Fakta-fakta Pembunuhan Sadis Ayah dan Anak di Maccopa Maros

Tim detikSulsel - detikSulsel
Jumat, 08 Des 2023 09:00 WIB
Foto: Penampakan lokasi kasus pembunuhan ayah dan anak di Maros. Dokumen Istimewa
Maros -

Warga Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) dibuat geger oleh kasus pembunuhan ayah dan anak bernama Makmur (53) dan Abdillah (27) di Maccopa. Pelaku pembunuhan sadis itu masih menjadi misteri.

Pembunuhan terjadi di lantai 2 rumah korban di Jalan Poros Makassar-Maros, Kawasan Maccopa, Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale, Maros, Rabu (6/12). Jasad kedua korban dalam kondisi berlumuran darah saat ditemukan.

Dirangkum detikSulsel, Jumat (8/12/2023), berikut fakta-fakta kasus pembunuhan sadis ayah dan anak di Maccopa, Maros:


1. Dua Putri Korban Jadi Saksi

Dua putri korban, UH (22) dan AN (17) turut menjadi saksi kasus pembunuhan tersebut. Hal ini karena keduanya berada di lantai 3 rumah saat pembunuhan terjadi.

Berdasarkan kesaksian AN, dia awalnya tidur di lantai 3 rumah hingga terbangun karena mendengar suara keributan. AN yang merasa terganggu bergegas keluar kamar.

"Saya tahunya sekitar jam setengah 5, saya terbangun mendengar kerusuhan yang kayak besar sekali," ujar AN saat ditemui detikSulsel di Maros, Rabu (6/12) malam.

AN yang keluar dari kamar dan menemukan kakak perempuannya, UH (22) sedang mengintip ke lantai 2 rumah. AN akhirnya berusaha mendekati UH, namun diminta untuk menjauh.

2. Korban dan Pelaku Sempat Duel

Sementara berdasarkan keterangan dari UH, dia mengintip dari tangga. Di sanalah ia melihat ayah dan kakaknya sedang berduel dengan seorang pria misterius di lantai 2 rumah.

"Sepertinya dua lawan satu," ujar UH saat dimintai keterangan aparat kepolisian.

UH mendeskripsikan pria misterius itu mengenakan baju berwarna hijau. Namun ia meyakini pria itu tidak menyadari sedang diintip.

"Celananya saya tidak tahu," sambung UH.

3. Korban Makmur Minta 2 Putrinya Berlindung

Korban Makmur sendiri turut menyadari kedua putrinya sedang mengintip. Dia lantas menyuruh keduanya untuk segera berlindung.

"(Kakak saya UH) tahan pintu saya kasi jaket warna yang gelap hitam sama abu-abu di sela pintu supaya dikira enggak ada orang atau mungkin masih tidur begitu," kata AN.

AN dan UH kemudian menenangkan diri di kamar sembari berusaha mencari pertolongan. Tak sampai di situ, AN juga bergegas menelepon aparat kepolisian.

"Saya telepon polisi lagi, lalu untungnya diangkat saya melapor ini itu mereka bergerak ke lokasi. Setelah 15 menit suara mulai reda," katanya.

AN dan UH tetap berlindung di dalam kamar kendati tak terdengar lagi keributan di lantai 2. Keduanya baru berani keluar kamar setelah mendengar suara teriakan pamannya yang bernama Udin.

"Jadi setelah mendengar teriakan itu kita berdua sadar kalau pelakunya sudah tidak ada. Jadi langsung turun keluar kamar ke lantai dua," katanya.

Saat tiba di lantai 2, AN dan UH menemukan ayah dan kakaknya dalam kondisi mengenaskan. Hal ini membuat keduanya menjadi syok.

"Mereka sudah berlumuran darah. Setelah itu saya naik sebentar untuk nenangin diri baru beberapa menit kemudian saya turun dan sudah lihat ada polisi. Langit sudah mulai cerah," katanya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.....




(hmw/hmw)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork