Jejak Kasus Pembunuhan Pasutri di Mamasa Belum Terungkap Sejak Tahun Lalu

Sulawesi Barat

Jejak Kasus Pembunuhan Pasutri di Mamasa Belum Terungkap Sejak Tahun Lalu

Abdy Febriady - detikSulsel
Rabu, 09 Agu 2023 07:10 WIB
Jenazah pasutri di Mamasa, Sulbar, dievakuasi.
Foto: Jenazah pasutri di Mamasa, Sulbar, dievakuasi. (Abdy Febriady/detikcom)
Mamasa -

Kasus pembunuhan pasangan suami istri bernama Porepadang (54) dan Sabriani (50) di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), setahun lalu kembali hangat dibicarakan warga setempat. Pasalnya, polisi belum mampu mengungkap pelaku pembunuhan.

Lantas, bagaimana jejak kasus pembunuhan pasutri di Mamasa itu?

Porepadang dan istrinya, Sabriani awalnya ditemukan tewas di dalam rumahnya, Kelurahan Aralle, Kecamatan Aralle, Mamasa, Minggu (7/8/2022) pagi. Tak hanya keduanya, seorang anak korban juga ditemukan kritis sehingga dilarikan ke rumah sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Betul, suami istri yang meninggal," kata Kapolres Mamasa, AKBP Harry Andreas kepada wartawan, Minggu (7/8/2022).

Harry menyebut korban ditemukan tergeletak tidak bernyawa di bagian belakang dalam rumahnya. Sejumlah material kayu juga ditemukan di dekat jenazah korban.

ADVERTISEMENT

"Korban ditemukan di rumah bagian belakang, yang ditambah pakai kayu dan lain-lain," ungkap Harry.

Kasus ini terungkap setelah anak pertama korban bernama Amanda (20) meminta pertolongan kepada warga yang tengah melintas. Warga bernama Salomina kemudian menghampiri pasutri malang tersebut.

"Pas saya lewat di jalanan, na panggil ka' anaknya (Amanda) untuk lihat bapaknya apa sudah mati atau bagaimana," ujar Salomina kepada wartawan, Minggu (7/8).

Menurut Salomina, pasutri Porepadang dan Sabriani ditemukan dalam kondisi berbaring. Hal serupa juga terjadi dengan anak korban bernama Marvel (14).

"Saya langsung lari masuk menangis, sampai di dalam saya dapat telentang di dalam tiga orang, yang mamanya miring, suaminya telentang, lalu itu anaknya kecil di bagian bawah," terang Salomina.

Kondisi Korban Bersimbah Darah

Masih dari kesaksian Salomina, pasutri ditemukan dalam kondisi bersimbah darah. Pasalnya para korban mengalami luka kepala, mulut dan hidung.

"Suami istri penuh darah, dari hidung dari mulut, ada juga di sini (luka bagian kepala) tapi tidak terlalu jelas karena na jepit kepalanya, cuman keluar darah," ujar Salomina.

Sementara anak korban yang bernama Marvel juga ditemukan dalam kondisi berlumuran darah. Remaja itu bahkan tidak sadarkan diri.

"Anaknya keluar darah dari hidung, dari mulut, tapi tidak sadar juga, nanti kugoyang-goyang baru ada goyang sedikit," terang Salomina.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Polisi Duga Korban Dibunuh

Polisi mengatakan pasutri itu patut diduga tewas karena pembunuhan. Pasalnya ada luka akibat penganiayaan di kepala di kedua korban.

"Kalau penyebab kematian karena adanya penganiayaan di bagian kepala," kata Kapolres Mamasa AKBP Harry Andreas kepada wartawan, Senin (8/8/2022).

Namun Harry saat itu mengaku belum bisa menyimpulkan jenis alat yang dipakai pelaku menganiaya kedua korban hingga tewas. Penyidik saat itu juga mengaku menunggu hasil visum.

"Kami masih mempelajari itu, belum dipastikan, karena harus ada hasil visum et repertum," terangnya.

Anak Korban Jadi Saksi Kunci

AKBP Harry saat itu menuturkan bahwa sejumlah saksi sudah dimintai keterangan. Hanya saja pihaknya enggan menyebutkan terkait siapa dan berapa orang yang sudah diperiksa.

"Masih berjalan, kita masih belum bisa sampaikan berapa orang, dan siapa saja yang diperiksa, dari kemarin sampai pagi ini masih berjalan pemeriksaan," tutur Harry.

Namun Harry menuturkan bahwa anak korban yang bernama Marvel diharapkan bisa menjadi saksi kunci untuk mengungkap kasus ini. Pihaknya berharap keterangan yang diperoleh dari sejumlah saksi bisa mempercepat upaya polisi mengungkap kasus pembunuhan .

"Kita mencari informasi dari mereka untuk membuat titik terang penyelidikan, sehingga bisa mengungkap kasus secara cepat," sebut Harry.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Warga Sempat Geruduk Polsek

Sejumlah warga juga sempat mendatangi Polsek Aralle pada Jumat (12/8/2022). Mereka mendesak polisi segera mengungkap kasus pembunuhan Porepadang dan Sabriani.

"Maksud kedatangan kami untuk melakukan koordinasi dengan penyidik, untuk mempertanyakan progres dan juga untuk membantu keluarga dalam hal yang berkaitan dengan apa yang diketahui keluarga dalam hal pengungkapan," kata Rustam Tibonga, kuasa hukum yang ditunjuk keluarga korban kepada wartawan, Jumat (12/8/2022).

Ratusan warga saat itu melakukan long march sejauh 500 meter, dari rumah duka tempat almarhum disemayamkan menuju Polsek Aralle. Pihak keluarga dan tim kuasa hukum almarhum kemudian melakukan pertemuan dengan Kapolres Mamasa AKBP Harry Andreas.

