"Kalau ada unsur kelalaian, kami itu tidak sungkan-sungkan (DO), istilahnya itu pidana kan," ujar Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas, Prof Muhammad Ruslin kepada detikSulsel, Minggu malam (15/1/2023).
Dia melanjutkan, apabila nantinya terbukti ada unsur pidana dalam kasus tersebut, maka pihaknya akan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk memprosesnya secara hukum.
"Iya (diserahkan ke kepolisian) karena sudah bukan ranah kampus yang melakukan pembinaan karakter lagi kalau begitu kan, karena sudah masuk ke ranah pidana," jelasnya.
Ruslin menjelaskan, pihaknya juga akan membentuk tim investigasi untuk mendalami insiden tersebut. Kegiatan kemahasiswaan di UKM tersebut juga saat ini dihentikan sementara.
"Kemarin Pak Dekan Teknik itu, langsung mengultimatum untuk menghentikan dulu kegiatan Mapala. Jadi akan diturunkan tim investigasi juga dari fakultas," ujarnya.
Sementara itu, pihak keluarga korban yang menaruh curiga atas kematian anaknya telah melaporkan kasus ini kepada polisi. Kecurigaan pihak keluarga ini lantaran terdapat sejumlah luka lebam di tubuh korban yang diduga akibat kekerasan.
"Yah kalau kita keluarga melihat kondisi korban ada kecurigaan (tindak kekerasan)," kata ayah Virendy, James kepada detikSulsel saat ditemui di kediamannya di Makassar, Minggu (15/1/2023).
James mengungkapkan sejumlah luka lebam ditemukan di bagian tubuh korban, yaitu di kaki bagian kiri, tangan, dan bagian punggung.
"Iya, di kaki bagian kiri, ada juga bagian sininya lebam biru di tangan, bagian belakang (punggung) juga," ungkapnya.
James menilai pihak panitia menyembunyikan sesuatu di balik kematian anaknya lantaran teman korban yang sama-sama mengikuti diksar tidak pernah hadir di rumah duka.
"Sikap panitia yang seolah-olah ada sesuatu yang ditutup-tutupi dan terkesan juga panitia diksar itu seolah-olah peserta disembunyikan tidak mau ketemu, kita keluarga korban juga bertanya-tanya," ujarnya.
"Sampai sekarang itu teman-teman diksarnya tidak didatangkan padahal kita meminta," tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, Virendy Marjefy meninggal dunia saat mengikuti diksar mahasiswa pecinta alam (Mapala) di Kabupaten Maros. Diduga korban kelelahan hingga meninggal dunia saat mengikuti kegiatan tersebut.
Virendy meninggal dunia di Maros pada Jumat (13/1) malam. Namun jasadnya baru berhasil dievakuasi ke Kota Makassar pada Sabtu (14/1).
"(Saya) ditelepon sama temannya, katanya ke rumah sakit Grestelina, jadi saya tanya kenapa Viren, sakit ya? Tapi dia bilang segera ke rumah sakit Viren ada di sini jadi kami langsung ke sana," kata ibu korban, Pemilo Tanjung, Sabtu malam (14/1).
(urw/ata)