15 Contoh Teks Khutbah Jumat Desember 2023 Berbagai Tema

15 Contoh Teks Khutbah Jumat Desember 2023 Berbagai Tema

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Kamis, 30 Nov 2023 23:30 WIB
Indonesian Muslims pray for the safety of the Palestinian people during a Friday prayer at Abu Bakar Ashshiddiq Mosque in Jakarta, Indonesia, Friday, Oct. 13, 2023. As violence and tensions increase in the Gaza Strip with Israeli airstrikes after an unprecedented Hamas attack, Islamic leaders in Indonesia, the worlds most populous Muslim-majority nation, appealed to all mosques across the country to pray for peace and safety for the Palestinian people. (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Ilustrasi khutbah Jumat (Foto: AP/Achmad Ibrahim)
Makassar -

Khutbah merupakan pidato agama yang menjadi salah satu syarat sah dalam pelaksanaan salat Jumat. Di bulan Desember ini, umat muslim akan melewati sebanyak lima khutbah dalam salat Jumat.

Hari pertama di bulan Desember bahkan jatuh pada hari Jumat. Selain itu, ada empat hari Jumat lainnya di bulan Desember yang menjadi momentum pelaksanaan khutbah salat Jumat.

Terdapat beragam tema yang bisa diangkat oleh khatib dalam penyampaian khutbah salat Jumat di penghujung tahun ini. Mulai dari tema toleransi, tahun baru, sampai topik untuk memperbaiki diri menuju pergantian tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini 15 contoh khutbah yang bisa menjadi referensi untuk disampaikan dalam pelaksanaan salat Jumat di bulan Desember. Yuk disimak!

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #1

Judul: 6 Alasan Mengapa Tidak Boleh Ikut Merayakan Natal dan Tahun Baru

ADVERTISEMENT

Khutbah I

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ

فَيَأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma'asyiral muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.

Mengawali khotbah kali ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta'ala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena tidaklah kita itu semakin mulia, kecuali dengan takwa. Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahamengenal."

Ingatlah, ketakwaan tidak dapat diperoleh, kecuali dengan belajar dan menuntut ilmu. Sehingga ketika seseorang itu semakin memahami agama, maka ketakwaannya pun akan semakin meningkat. Selawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi mulia, suri teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam beserta keluarga, dan para sahabatnya.

Ma'asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah.

Hari-hari akhir tahun Masehi ini mungkin kita akan sering mendengar dan mendapati ucapan "Merry Christmas", "selamat natal" berdengung dan tercantum di dalam beberapa iklan maupun tulisan di jalanan. Sebagian orang pasti menganggap hal ini merupakan hal lumrah yang sah-sah saja untuk diikuti dan diramaikan. Namun, hal ini pada hakikatnya akan menjadi masalah yang sangat besar jika diucapkan oleh seorang muslim.

Mengapa? Sejak pertama kali agama Islam ini turun kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, Allah Ta'ala sudah mewanti-wanti dan menguatkan bahwa sembahan kita umat Islam ini hanyalah satu, yaitu Allah Yang Mahaesa, Allah Ta'ala yang tidak dilahirkan dan melahirkan. Allah Ta'ala sendirilah yang mengatakan hal itu, yaitu di dalam surah Al-Ikhlas, surah yang sangat populer, yang menjadi asas utama serta pembeda agama ini dengan yang lainnya. Allah Ta'ala berfirman,

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَد ، ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ، لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ، وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ

"Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Mengucapkan selamat natal, memberikan ucapan selamat kepada perayaan orang Nasrani ini sama saja dengan menyetujui bahwasanya Allah Ta'ala memiliki anak, menyetujui bahwa ada sesembahan lain yang berhak selain Allah. Ini merupakan sebuah kekufuran serta sebuah penolakan terhadap ayat Allah Ta'ala!

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang menjadikan hal tersebut haram hukumnya dilakukan oleh seorang muslim:

Pertama, merayakan hari raya natal merupakan salah satu kebid'ahan yang tidak ada contohnya dari nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam serta tidak terdapat syariatnya pada agama kita, sedangkan Rasulullah telah melarang kita untuk melakukan kebid'ahan/ hal baru di dalam agama. Beliau bersabda,

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

"Barangsiapa yang melakukan hal baru yang tidak ada contohnya dari kami (Nabi Muhammad), maka amalan tersebut tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, tidaklah seorang muslim mengkhususkan satu hari pun untuk bergembira dan berpesta, kecuali harus ada dalilnya yang jelas baik dari Al-Qur'an maupun hadis.

Kedua, seorang muslim tidak boleh berhari raya, kecuali dengan hari raya yang disyariatkan dan diizinkan oleh agama kita. Allah melalui lisan Nabi-Nya Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam telah memberikan kita dua hari raya. Diriwayatkan dari Abu Dawud dan An-Nasa'i di dalam riwayat yang sahih dari sahabat Anas radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Ketika Nabi Muhammad datang ke kota Madinah, orang-orang Madinah memiliki dua hari yang mana mereka gunakan untuk bermain atau bersukacita, maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (yang artinya),

"Allah Ta'ala telah menggantikan dua hari ini dengan sesuatu yang lebih baik, yaitu hari Idulfitri dan Idul adha."

