat itu, Sertu AD masih menggunakan pakaian dinas. Meski demikian, warga yang dalam pengaruh minuman keras tetap melakukan pengeroyokan.
"Sehingga terjadi pemukulan oleh orang mabuk ini kepada anggota Babinsa yang sedang menggunakan pakaian dinas," jelasnya.
Sertu AD yang terdesak akhirnya melakukan pembelaan diri. Perlawanan Sertu AD tersebut membuat salah satu pelaku pengeroyokan tewas.
"Kemudian karena terdesak Babinsa dipukul sehingga anggota Babinsa ini membela diri sehingga terjadilah kejadian ini (seorang warga tewas)" bebernya.
Menurut Chandra, warga lainnya pun marah atas kematian rekannya itu. Warga meluapkan amarahnya dengan membakar rumah dan pos polisi yang berada di kampung tersebut.
"Nah, malah massa yang membakar rumah, ada 8 unit rumah dibakar di antaranya rumah Babinsa ini, keluarganya, termasuk pos polisi," imbuhnya.
Kondisi tersebut membuat situasi di Kampung Karya Bumi memanas. Aparat kemudian turun ke lokasi untuk meredam amarah keluarga korban dan warga.
"Saat ini sudah kondusif diadakan mediasi oleh Danrem dan Dandim dan masyarakat memberikan beberapa tuntutan," kata Chandra.
Chandra menambahkan warga kampung yang marah menyampaikan dua tuntutan. Pertama, menuntut lahan yang digunakan oleh masyarakat transmigrasi diganti oleh pemerintah dan menerima warga kampung yang ingin menjadi prajurit TNI.
"Kedua agar masyarakat sana yang mau masuk TNI bisa diterima menjadi prajurit TNI. Nah ini disampaikan akan dibantu dan difasilitasi," pungkasnya.
(hsr/asm)