Kuasa hukum keluarga Bripda IDF atau ID, Jelani Christ menyebut pihak keluarga akan membuat laporan sendiri terkait kasus polisi tembak polisi di Rusun Polri, Cikeas, Bogor. Laporan tersebut terkait kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dalam kasus tewasnya Bripda ID.
"Jadi kami lagi kumpulkan data, mungkin saya balik ke Jakarta hari Rabu atau Kamis, setelah itu nanti kami ambil tindakan hukum membuat laporan ke Mabes Polri," ujar Jelani Christo kepada detikcom, Minggu (30/7/2023).
Jelani mengatakan, pihak keluarga Bripda ID meragukan adanya keterangan kelalaian dalam kasus ini. Terutama terkait senjata pelaku yang disebut meletus secara tidak sengaja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Senjata itu tidak mungkin meletus begitu saja ketika tidak dikokang (pelatuk tak ditarik)," terangnya.
Selain itu, Jelani juga menyebut jika pernyataan para pelaku masih kerap berubah-ubah. Laporan ini juga sekaligus mendalami alasan awal yang diterima keluarga bahwa Bripda ID mengalami sakit keras, bukan tertembak.
"Kami sangat meragukan keterangan pelaku yang berubah-ubah. Kemudian korban ini bukan kematian karena sakit keras dan kecelakaan," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, ayah Bripda ID, Y Pandi menyebut ada kejanggalan dalam kasus kematian putranya setelah tertembak oleh sesama polisi. Y Pandi menilai letusan senjata yang mengenai leher hingga ke telinga kanan anaknya tidak wajar.
"Tapi menurut logika kami letusan senjata itu sepertinya tidak mungkin bagi kami dari bawah kok bisa sampai atas mengenai batang leher ke telinga sebelah kanan," kata Y Pandi, Kamis (27/7).
Dia pun menuturkan anaknya sempat terlibat cekcok dengan 3 seniornya sebelum tewas tertembak di Rusun Polri Cikeas, Bogor, Minggu (23/7). Bripda ID saat itu didatangi 3 seniornya yang diduga dalam kondisi mabuk.
"Anak kami ini didatangi oleh 3 seniornya, datang ke place-nya anak kami ini dengan kondisi sepertinya sudah minum atau mabuk sehingga terjadi cekcok antara mereka dengan anak kami," ungkap Y Pandi.
(asm/sar)