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membatalkan hari raya mereka agar tidak menyerupai perayaan kaum muslimin. Sehingga jika para pemimpin dan ulama bermudah-mudahan di dalam membolehkan ikut perayaan orang kafir, dikhawatirkan orang yang awam akan lebih mengagungkannya, serta menganggap perayaan tersebut bagian dari perayaan kaum muslimin.

Ketiga, di dalam merayakan hari lahir Al-Masih, terdapat sifat berlebih-lebihan di dalam mencintainya, dan ini sangatlah tampak pada syiar-syiar orang Nasrani pada hari tersebut. Padahal, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,

لا تطروني كما أطرت النصارى بن مريم فإنما أنا عبده فقولوا عبد الله ورسوله

"Janganlah kalian terlalu berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan kepada Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah, 'hamba Allah dan Rasul-Nya.'!" (HR Al-Bukhari)

Syariat ini melarang dari menyucikan para nabi berlebihan di dalam mencintainya serta beribadah kepada mereka dan mengangkat mereka melebihi kedudukannya.

Keempat, merayakan perayaan mereka dapat menumbuhkan rasa cinta dan mengikuti mereka di dalam melakukan ritual-ritual yang batil, serta membuat mereka merasa bahwa mereka itu berada di dalam kebenaran, dan semua itu merupakan hal yang haram dan termasuk dosa yang besar. Allah Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu). Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Maidah: 51)

Ini adalah kondisi jika seorang muslim tidak bermaksud rida terhadap agama mereka dan menyetujui prinsip agama mereka, baik itu trinitas, menyembelih untuk selain Allah ataupun memasang salib. Adapun jika seorang muslim benar-benar bermaksud kepada semua itu, maka dia telah kafir dan telah murtad dari agama ini menurut kesepakatan ulama. Maka, wajib hukumnya bagi seorang muslim untuk menjauhi gereja-gereja dan tempat ibadah orang Nasrani pada hari perayaan maupun hari-hari lainnya.

Kelima, merayakan perayaan mereka merupakan bentuk tasyabbuh/menyerupai orang-orang Nasrani karena di dalamnya terdapat hal-hal spesifik dan khusus yang merupakan identitas mereka. Sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka." (HR. Abu Dawud)

Menyerupai mereka di dalam hal-hal yang tampak, baik itu pakaian maupun kebiasaan dan rutinitas mereka tentu akan menghantarkan pelakunya ke dalam menyerupai mereka pada hal-hal yang sifatnya keyakinan, serta menimbulkan kecintaan dan rasa suka di antara orang yang menyerupai dan yang diserupai. Oleh karena itu, agama yang mulia ini memutus semua wasilah yang dapat menimbulkan rasa takjub dan kagum terhadap orang kafir serta rida terhadap agama mereka.

Keenam, perayaan yang disyariatkan di dalam Islam merupakan bentuk sebuah rasa syukur dan rasa senang setelah menyelesaikan sebuah ibadah. Idul Fitri disyariatkan setelah menyelesaikan ibadah puasa dan Idul Adha disyariatkan setelah melangsungkan ibadah haji dan setelah lewat sepuluh hari bulan Dzulhijjah. Dan itu semua merupakan bentuk kebahagiaan, ibadah, serta syukur untuk Allah Sang Mahapencipta, bukan untuk makhluk. Prinsip inilah yang tidak ada pada perayaan Kelahiran Al-Masih/ Natal. Maka, hal ini bertentangan dengan ajaran ini sehingga kita pun diharamkan untuk meramaikannya.

Demikian itu adalah 6 alasan, mengapa seorang muslim tidak boleh ikut serta merayakan ataupun mengucapkan selamat natal kepada orang-orang Nasrani. Semoga Allah Ta'ala selalu memberikan kita hidayah dan taufik-Nya sehingga dengan kedua hal itu kita menjadi seorang muslim yang tidak mudah ikut-ikutan meramaikan sesuatu, apalagi hal tersebut sangat bertentangan dengan akidah kita yang berasas pada Tauhid.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khotbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

فَيَأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Muhammad Idris, Lc
Sumber: Laman Resmi Muslim or.id

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #2

Judul: Seputar 25 Desember & Tahun Baru Masehi

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ : فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ﷺ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ

Kaum muslimin jama'ah Jumat rahimakumullah

Bulan desember adalah bulan akhir setiap tahun masehi, pada bulan ini terdapat berbagai macam hukum yang perlu diketahui bagi kaum muslimin, terutama di hari-hari menjelang akhir bulan ini.

Di hari Jumat yang mulia ini, tanggal 10 Jumadal Ula 1442 Hijriah, bertepatan 25 desember 2020 masehi, ummat kristen merayakan hari raya mereka yang biasa disebut dengan hari natal, hari ini diperingati oleh mereka sebagai hari yang dianggap sebagai kelahiran yesus, di mana mereka juga menganggapnya sebagai anak tuhan.
Sangat disayangkan, sebagian kaum muslimin ikut andil dalam perayaan tersebut, padahal Islam telah mengajarkan agar kita semua tidak ikut serta dalam meramaikan hari raya ummat agama lain, bahkan hanya sekedar ucapan selamat.

Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu' anhu mengatakan,

اِجْتَنِبُوْا أَعْدَاءَ اللهِ فِي أَعْيَادِهِمْ

"Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka." (Ahkam Ahl Adz-Dzimmah 1/724)

"Selamat natal" adalah ungkapan yang sangat dilarang dalam agama kita, bagaimana tidak?! Perkataan tersebut adalah perkataan yang mengapresiasi akan adanya anak tuhan, meskipun kita tidak meyakini, tapi dengan ucapan tersebut mereka akan tambah yakin akan agama mereka.