Rustam saat itu mengaku pihaknya akan tetap menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini ke pihak kepolisian. Dia mengaku pihaknya hanya perlu kepastian hasil penanganan perkara.

"Keterangan dari penyidik bahwa intinya mereka bekerja secara maksimal, Pak Kapolres sendiri sudah berupaya membuka pos di sini dan hampir tiap hari berkantor di Polsek Aralle, karena usaha semaksimal mungkin untuk ungkap perkara ini dan ini kami memberikan dukungan yang sangat maksimal," imbuhnya.

Warga Sempat Demo

Sebulan sejak warga menggeruduk Polsek Aralle, warga kembali mengatensi kasus pembunuhan Porepadang dan Sabriani. Warga saat itu menggelar unjuk rasa di depan kediaman almarhum, Selasa (6/9/2022).

Warga saat itu membakar ban dan membentangkan spanduk tuntutan. Massa aksi juga memblokade jalan nasional yang menghubungkan Mamuju dengan Mamasa.

"Untuk itu kami mohon kepada Bapak Presiden dan Kapolri, untuk membantu Kapolda (Sulbar), menemukan pelaku, jangan biarkan pelaku berkeliaran karena mengancam kehidupan masyarakat lebih luas, jika masalah ini tidak segera teratasi," ujar salah satu keluarga almarhum, Darius Toding saat menyampaikan pernyataan sikapnya, Selasa (6/9/2022).

Harapan serupa juga disampaikan anak kedua almarhum bernama Amanda. Dia menuntut keadilan atas perbuatan sadis yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya.

"Bapak-bapak yang terhormat, kami mohon dengan sangat bantuannya, agar kasus ini diusut tuntas sampai ke akar-akarnya, kami butuh keadilan, keadilan bagi kedua orang tua kami, jadi sekali lagi kami mohon bantuannya, untuk keadilan bagi orang tua kami," tutur Amanda.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Warga Peringati Setahun Meninggalnya Pasutri

Setelah setahun berlalu, kasus pembunuhan Porepadang dan Sabriani tak kunjung terungkap. Warga pun menyalakan lilin dan mengibarkan bendera hitam sebagai simbol keprihatinan.

"Ini memperingati satu tahun meninggalnya pasangan suami istri (Porepadang dan Sabriani)," ujar keluarga almarhum, Atuwo kepada wartawan, Selasa (8/8/2023).

Aksi itu berlangsung di depan rumah kedua almarhum di Kelurahan Aralle, Selasa (8/8) pagi. Aksi ini diikuti kerabat, warga setempat serta siswa-siswi almarhum Porepadang yang semasa hidup pernah menjabat sebagai kepala sekolah SMAN 2 Buntu Malangka.

Dalam aksinya warga menyalakan sedikitnya 365 lilin. Ini merupakan simbol keprihatinan atas penegakan hukum terhadap kedua korban karena sampai saat ini pelaku pembunuhan belum terungkap.

"Ini penyalaan lilin keprihatinan tentang penegakan hukum yang dilakukan pihak kepolisian terhadap pasutri Aralle," ungkap Atuwo.

Warga juga melanjutkan aksinya dengan mengibarkan bendera hitam. Mereka menganggap penegakan hukum di Mamasa telah mati.

"Ini secara logika berpikir kami masyarakat awam, tidak masuk akal dengan teknologi kemajuan yang kita sudah perlihatkan, kemampuan Polri yang didukung teknologi, kami keluarga tidak masuk akal kalau kasus ini tidak bisa diungkap," katanya.

Polda Sulbar Respons Protes Warga

Polda Sulbar menanggapi aksi warga menuntut pengungkapan kasus pembunuhan Porepadang dan Sabriani yang sudah setahun belum terungkap. Polisi menyebut masih belum memiliki alat bukti yang cukup untuk menetapkan tersangka.

Polisi telah memeriksa sedikitnya 80 saksi untuk mengungkap kasus pembunuhan ini. Namun sayang, dari keterangan seluruh saksi belum mengarah ke salah satu tersangka.

"Kendalanya itu tadi, alat bukti belum memenuhi, seperti saksi misalnya. Saksi kunci yah, ada si anaknya itu, dalam keterangannya juga berubah-ubah, juga tidak mengarah ke tersangka utama juga. Ada lebih 80 saksi yang telah diperiksa," ujar Kabid Humas Polda Sulbar Kombes Syamsu Ridwan saat dikonfirmasi, Selasa (8/8/2023).

Lebih lanjut Syamsu mengatakan pihak kepolisian telah mengerahkan seluruh potensi untuk mengungkap kasus pembunuhan ini. Bahkan Polda Sulbar juga meminta bantuan Bareskrim Polri hingga Polda Sulsel.

"Dalam proses mengungkap kasus ini Polda Sulbar sudah minta bantuan Bareskrim, terus minta bantuan juga ke Polda Sulsel. Kita juga telah mengerahkan semua kemampuan, peralatan, di Dokkes juga kita libatkan, kaitannya dengan cek darah dan DNA di TKP," bebernya.

Syamsu menegaskan polisi tidak akan berhenti melakukan penyelidikan hingga kasus pembunuhan ini terungkap. Dia berharap warga membantu polisi dengan cara memberi informasi.

"Kalau ada masyarakat yang menduga, mencurigai, memiliki informasi terkait masalah ini tolong segera menginformasikan ke Polda. Polisi tidak akan berhenti (menyelidiki) sampai kasus terungkap," pungkasnya.

Halaman 2 dari 4
(hmw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads