Dugaan pencabulan terjadi di Ponpes ZU di Kecamatan Tapango, Polman pada Sabtu (24/6) malam. Pendamping hukum santri, Dwi Bintang Fajar mengatakan korban awalnya hendak ke kantin bareng sepupunya namun dia dicegat oleh ZU.
"Pertama korban katanya diajak ngobrol biasa, tanyakan kehidupan pribadi, lalu korban dikasih uang Rp 100 ribu katanya untuk jajan. Setelah itu korban diminta untuk memijat betis dan paha oknum pelaku," beber Dwi kepada wartawan, Sabtu (8/9).
Saat itulah terduga pelaku melakukan pencabulannya dan korban tak dapat menolak permintaan ZU. Menurut Dwi, korban mengaku merasa terhipnotis.
"Pengakuan si anak tidak bisa menolak permintaan ustaznya seperti dihipnotis," jelasnya.
Korban juga merasa linglung setelah balik ke asramanya. Korban baru tersadar setelah bertemu dengan sepupu dan santri lainnya.
"Si korban menangis lalu menceritakan kepada sepupunya terkait apa yang dialami, paginya korban lalu kabur meninggalkan ponpes," jelasnya.
Polisi Diminta Segera Usut
Kasus dugaan pencabulan ini juga tengah disoroti oleh aktivis peduli anak. Polisi pun diminta agar segera mengungkap kasus ini.
"Masalah ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, polisi harus secepatnya melakukan penanganan, agar tidak ada lagi kasus seperti ini," kata aktivis peduli anak yang tergabung dalam Lentera Perempuan Mandar, Retno Dwi Utami kepada wartawan, Minggu (9/7).
Retno juga meminta polisi bersama dinas terkait menyelidiki kemungkinan adanya santri lain yang turut menjadi korban pencabulan ZU. Praktik pencabulan ZU terhadap santrinya diduga telah berlangsung lama.
"Polisi jangan berhenti pada aduan satu korban saja, karena kabarnya praktik pencabulan oknum ustaz itu terhadap santrinya telah berlangsung lama, dan kabarnya ada beberapa korban, namun mereka tidak berani melaporkan hal tersebut," ungkapnya.
Korban Kini Trauma
Dugan pencabulan tersebut membuat korban trauma. Korban disebut syok dan ketakutan.
"Dia syok, biasa kayak ketakutan kalau dengar itu namanya ponpes, apalagi kalau dengar namanya itu ustaz (terduga pelaku pencabulan)," kata paman korban, Nasrul kepada wartawan, Sabtu (8/7).
Nasrul mengaku pihaknya awalnya tidak mempercayai cerita yang disampaikan keponakannya itu. Pasalnya, ZU memiliki citra baik di masyarakat.
"Kita juga sempat ragu, karena kita tahu ini ZU sudah terkenal, namanya itu ustadz bagus karena suka menolong, jadi kita ragu. Jangan sampai kita dibaliki apalagi kita ini orang bodoh," tuturnya.
Namun keraguannya itu berubah menjadi keyakinan sejak SU terus menangis ketakutan saat menceritakan peristiwa yang dialaminya. SU juga meminta sang paman segera menjemput kerabatnya yang juga menuntut ilmu di ponpes itu.
"Kita baru yakin karena ini anak terus-terus menangis saat menceritakan peristiwa yang dialaminya, dia kayak ketakutan. Dia juga meminta agar sepupunya yang lain segera dijemput, dipulangkan dari pondok pesantren," terangnya.
Menurut Nasrul, tindak pencabulan itu terjadi saat SU baru sepekan menuntut ilmu agama di ponpes tersebut.
"Dia (SU) belum lama di sana, baru sekitar seminggu langsung ada kejadian begitu (pencabulan)" tambah Nasrul.
(hmw/nvl)