Keluarga Mahasiswa Unhas yang Tewas Saat Diksar Mapala Tagih Hasil Autopsi

Keluarga Mahasiswa Unhas yang Tewas Saat Diksar Mapala Tagih Hasil Autopsi

Reinhard Soplantila - detikSulsel
Sabtu, 11 Mar 2023 15:32 WIB
Virendy Marjefy (19), mahasiswa Fakultas Teknik Unhas yang meninggal saat ikut diksar Mapala.
Foto: Virendy Marjefy (19), mahasiswa Fakultas Teknik Unhas yang meninggal saat ikut diksar Mapala. (Reinhard Soplantila/detikSulsel)
Makassar -

Keluarga Virendy Marjefy (19), mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) yang tewas saat diksar Mapala menagih hasil autopsi yang sudah dilakukan polisi. Pihak keluarga ingin memastikan sendiri penyebab kematian Virendy.

"Kan kita baru dapat di media bahwa Kanit Tipidum Polres Maros mengatakan sudah ada hasil autopsi, tapi sampai detik ini kami dari keluarga belum diberikan tembusannya. Kan sesuai undang-undang kesehatan menyatakan bahwa keluarga berhak mendapatkan salinan hasil autopsi," ujar ayah Virendy, James Wehantouw kepada detikSulsel, Sabtu (11/3/2023).

Pihak keluarga berharap dari Polres Maros untuk segera memberikan hasil autopsi Virendy Marjefy. Pasalnya mereka ingin mengetahui penyebab pasti meninggalnya korban.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

James juga meminta kepada pihak kepolisian untuk menjelaskan terkait beberapa luka memar yang terdapat di tubuh anaknya. Pasalnya jika disebutkan terkait dengan pendarahan pada jantung, hal itu diduga bisa diakibatkan adanya indikasi luka kekerasan.

"Kalau cuma bicara lisan susah kita mau tanggapi, kalau kita mau tanggapi kalau dia bilang hanya ada unsur kelalaian terus unsur kekerasannya tolong dijelaskan. Memar itu apa, semua apa, kalau dia bilang karena kegagalan sirkulasi darah itu juga bisa akibat luka hingga darah tidak mengalir," sebut James.

ADVERTISEMENT

Pihaknya mengaku masih mempertanyakan penyebab kematian anaknya. James meminta penjelasan polisi jika kematian anaknya diduga karena kelalaian pihak panitia diksar Mapala.

"Makanya kita tunggu hasil autopsi tembusannya ke keluarga nanti, kan dia bilang dokter ahli yang ceritakan. Tapi sekarang karena dia bilang unsur kelalaian tentu ada penyebabnya ada benturan ada kekerasan yang menyebabkan terjadinya penyumbatan," jelasnya.

Sebelumnya, polisi memastikan ada unsur pidana di balik kematian Virendy. Pidana yang dimaksud adanya unsur kelalaian panitia saat diksar berlangsung.

"Kalau kami gambarkan, ada kelalaian dari ini (pihak panitia) sehingga menyebabkan kematian, meninggal dunianya si korban," ujar Kanit Pidum Satreskrim Polres Maros Ipda Wawan Hartawan kepada detikSulsel, Jumat (10/3).

Wawan juga mengatakan hasil autopsi korban mengungkap korban meninggal usai mengalami pendarahan pada jantungnya. Selain itu ada penyumbatan aliran darah ke jantung korban.

"Kalau hasil autopsinya itu meninggal dunianya karena adanya pendarahan di jantung itu," tambahnya.

Wawan juga mengungkap korban menderita sejumlah luka. Namun polisi belum menjelaskan lebih jauh apakah luka-luka itu diakibatkan kekerasan saat Diksar Mapala atau karena faktor lainnya.

"Yang kedua terdapat beberapa luka-luka. Ada lecet-lecet mungkin di ini, di bagian-bagian kakinya kemudian ada di pahanya, di punggung belakang juga ada, di kepala ada," kata Wawan.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Mapala Teknik Unhas Bantah Ada Kekerasan

Sebelumnya, Ketua Mapala Fakultas Teknik Unhas Ibrahim membantah dugaan kekerasan di kasus Virendy Marjefy. Dia menegaskan diksar merupakan bentuk pendidikan sehingga tidak ada kekerasan.

"Yang pertama ini kegiatan pendidikan dasar ini kita bukan kali pertama kita lakukan ini sudah 27 kali sampai yang kemarin dan dari kami sangat terpukul dengan kondisi kemarin kondisinya itu bukan kita yang minta tidak diinginkan oleh siapapun," ujar Ibrahim kepada wartawan, Minggu (15/1) malam.

Ibrahim menjamin tidak terjadi kontak fisik saat proses diksar itu berlangsung di Maros, sejak hari Senin hingga hari Jumat. Mereka hanya melakukan pembinaan sebelum Diksar itu berlangsung dengan membekali persiapan materi maupun latihan.

"Kalau dari pihak panitia tidak ada sama sekali kekerasan kontak fisik yang ada kita hanya melatih fisiknya untuk bagaimana dia caranya bisa disiplin dan lain-lain. Ini sebelum perjalanan kan ada persiapan mulai dari jogging, bina materi, latihan simulasi renang dan lain-lain," jelas Ibrahim.



Simak Video "Video Viral Dokter RS Unhas Makassar Disebut Tolak Pasien Masuk IGD, Ini Faktanya"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads