Kasus kematian Virendy Marjefy (19) saat mengikuti Diksar Mapala Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar memasuki babak baru usai polisi menerima hasil autopsi korban. Polisi pun mengungkap peristiwa pidana di balik kematian korban.
"Kalau hasil penyelidikan kami, ditemukan adanya peristiwa pidana," ujar Kanit Pidum Satreskrim Polres Maros Ipda Wawan Hartawan kepada detikSulsel, Jumat (10/3/2023).
Ipda Wawan menjelaskan peristiwa pidana yang dimaksud adalah adanya unsur kelalaian panita saat Diksar berlangsung. Namun, dia belum mengungkit lebih jauh bentuk kelalaian tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kami gambarkan, ada kelalaian dari ini (pihak panitia) sehingga menyebabkan kematian, meninggal dunianya si korban," ujar dia.
Wawan mengatakan pihaknya juga sudah melakukan gelar perkara bersama dengan penyidik Ditreskrimum Polda Sulsel. Hasilnya, ada keterangan saksi dan bukti lainnya yang menguatkan dugaan unsur pidana itu.
"Dikuatkan dengan keterangan saksi dan bukti-bukti yang lain dengan barang bukti yang lain, maka ditemukan adanya peristiwa pidana di situ," kata Wawan.
Oleh sebab itu, penyidik Ditreskrimum Polda Sulsel merekomendasikan kepada penyidik Polres Maros untuk meningkatkan status kasus ini dari tahap penyelidikan ke penyidikan.
"Mungkin satu pekan depan barangkali kita lakukan penyidikan lagi, di serangkaian penyidikan itu, periksa saksi kembali mengumpulkan alat-alat bukti, menetapkan siapa-siapa yang tersangka," ujar Wawan.
Hasil Autopsi Virendy Marjefy
Ipda Wawan juga mengungkap hasil autopsi korban. Korban diketahui meninggal usai mengalami pendarahan pada jantungnya.
"Kalau hasil autopsinya itu meninggal dunianya karena adanya pendarahan di jantung itu," ujarnya.
Dia mengatakan organ korban mengalami kelainan. Dia menyebut ada penyumbatan aliran darah ke jantung korban.
"Di situ kalau hasil temuan itu memang ada beberapa kelainan di beberapa organ tubuhnya si korban," katanya.
"Kalau kesimpulan kematiannya itu tadi akibat adanya penyumbatan darah ke jantung," kata Ipda Wawan.
![]() |
Lebih lanjut, Wawan juga mengungkap korban menderita sejumlah luka. Namun polisi belum menjelaskan lebih jauh apakah luka-luka itu diakibatkan kekerasan saat Diksar Mapala atau karena faktor lainnya.
"Yang kedua terdapat beberapa luka-luka. Ada lecet-lecet mungkin di ini, di bagian-bagian kakinya kemudian ada di pahanya, di punggung belakang juga ada, di kepala ada," katanya.
Simak di halaman berikutnya....
Ortu Korban Juga Sempat Ungkap Dugaan Kekerasan
Ayah Virendy, James Wehantouw juga sudah sempat mengungkap adanya dugaan kekerasan terhadap putranya. Dia menyebut ada sejumlah percakapan chat Virendy yang curhat tentang kekerasan.
"Dia baku chat sama temannya di handphone-nya dia (Virendy) bilang untungnya dia pake kaca mata jadi tappe'-nya (tempeleng) senior tidak ke arah mata," kata James kepada detikSulsel, Jumat (27/1) lalu.
Namun James saat itu mengaku tidak mengetahui kapan terjadinya kekerasan tersebut. Namun James mengatakan curhatan anaknya soal kekerasan tersebut berkaitan dengan perlakuan seniornya yang kemudian diceritakan kepada teman kampusnya.
Bukti chat ini dikatakan James telah diserahkan kepada pihak kepolisian.
"Banyak itu di handphone-nya, tapi saya tidak tahu persis itu karena anak saya (kakak Virendy) yang kasih screenshot-nya ke penyidik Polres Maros," kata James.
Bantahan Mapala Teknik Unhas
Sementara itu, Ketua Mapala Fakultas Teknik Unhas Ibrahim pernah membantah dugaan kekerasan di kasus Virendy Marjefy. Dia menegaskan Diksar merupakan bentuk pendidikan sehingga tidak ada kekerasan.
"Yang pertama ini kegiatan pendidikan dasar ini kita bukan kali pertama kita lakukan ini sudah 27 kali sampai yang kemarin dan dari kami sangat terpukul dengan kondisi kemarin kondisinya itu bukan kita yang minta tidak diinginkan oleh siapapun," ujar Ibrahim kepada wartawan, Minggu (15/1) malam.
Ibrahim menjamin tidak terjadi kontak fisik saat proses Diksar itu berlangsung di Maros, sejak hari Senin hingga hari Jumat. Mereka hanya melakukan pembinaan sebelum Diksar itu berlangsung dengan membekali persiapan materi maupun latihan.
"Kalau dari pihak panitia tidak ada sama sekali kekerasan kontak fisik yang ada kita hanya melatih fisiknya untuk bagaimana dia caranya bisa disiplin dan lain-lain. Ini sebelum perjalanan kan ada persiapan mulai dari jogging, bina materi, latihan simulasi renang dan lain-lain," jelas Ibrahim.