Tiga belas warga Subang, Jawa Barat, tewas dalam waktu berdekatan usai menenggak minuman keras (miras) oplosan. Kini penjual miras oplosan pemicu petaka tersebut ditangkap.
Dilansir dari detikJabar, insiden maut ini bermula saat 14 warga berpesta miras di sebuah kios miras yang berada di wilayah Bunihayu, Jalancagak. Ke-14 warga tersebut baru saja menghadiri pesta pernikahan di Subang.
Dirangkum dari detikJabar, Selasa (31/10/2023), berikut fakta-fakta petaka pesta miras oplosan tewaskan 13 orang di Subang:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Tewaskan 13 Orang
Kasat Reskrim Polres Subang Iptu Herman mengungkap saat ini total warga yang tewas akibat menenggak miras oplosan mencapai 13 orang. Korban terakhir bernama Arif (24) meninggal dini hari tadi.
"Untuk update hari ini dan dari kemarin jumlah korban di angka 13 orang. Mudah-mudahan tidak bertambah lagi," ujar Iptu Herman, Selasa (31/10/2023).
Adapun dua belas warga lainnya yang tewas yaitu M Budiman, Luthfi Gumilar (21), Mulyana (37), Ayi Robiyanto (35), Heri Sutisna (31), Dadang (22), Mega Mulyana (30) Cahya (42) dan seorang perempuan Tella Tania (28). Sedangkan 2 orang lagi tewas dalam perjalanan ke rumah sakit berinisial RN (16) dan perempuan lain bernama Mirda Romanda (24) yang memilih pulang paksa dari RS.
2. Penjual Miras Nyaris Dihakimi Massa
Kapolres Subang menyebut penjual miras di Jalancagak, Subang, sempat hendak dihakimi massa. Hal tersebut lantaran belasan warga tewas akibat miras oplosan yang mereka jual. Alhasil, penjual miras oplosan tersebut melarikan diri.
"Pelakunya melarikan diri karena tadi malam itu hampir atau sempat diserang oleh warga kios tersebut. Tapi dengan cepat kita dari Polres Subang berhasil amankan keluarga dari pengoplos," ujar Kapolres Subang AKBP Ariek Indra Sentanu di Subang.
Simak fakta-fakta lainnya di halaman berikutnya
3. Penjual Miras Oplosan Ditangkap
Kapolres Subang AKBP Ariek Indra Sentanu mengatakan pihaknya kemudian turun tangan menangkap dalang di balik tewasnya warga. Mereka adalah penjual miras oplosan maut tersebut.
"Sudah kami tangkap untuk penjual mirasnya tadi di wilayah Setiabudhi, Bandung," jelas Ariek, Senin (30/10).
"Alhamdulillah berkat dukungan dan doa rekan-rekan, dari satu kali 24 jam tim kami bisa mengamankan dua orang tersangka yang diamankan di daerah Bandung Barat," sambungnya
4. Pengoplosan Miras Terjadi Sejak Maret 2023
Diketahui pedagang miras oplosan tersebut merupakan pasangan suami istri berinisial NN (59) dan RH (43) asal Desa Sarireja, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Kedua tersangka mengaku telah mengoplos miras dengan melebihi dosis batas normal.
Usai dilakukan pemeriksaan diketahui kedua tersangka telah melakukan aksi pengoplosan miras sejak Maret 2023. Polisi telah mengamankan barang bukti yang diduga kuat untuk mengoplos minuman keras.
"Kedua pelaku berhasil diamankan di Hotel Amaris Setiabudi Bandung, pelaku mengakui jika telah melakukan pengoplosan miras di luar dosis yang telah ditentukan," ujar Ariek.
"Kemudian, terkait dari dua tersangka tersebut berdasarkan alat bukti dan barang bukti serta keterangan saksi yang kami kumpulkan, baik di TKP maupun kios tempat pengoplosan dua orang tersebut sudah cukup untuk kami naikkan ke status tersangka," sambungnya.
Adapun sejumlah barang bukti yang diamankan seperti 14 dus berisi botol kosong, satu plastik sodium sudah terbuka, tiga dirigen berisi ciu, dua pasang sarung tangan, dan enam dus minuman berbagai merk. Ada juga satu kantong plastik segel botol, dua bal botol plastik kosong, dua botol berisi minuman berwarna kuning, serta 15 bungkus serbuk penambah stamina.
5. Efek Miras Sempat Bikin Tangan Korban Keras Sebelum Tewas
Kepala Desa Tenjolaya, Anto menyebut salah satu warganya menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi miras maut di Subang. Dia menyebut tangan korban sempat mengeras atau kaku.
"Kalau minumnya kita nggak tahu, mereka mabuk kita nggak tahu situasinya. Cuman tangan di rumah tuh keras. Nggak tahu awalnya cuman tangannya itu keras terus langsung dibawa ke rumah sakit seperti itu," ujar Anto di Subang, Senin (30/10).
Selain itu dia menyebut pihak aparat desa serta keluarga menolak korban untuk dilakukan autopsi oleh pihak kepolisian.
"Mau di autopsi cuman saya tanggung jawab soalnya saya selaku Kepala Desa dibawa pulang. Dari desa saya cuman satu orang. Ini korban orang nggak punya, orang tuanya juga cuman nyari rumput ya mungkin mau beli minuman-minuman nggak ada orang," katanya.
"Tapi polisi ngotot minta autopsi cuman saya nggak mau, saya urusannya sama massa soalnya, membela warga," sambungnya.