Pengacara keluarga Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat, Kamaruddin Simanjuntak turut memberikan kesaksian di sidang kasus pembunuhan Yosua dengan terdakwa Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E. Dia mengaku melakukan investigasi mandiri hingga menuding Putri Candrawathi ikut menembak Yosua.
Sidang lanjutan kasus pembunuhan Yosua dengan terdakwa Bharada E berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) pada Selasa (25/10/2022). Agenda sidang adalah mendengarkan keterangan saksi.
Dirangkum dari detikNews, Rabu (26/10/2022) berikut 4 kesaksian Kamaruddin soal pembunuhan Yosua di sidang Bharada E.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Melakukan Investigasi Mandiri
Saksi pertama yang diperiksa dalam sidang Bharada E adalah pengacara keluarga Yosua, Kamaruddin Simanjuntak. Dia mengaku melakukan investigasi mandiri terkait kematian Yosua.
"(Investigasi) sejak menerima kuasa pada tanggal 13 Juli tetapi saya sudah yakin pembunuhan berencana," kata Kamaruddin dalam sidang.
Kamaruddin mengatakan pihaknya melakukan investigasi karena menilai ada yang janggal di kematian Yosua. Metode yang dilakukan yakni wawancara berbagai sumber termasuk anggota Polri.
"Ada informasi terjadi tembak-menembak, dan ada dugaan pelecehan di rumah dinas Duren Tiga. Dari situ saya merasa janggal, saya lakukan wawancara intelijen yang diminta dirahasiakan, ternyata itu adalah hoax," katanya.
2. Sambo dan Putri Bertengkar
Kamaruddin mengatakan terjadi pertengkaran antara Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawathi. Pertengkaran tersebut terjadi sehari sebelum Yosua dibunuh.
"Ada mereka di malam hari menginap di sana sehari sebelumnya ada pertengkaran antara Ferdy Sambo dan istrinya," ujar Kamaruddin saat bersaksi di PN Jaksel.
Kamaruddin menjelaskan pertengkaran antara Sambo dan Putri terjadi karena Putri mengetahui tentang wanita simpanan Sambo. Dimana Yosua yang disebutkan membocorkan hal tersebut ke Putri.
"Karena wanita. Kaitannya adalah diduga almarhum sebagai pemberi informasi ke Bu Putri Candrawathi, bahwa si bapak ada wanitanya. Yang kami dapat sudah pisah rumah Ibu PC di Saguling dan bapak di Bangka," jawab Kamaruddin.
Kamaruddin tuding PC ikut tembak Yosua: Baca di halaman berikutnya.
3. Putri Ikut Tembak Yosua
Kamaruddin menuding Putri Candrawathi ikut menembak Yosua. Dia mengatakan bahwa ada tiga orang yang menembak Yosua.
"Informasi pertama Bharada E," kata Kamaruddin dalam persidangan di PN Jaksel, Selasa (25/10).
Kamaruddin mengatakan Yosua ditembak di rumah Ferdy Sambo di Kompleks Duren Tiga. Menurutnya saat itu ada 7 hingga 8 orang di dalam rumah saat terjadi penembakan pada Jumat (8/7).
"Kurang lebih tujuh hingga delapan orang saat kejadian," ucapnya.
Kamaruddin lalu mengatakan ada 5 orang yang tepat berada di TKP penembakan, yakni lantai 1 rumah dinas Ferdy Sambo. Kelima orang itu ialah Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada Eliezer, Bripka Ricky Rizal dan Yosua.
"FS, PC, RR, Bharada E, dan almarhum, jadi lima," ucapnya.
Hakim lalu bertanya, siapa yang menembak Yosua. Kamaruddin menyebut, berdasarkan informasi yang didapatnya, ada tiga orang yang menembak Yosua.
"Yang menembak siapa?" tanya hakim.
"Awal yang dibilang E tapi kami temukan fakta baru bahwa yang menembak FS, Bharada E dan PC," jawab Kamaruddin.
Kamaruddin mengungkap Putri Candrawathi menembak dengan senjata buatan Jerman. Namun, Kamaruddin tak menyebut siapa sumber informasinya itu.
"PC ikut?" tanya hakim.
"Iya menggunakan senjata yang diduga buatan Jerman," ujar Kamaruddin.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya.
4. Soal kejanggalan alas kaki Yosua
Kamaruddin mengatakan ada kejanggalan dari peristiwa kematian Yosua di sendal dan sepatu. Hal tersebut terlihat dari potongan rekaman CCTV yang menurutnya berkaitan dengan kasus pembunuhan Yosua.
"Di dalam potongan-potongan CCTV kami melihat adegan almarhum pakai sendal di menit yang sama dan sepatu di menit yang sama, yaitu 15.49," ungkap Kamaruddin saat bersaksi di PN Jaksel, Selasa (25/10).
Kamaruddin mengatakan sendal dan sepatu milik Yosua sempat tidak diketahui keberadaannya bahkan oleh penyidik sekali pun. Namun alas kaki itu tiba-tiba muncul di rumah Yosua di Sungai Bahar, Jambi yang belakangan diketahui dikirimkan dari Mabes Polri.
"Ternyata sendal, sepatu, itu ada yang mengirim petugas dari Mabes Polri. Maka saya tanya ke penyidik, di mana sepatu dan sendal almarhum mereka tidak tahu. Lalu kenapa ini ada di Sungai Bahar?" tanya Kamaruddin heran.
Kamaruddin pun menduga ada yang janggal dari kematian Brigadir J. Menurutnya, temuan itu jadi potongan yang berkaitan dalam peristiwa pembunuhan terhadap Yosua.
"Sepatu dan sendal itu dibawa ke Sungai Bahar. Jadi seperti-seperti itu, sepotong-sepotong tapi kami rangkai," paparnya.