Ketua Mapala Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) Ibrahim membantah dugaan adanya tindakan kekerasan terhadap Virendy Marjefy (19) yang tewas saat mengikuti diksar di Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Ia menjamin tidak ada kontak fisik oleh panitia saat proses diksar.
"Kalau dari pihak panitia tidak ada sama sekali kekerasan kontak fisik yang ada kita hanya melatih fisiknya untuk bagaimana dia caranya bisa disiplin dan lain-lain. Ini sebelum perjalanan kan ada persiapan mulai dari jogging, bina materi, latihan simulasi renang dan lain-lain," jelas Ibrahim, kepada wartawan, Minggu (15/1/2023).
Ibrahim mengatakan pelaksanaan diksar tersebut dilakukan dengan persiapan matang. Bahkan pihaknya menyaring mahasiswa yang dinilai mampu dan siap untuk kegiatan diksar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil penjaringan dari 25 orang calon peserta hanya 10 orang yang lolos mengikut seleksi atau diksar termasuk korban.
"Karena kita memang untuk melaksanakan pendidikan dasar ini kita sudah lakukan persiapan dengan sangat matang," sebut Ibrahim.
Keluarga Virendy Marjefy Tempuh Jalur Hukum
Kakak Virendy Marjefy, Viranda mengaku telah membuat laporan di Mapolres Maros pada Minggu sore (15/1). Mereka melaporkan dugaan tindak pidana yang menyebabkan nyawa seseorang meninggal dunia.
"Kami melapor ke Polres Maros," ujar Viranda.
Viranda mengatakan, pihak keluarga masih mencurigai terdapat tindakan kekerasan yang dialami oleh korban saat mengikuti diksar Mapala. Kecurigaan ini lantaran terdapat sejumlah luka lebam di tubuh korban.
"Terkait ini kan baru dilihat foto banyak lebam-lebamnya, mungkin ini kekerasan," sebut Viranda.
Meski telah melakukan pelaporan resmi ke Mapolres Maros, Viranda mengaku pihak keluarga belum melakukan visum kepada korban untuk melengkapi bukti-bukti pelaporannya.
"Visumnya belum itu baru direncanakan oleh keluarga cuma untuk jalur hukumnya masih dilanjut," sebutnya.
Simak selengkapnya di halaman berikut.