Allah Ta'ala telah menegaskan di dalam al-Quran bahwa langit hampir saja pecah, bumi terbelah, dan gunung runtuh disebabkan perkataan orang-orang yang mengatakan, "Allah memiliki anak". Mungkin ini jugalah penyebab bencana alam, banjir, dingin yang sangat, dan lainnya di setiap bulan desember. Mari kita perhatikan firman Allah Ta'ala,

وَقَالُوا۟ ٱتَّخَذَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ وَلَدࣰا ۝ لَّقَدۡ جِئۡتُمۡ شَیۡـًٔا إِدࣰّا ۝ تَكَادُ ٱلسَّمَـٰوَٰ⁠تُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡهُ وَتَنشَقُّ ٱلۡأَرۡضُ وَتَخِرُّ ٱلۡجِبَالُ هَدًّا ۝ أَن دَعَوۡا۟ لِلرَّحۡمَـٰنِ وَلَدࣰا ۝ وَمَا یَنۢبَغِی لِلرَّحۡمَـٰنِ أَن یَتَّخِذَ وَلَدًا ۝ إِن كُلُّ مَن فِی ٱلسَّمَـٰوَٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِ إِلَّاۤ ءَاتِی ٱلرَّحۡمَـٰنِ عَبۡدࣰا

Dan mereka berkata, "(Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak." Sungguh, kalian telah membawa sesuatu yang sangat mungkar, hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu), karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak mungkin bagi (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba. (Q.S. Maryam, ayat 88 - 93).

Seseorang tidak mengucapkan ucapan mungkar tersebut tidaklah serta merta disebut sebagai anti toleransi, sebab di dalam Al-Quran, Allah Ta'ala telah menyebutkan hakikat toleransi sebenarnya. Allah Ta'ala berfirman,

لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ

"Untuk kalian agama kalian, dan untukku agamaku." (Q.S. Al-Kafirun, ayat 6)

Ini toleransi sebenar-benarnya toleransi, bagi mereka agama mereka, bagi kita agama kita. Meskipun demikian kita tetap mengajak mereka ke dalam agama kita dengan hikmah tanpa paksaan, agama yang Allah Ta'ala telah jadikan sebagai satu-satunya agama di sisi-Nya. Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُ

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. (Q.S. Ali 'Imran, ayat 19)

Seperti halnya, sebuah kalimat bijak "Toleransi itu: anda minum teh dan saya minum kopi, kita sama-sama menikmati minuman favorit kita, tanpa harus memasukan teh anda ke dalam kopi saya."

Kaum muslimin rahimakumullah

Jika ada yang mengatakan "Inikan sekedar ucapan", maka kita katakan, "Benar, kita menjadi muslimpun karena diawali dengan hanya sekedar perkataan. Bisakah mereka mengucapkan dua kalimat syahadat?!, Bukankah hanya sekedar ucapan?!." Dengan ini, semoga bisa dipahami.

Lalu, bagaimana dengan jual beli dengan memanfaatkan moment natal atau tahun baru masehi? Jawabannya adalah tidak mengapa dengan syarat:
Yang dijual atau dibeli bukanlah sesuatu yang bisa digunakan oleh mereka untuk menyemarakkan hari raya mereka, seperti aksesoris natal, kartu natalan, desain natalan, dan seterusnya.

Bukan pula sesuatu yang digunakan kaum muslimin bermaksiat atau bertasyabbuh dengan mereka, seperti lonceng, petasan, kembang api, terompet dan sejenisnya.
Kedua syarat ini disebutkan sebagai jawaban dari pertanyaan ke 69558 oleh situs islam soal dan jawab yang dibina oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid Hafizhahullah dengan ringkasan.'

Hukum asal jual beli adalah halal, namun pada keadaan seperti ini, kita tidak boleh saling membantu dalam dosa dan kemaksiatan. Allah Ta'ala berfirman,

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya. (Q.S. Al-Ma'idah, ayat 2)

Kaum muslimin rahimakumullah

Dalam merayakan tahun baru Islam yaitu tahun hijriah, diawali dengan Muharram dan diakhiri dengan Zulhijjah, tidak ada perintah dalam hal tersebut, hanya ada 2 hari setiap tahunnya, hari raya idul fitri dan idul adha, perayaan awal dan akhir tahun tidak termasuk.

Bagaimana lagi dengan tahun baru masehi, jelas tidak islami, meskipun dirayakan dengan zikir dan doa, karena memang bukan tahun untuk islam, dan sangat banyak kerusakan dan huru hara yang ditimbulkan dalam penyambutan tahun masehi ini.

Berikut beberapa di antaranya yang biasa kita saksikan setiap tahunnya:

  1. Tasyabbuh dengan tiupan terompet di mana merupakan kekhususan yahudi, lonceng kekhususan nasrani, dan api kekhususan majusi, padahal kita diperintahkan menyelisihi mereka.
  2. Terlambat bangun shalat subuh, bahkan tidak shalat sama sekali. Coba kita saksikan sendiri di malam tahun baru masehi nanti, bagaimana masjid-masjid di subuh hari, dan ini sudah menjadi sesuatu yang berulang bertahun-tahun.
  3. Terjadinya kerusakan akhlaq dan moral, aurat diumbar di mana-mana, pacaran, sampai pada perzinahan, na'udzubillah min dzalik.
  4. Boros harta, berpesta pora, menghabiskan uang banyak hanya untuk sesaat yang tidak bermanfaat sedikitpun, baik untuk dunia terlebih akhirat.
  5. Menyia-nyiakan waktu, padahal setiap diri kita adalah waktu, jika sehari berlalu maka bagian diri kita pun akan berkurang.
  6. Dan minimal membahayakan dan mengganggu orang lain dalam istirahat mereka.

Dan masih banyak lagi. Wallahu a'lam.

Jamaah jumat yang berbahagia.

Inilah khutbah pertama kali ini, semoga Allah Ta'ala menjaga kita semua dari mara bahaya, dan negeri ini, serta kaum muslimin seluruhnya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ وَغَافِرَ الذُّنُوْبِ وَالْخَطِيْئَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمۡنَاۤ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِینَ
رَبَّنَا اَتِنَافىِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفىِ الاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ
إِنَّ ٱللَّهَ یَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَـٰنِ وَإِیتَاۤىِٕ ذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَیَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡیِۚ یَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ

Oleh: Tim Ilmiyah Yayasan Amal Jariyah Indonesia
Sumber: Laman Yayasan Amal Jariyah Indonesia

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #3

Judul: Islam Agama Cinta Perdamaian

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: ولَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan cinta kasih sayang. Kata Islam sendiri berasal dari kata aslama yang berarti menyerah diri kepada Allah SWT. Seorang muslim adalah orang yang menyerahkan diri kepada Allah SWT, dan mematuhi segala perintah dan larangan-Nya.

Salah satu ajaran utama Islam adalah rahmatan lil'alamin, yang berarti rahmat bagi seluruh alam. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup damai dan berdampingan dengan semua makhluk ciptaan Allah SWT, termasuk sesama manusia, hewan, dan tumbuhan.

Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW banyak sekali mengajarkan tentang kedamaian. Misalnya, dalam Al-Qur'an disebutkan dalam QS al-Anfal [8] ayat 61;

وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Artinya; "(Akan tetapi,) jika mereka condong pada perdamaian, condonglah engkau (Nabi Muhammad) padanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar, pangkal ayat ini menjadi bukti bahwa perang bukanlah tujuan. Kalau musuh cenderung kepada perdamaian, artinya ada kelihatan tanda-tanda atau bukti-bukti bahwa musuh itu lebih suka mencari jalan damai, hendaklah di dalam kesiapsiagaan dan kewaspadaan yang tinggi itu untuk menempuh jalan damai itu. Jalan-jalan menuju damai itu hendaklah dilapangkan, yaitu damai yang tidak akan merugikan atau menjatuhkan muru'ah Islam.

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin, yaitu agama yang membawa rahmat dan kasih sayang bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, umat muslim harus menyebarkan kedamaian dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, tanpa memandang agama, ras, dan suku.

Pada sisi lain, perdamaian adalah inti dari ajaran Islam. Islam adalah agama yang mengajarkan cinta, kasih sayang, dan toleransi. Islam juga mengajarkan untuk menghindari kekerasan dan permusuhan.

وَاِنِ امْرَاَةٌ خَافَتْ مِنْۢ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ اِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يُّصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۗوَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗوَاُحْضِرَتِ الْاَنْفُسُ الشُّحَّۗ وَاِنْ تُحْسِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا

Artinya: "Jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya.Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka), walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Jika kamu berbuat kebaikan dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tidak acuh) sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan". [Q.S Anfal [4] : 128].

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Dari ayat ini terlihat bahwa perdamaian dalam Islam merupakan sesuatu yang dianjurkan. Islam adalah agama yang cinta damai, dan ajarannya mendorong umatnya untuk senantiasa hidup dalam kedamaian dan harmoni. Lebih lanjut, perdamaian ini tidak hanya ditekankan dalam hubungan antar sesama Muslim, tetapi juga dalam hubungan antar umat beragama dan antar bangsa.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Sejatinya, Islam mengajarkan umatnya untuk mengutamakan perdamaian dalam menyelesaikan konflik. Jika terjadi konflik, umat Islam dianjurkan untuk berusaha menyelesaikannya secara damai melalui dialog dan negosiasi. Kekerasan hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir ketika semua upaya damai telah gagal.

Lebih jauh, Islam juga mengajarkan umatnya untuk menghormati hak asasi manusia, termasuk hak orang-orang yang berbeda agama atau keyakinan. Umat Islam dianjurkan untuk hidup berdampingan secara damai dengan orang-orang dari agama atau keyakinan lain.

Sementara itu dalam Q.S al Maidah [5] ayat 32 dijelaskan bahwa Allah mengutuk keras tindakan kekerasan, dengan ancaman neraka jahanam. Misalnya, perbuatan menghilangkan nyawa orang dengan kekerasan dalam Islam tergolong dalam dosa besar, yang akan diancam dengan neraka jahanam. Pasalnya, pembunuhan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang paling fundamental, yaitu hak untuk hidup.

Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan memberikannya berbagai macam nikmat, termasuk hak untuk hidup. Oleh karena itu, membunuh manusia adalah perbuatan yang tidak menghargai ciptaan Allah SWT dan melanggar hak asasi manusia.

Dalam ayat tersebut juga menjelaskan bahwa memelihara kehidupan manusia adalah perbuatan yang mulia dan akan mendapatkan pahala yang besar. Hal ini karena memelihara kehidupan manusia berarti menjaga ciptaan Allah SWT dan menghargai hak asasi manusia

مَنۡ قَتَلَ نَفۡسًۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ اَوۡ فَسَادٍ فِى الۡاَرۡضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيۡعًا ؕ وَمَنۡ اَحۡيَاهَا فَكَاَنَّمَاۤ اَحۡيَا النَّاسَ جَمِيۡعًا ؕ

Artinya: "Barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. (Q.S al Maidah [5]: 32)

Menurut Ibnu Jarir dalam kitab Tafsir Jami' al Bayan, [Mekkah: Dar Tarbiyah wa at-Turats, tt], halaman 232 bahwa kekerasan dalam Islam merupakan perbuatan yang terlarang. Jika seseorang membunuh satu jiwa yang diharamkan dengan menggunakan kekerasan, maka sama saja dia telah membunuh semua manusia, yang kelak akan diganjar dengan neraka jahanam.

وقال آخرون: معنى ذلك: إن قاتل النفس المحرم قتلُها، يصلى النار كما يصلاها لو قتل الناس جميعًا="ومن أحياها"، من سلم من قتلها، فقد سلم من قتل الناس جميعًا.

Artinya: "Dan orang lain berkata, maksudnya, jika seseorang membunuh jiwa yang diharamkan, pembunuhnya akan masuk neraka sebagaimana jika dia telah membunuh semua manusia. Dan barang siapa yang memelihara jiwa itu, maka dia telah memelihara seluruh umat manusia dari pembunuhan."

Dalam konteks kehidupan modern, ayat tersebut dapat menjadi pedoman bagi kita untuk menghindari segala bentuk kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kekerasan verbal. Kita harus senantiasa menjaga kehidupan manusia dan menghargai hak asasi manusia. Kita juga harus menjauhi segala hal yang dapat menimbulkan konflik dan kekerasan.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Terakhir, perang bukanlah tujuan utama dari dakwah Nabi Muhammad SAW. Dakwah Islam lebih diutamakan untuk dilakukan dengan cara damai, dengan mengemukakan argumen dan dalil-dalil agama Islam. Jika orang-orang non-Muslim dapat mendapatkan hidayah dan mau mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa peperangan, maka itulah yang lebih baik daripada jihad atau perang.

Dengan kata lain, perang hanya dilakukan jika terpaksa, misalnya untuk mempertahankan diri dari serangan orang-orang non-Muslim. Namun, jika memungkinkan, dakwah Islam hendaknya dilakukan dengan cara yang damai dan persuasif.

Hasil dari dakwah damai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah banyak orang yang masuk Islam tanpa peperangan. Misalnya, penduduk Madinah masuk Islam secara damai setelah Nabi Muhammad SAW berhijrah ke kota tersebut. Itu semua dilakukan dengan damai, tanpa jalur perang.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ الأَيَاتِ وَألذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهَُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Pegiat kajian tafsir, Zainuddin Lubis
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #4

Judul: Khutbah Jumat: Syukur atas Nikmat Selama Setahun

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَعْطَىنَا بِالصَّبْرِ وَالشُّكْرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الصَّبُوْرُ الشَّكُوْرُ وَأَشْهَدُ اَنَّ حَبِيْبَنَا وَ نَبِيَّنّا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَخْرَجَنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, Segala puji merupakan milik Allah swt, Tuhan semesta alam. Segala anugerah yang telah kita nikmati sampai detik ini, tidak lain adalah pemberian dari-Nya. Khususnya, nikmat iman, nikmat Islam, juga nikmat sehat wal afiat. Dengan kenikmatan-kenikmatan itu, sudah sepatutnya kita datang dan bertemu pada siang hari ini dalam rangka menunaikan ibadah kepada-Nya. Tidak lain, inilah bentuk syukur kita atas semua hal itu.

Selanjutnya, khatib mengajak kita semua untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad, Allāhumma shalli wa sallim wa bārik 'alā sayyidinā Muhammad. Semoga shalawat kita juga dapat mengalir kepada keluarganya, sahabatnya, tabi'in, dan juga kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya rabbal alamin.

Allah swt memerintahkan kita untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah-ibadah, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh-Nya. Sebagai bagian dari peningkatan takwa itu, kita perlu senantiasa bersyukur atas segala nikmat karunia yang telah Allah swt anugerahkan kepada kita semua, sehingga kita bisa dapat menjalani kehidupan dengan baik.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, Saat ini, kita telah memasuki penghujung bulan Desember sekaligus akhir dari tahun 2023. Begitu banyak hal yang telah kita lalui sepanjang tahun 2023 ini, mulai dari hal yang terasa berat, tidak enak, hingga nikmat-nikmat yang memberikan rasa bahagia bagi kita.

Satu hal yang perlu kita garis bawahi adalah semua hal tersebut patut kita syukuri. Iya, sekalipun bisa dipastikan sepanjang tahun itu tidak semuanya bahagia dan ada saja hal yang membuat kita kecewa, kesal, dan sedih, pasti saja ada hal penting yang belum kita ketahui di balik itu semua.

Selain memang, kesedihan, kekecewaan, dan kekesalan yang kita terima itu jauh lebih sedikit daripada kenikmatan yang telah kita terima. Sebab, banyak hal yang tanpa kita sadari, itu adalah nikmat besar yang seringkali luput dari pengamatan. Padahal, itulah yang biasa kita rasakan saban hari sejak kali pertama terlahir di dunia sampai hari ini. Misalnya, udara yang kita hirup sebagai napas diperoleh secara gratis. Kita tidak dapat membayangkan seumpama oksigen itu harus kita bayar. Kita juga kerap lupa dengan nikmat sehat yang selama ini kita nikmati.

Saat kita ditimpa sakit, barulah kita memohon-mohon berdoa kepada Allah agar lekas disembuhkan, sedang saat sehat, kita sendiri lupa tidak mensyukurinya. Nabi Muhammad saw sampai menyebut hal itu dalam hadisnya, bahwa banyak orang tertipu akan dua kenikmatan, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu. Jamaah Jumat yang berbahagia, Allah swt secara tegas memerintahkan kita untuk bersyukur kepada-Nya melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 152 berikut.

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Artinya: "Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."

Dalam Tafsir Al-Baghawi, disebutkan bahwa bersyukur itu dilakukan ketaatan, sedangkan tidak kufur berarti tidak bermaksiat. Sementara menurut Imam Al-Qurthubi, bahwa syukurnya seorang hamba ini harus diucapkan dengan lisan dan diikrarkan dalam hati bahwa menggunakan nikmat itu untuk ketaatan.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa dengan bersyukur, niscaya nikmat kita akan ditambah. Hal itu termaktub dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim ayat 7 berikut.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras".

Dalam kitab tafsirnya, Imam Al-Baghawi mengutip sebuah pendapat, bahwa syukur itu mengikat yang sudah ada dan memburu yang tiada. Ia juga menyampaikan bahwa syukur yang sesungguhnya adalah dengan senantiasa menjalankan ketaatan atas segala perintah Sang Pemberi nikmat itu. Sementara hal yang ditambahkan adalah pahalanya.

Sementara itu, Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa hakikat syukur adalah mengakui bahwa nikmat itu tidak lain ditujukan bagi Sang Pemberi nikmat itu sendiri, yaitu Allah swt, dan tidak menggunakannya untuk selain taat kepada-Nya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Oleh karena itu, dari penjelasan para ulama di atas, dapat kita ambil pengertian bahwa bersyukur berarti adalah menggunakan segala nikmat yang kita peroleh untuk menunaikan ketaatan kita, yaitu menghamba kepada-Nya, beribadah karena-Nya. Dalam hal ini, kita perlu meningkatkan ketaatan kita mulai hari ini dan kedepannya sebagai tanda syukur kita atas segala nikmat yang telah Allah swt anugerahkan kepada kita. Dan menjadikan ini sebagai bagian dari resolusi tahun 2024 kita.

Saking mulianya bersyukur, Rasulullah saw bersabda, bahwa orang yang makan dan bersyukur itu sederajat dengan orang berpuasa dan sabar atas puasanya itu. Dari hal itu, khatib mengajak jamaah semuanya untuk bersyukur atas segala anugerah yang telah kita peroleh dengan senantiasa meningkatkan ketaatan kita kepada-Nya, menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk beribadah kepada-Nya.

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kemampuan untuk mensyukuri seluruh nikmat-Nya sehingga kita tergolong sebagai 'ibadiyas syakur, hamba-hamba Allah yang banyak bersyukur.

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ

Oleh: Ustadz Syakir NF
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #5

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَصْلَحَ الضَمَائِرَ، وَنَقَّى السَرَائِرَ، فَهَدَى الْقَلْبَ الحَائِرَ إِلَى طَرِيْقِ أَوْلَي البَصَائِرَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيُكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سيِّدَنا ونبينا محمداً عبدُ اللهِ ورسولُه، أَنْقَى العَالَمِيْنَ سَرِيْرةً وَأَزْكاَهُمْ سِيْرَةً ، وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ سارَ عَلى هَدِيْهِ إلى يَومِ الدِّيْنِ

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Hadirin rahimakumullah

Marilah kita kembali memanjatkan puja dan puji syukur kita kepada Allah Swt atas semua nikmatnya yang dikaruniakan kepada kita. Kita membutuhkan karunia-Nya, Allah selalu memberikannya. Maka kita harus selalu bersyukur.

Nikmat terbesar yang wajib kita syukuri adalah nikmat Iman dan islam. Rasulullah SAW mengabarkan kepada kita bahwa Islam dan iman merupakan modal utama seseorang untuk masuk surga. Dalam hadits shahih riwayat Imam muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda:

أنَّه لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ إلَّا نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ

"Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang muslim." (Dalam riwayat lain disebutkan: "tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang mukmin.") HR. Bukhari dan Muslim

Hadirin rahimakumullah

Menjadi seorang muslim sejati, tidaklah cukup dengan ucapan dan klaim saja, setidaknya seseorang harus memiliki tiga sifat.

Pertama, Al-Yakin yaitu percaya dan mantap akan Allah Swt, Rasulullah SAW, dan agama Islam. Tiga hal ini merupakan materi utama yang akan ditanyakan oleh malaikat kepada kita di alam barzah nanti. Di antara sekian banyak masalah, hanya 3 ini saja yang akan ditanya oleh malaikat di alam barzah.

Hadirin rahimakumullah

Kedudukan al-Yakin sangat tinggi di sisi Allah Swt. Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitab-nya Madarijus Salikin, Bab Manzilatul Yakin menyebutkan, beberapa ayat tentang kedudukan yakin. Di antaranya disebutkan dalam surat Al-baqarah ayat 4 dan 5. Beliau menyebutkan bahwa Allah Swt mengkhususkan, hanya mereka yang mencapai derajat al-yaqin yang mendapat petunjuk Allah Swt. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS.Al-Baqarah: 4-5)

Sangat jelas dari ayat itu bahwa cara untuk menjaga hidayah adalah dengan memupuk keyakinan. Tanpa itu, seorang muslim bisa goyah. Banyak kisah menjadi pelajaran. Seseorang telah beriman kepada nabi Muhammad SAW, kemudian ikut hijrah ke Madinah bersama beliau. Namun ia kemudian goyah oleh kuda peliharaannya di Mekkah. Ia kemudian menyalahkan jalan hijrahnya. Ini musibah.

Hadirin rahimakumullah

Yakin menurut ulama Abu Bakar Al Wara, ada tiga tingkatan, yaitu :

a. Al-Yaqin al-Akhbar

Yakni meyakini seluruh berita informasi yang Allah sampaikan kepada Rasulullah dan risalah yang beliau bawa. Mencakup informasi yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadis Rasulullah SAW, terkait perkara yang sudah berlalu maupun terkait dengan hal-hal yang belum terjadi. Ini harus kita mantapkan dalam diri kita.

b. Al-Yaqin ad-dalalah

Yakni yakin dan percaya kepada setiap bukti dan dalil yang membenarkan berita-berita tersebut. Yakin terhadap Al-Quran, hadits, dan setiap mukjizat Rasulullah SAW.

c. Yaqin al-Musyahadah

Ini merupakan tingkatan yakin paling tinggi. Hanya tingkatan para wali Allah dari kalangan para sahabat dan ahli ibadah yang mencapai level ini. Al-Musyahadah adalah tingkatan keyakinan terhadap hal yang gaib atau tidak tampak, namun seakan-akan dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Keyakinan yang sempurna. Keyakinan para sahabat pernah diungkapkan oleh Amir bin Abdul Qais bahwa seandainya surga dan neraka ditampakkan, mereka tidak akan bertambah keyakinan. Karena keyakinan mereka sudah sempurna tanpa perlu bukti yang kasat mata.

Hadirin rahimakumullah

Kedua, sifat at-Taslim. Yaitu berserah diri kepada Allah Swt., kepada rasulnya dan kepada agamanya. Allah berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ

"Tidak patut bagi seorang mukmin, baik seorang, baik laki-laki maupun perempuan, ketika Allah sudah memutuskan perkara kemudian mereka memiliki pilihan yang lainnya" (QS.Al-Ahzab: 36).

Itu bukan sifat mukmin sejati. Ketika Allah dan rasulnya memilih warna putih, seorang muslim yang sejati tidak ada pilihan warna yang lain. Mereka tunduk dan patuh kepada Allah dan tunduk patuh pada aturannya. Selaras dengan hal ini, Allah berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisa': 65)

Hadirin rahimakumullah

Sifat muslim yang ketiga, at-Tadhiyyah atau rela berkorban. Yakni rela berkorban di jalan Allah karena sesungguhnya iman itu menuntut cinta dan cinta itu menuntut pengorbanan. Tidak ada Iman kecuali didasari cinta dan tidak ada cinta kecuali dia harus ada pengorbanan. Imannya Nabi Nuh, cintanya Nabi Nuh, menjadikan Nabi Nuh mampu mewakafkan jiwa dan raganya mewakafkan nafas dan umurnya selama 950 tahun di jalan Allah dalam satu ayat Allah mengabarkan ungkapan Nabi Nuh:

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًا

"Nuh berkata, 'Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang'." (Nuh: 5)

Anda bisa baca ayat selanjutnya. Nuh berdakwah selama itu dan tidak ada yang menyambut, tetapi ia tidak bosan. Inilah sifat mukmin yang sempurna. Semoga kita semua memiliki tiga sifat yang telah disebutkan, yakin, berserah, dan rela berkorban.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين

اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ

عِبَادَ اللهِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Sumber: Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #6

Judul: Antara Bermedia Sosial dan Membaca Al-Qur'an

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهْ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ الْعَزِيْزُ الْعَلَّامْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّداً خَيْرَ الْأَنَامِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَمْلَأُ الْأَكْوَانَ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامِ، وَهُوَ الَّذِيْ أَنْزَل َ اللهُ اِلَيْهِ الْقُرْآنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان
أمّا بعد، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى في كتابه الكريم، إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Ma'asyiral Hadirin, jamaah jumah hafidhakumullah,

Saya berwasiat kepada pribadi saya sendiri, juga kepada hadirin sekalian. Marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Semoga kita kelak dimasukkan surga Allah bersama orang-orang yang bertakwa, amin.

Hadirin hafidzakumullah,

Kita sekarang berada dalam era digital. Semua serba canggih. Hampir semua aktivitas kita selalu berkawan dengan mesin. Mayoritas masyarakat yang hidup di atas tanah air bumi pertiwi ini setiap saat bisa mengakses informasi. Tidak harus menunggu tetangganya bercerita dari mulut ke mulut, atau menunggu media-media konvensional seperti televisi, radio, koran dan lain sebagainya melakukan siaran atau mengabarkan sesuatu. Kini informasi cukup didapat lewat telepon genggam melalui jaringan internet yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun.

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 10,12 persen pada April 2019. Persentase itu setara dengan 171 juta jiwa dari total penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 270 juta jiwa. Dengan telepon seluler, informasi setiap detik bisa diperbarui, diperbarui lagi, dan mengalami pembaruan secara terus-menerus.

Banyak di antara kita yang merasa sayang bila ketinggalan informasi dari ponsel-ponsel kita. Mengecek handphone (HP) sesering mungkin, hanya dalam rangka berbagi dan mengakses informasi. Atau bahkan sekadar bermain game atau media sosial. Saat antre di kendaraan umum, kita membuka HP. Istirahat belajar di kampus, kantor, rutinitas pekerjaan, yang dibuka HP. Mau tidur, bangun tidur, saat-saat senggang, kita juga membuka HP.

Hadirin...

Dengan sedemikian besarnya pengakses informasi ini, mari kita muhasabah, introspeksi diri. Mari kita tanyakan kepada pribadi kita masing-masing, waktu kita untuk membuka HP di luar kebutuhan pokok keluarga dan kantor, apakah seimbang atau minimal sejajar dengan waktu yang kita luangkan untuk mengakses informasi dari Allah subhanahu wa ta'ala yang Maha Menciptakan kita?

Dalam sehari, berapa jam kita membuka HP, dan berapa jam kita membuka Al-Qur'an?

Jika informasi-informasi tidak penting, atau bahkan informasi buruk saja yang selalu kita akses sepanjang hari, tidak heran bila kita kian menjauh dari agama. Sebab, sikap yang kita ambil, teladan yang kita tiru, tidak bersumber dari Al-Qur'an.

Bagaimana orang akan mendapatkan keberkahan Al-Qur'an jika mengakses Al-Qur'an saja jarang-jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali? Apakah artis-artis yang selalu kita ikuti kabar aktivitasnya di dunia ini, kelak saat dia mati, akan peduli dengan kita? Apabila jawabannya adalah "tidak", maka selayaknya kita mengakses informasi yang kelak memberikan syafaatnya kepada kita di hari kiamat, yaitu Al-Qur'anul Karim.

Abu Umamah al-Bahili menceritakan, ia pernah mendengar dari Rasulullah ﷺ bersabda:

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

Artinya: "Bacalah kalian Al-Qur'an. Sesungguhnya besok pada hari kiamat, ia akan menjadi pemberi syafa'at (penolong) bagi pembacanya. (HR Muslim)

Hadhirin hafidhakumullah,

Di dalam hadits, Rasulullah ﷺ, sangat banyak menyebutkan bagaimana keutamaan-keutamaan Al-Qur'an. Di antaranya adalah:

مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ

"Barangsiapa yang membaca satu huruf saja dari kitabullah (Al-Qur'an), maka ia mendapatkan satu kebaikan."

وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

"Padahal setiap satu kebaikan, akan dibalas oleh Allah sepuluh kebaikan."

لَا أَقُوْلُ الم حَرْفٌ

"Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu terdiri dari satu huruf."

وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ

"Tapi Alif dihitung satu huruf, Lam dihitung satu huruf, dan Mim dihitung satu huruf," (HR at-Tirmidzi).

Berarti, para hadirin, jika Alif Lam Mim dihitung tiga huruf, maka tiga huruf tersebut masing-masing dikalikan sepuluh menjadi 30 balasan pahala kebaikan yang akan diberikan Allah kepada orang yang membaca Al-Qur'an baru Alif Lam Mim saja. Tentu hal ini tidak akan sama dengan apa yang kita dapatkan saat kita membaca media sosial di HP selama apapun itu. Mengakses medsos boleh-boleh saja, tidak haram, selama tak ada maksiat di dalamnya. Tapi jangan sampai dengan mengakses medsos itu, kita lantas melupakan aktivitas membaca Al-Qur'an.

Hadirin, hafidzakumullah,

Siapa yang tidak bergembira apabila semua hidupnya diatur secara baik sedangkan yang mengatur itu adalah Allah subhanahu wa ta'ala? Hidup baik tidak mesti diartikan kaya dengan harta. Tidak. Ada orang yang kaya tapi hidupnya tidak harmonis. Ada orang kaya tapi meninggal justru dengan cara bunuh diri. Artinya kita jangan mempunyai anggapan bahwa diberi kebaikan oleh Allah pasti melalui jalan kekayaan harta. Dan jangan pula kita mesti suudzon bahwa orang kaya itu buruk. Karena orang kaya yang baik juga banyak, asalkan semua taat atas aturan Allah subhanahu wa ta'ala.

Dalam hadits dikatakan:

مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ وَذِكْرِيْ عَنْ مَسْأَلَتِيْ أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِيْ السَّائِلِيْنَ

"Barangsiapa yang selalu sibuk membaca Al-Qur'an dan berdzikir kepada-Ku (Allah) sampai-sampai ia tidak sempat meminta (berdoa) kepada-Ku, Aku lah yang akan memberikan kepada dia dengan pemberian terbaik sebagaimana yang saya berikan kepada orang-orang yang pernah meminta."

فَفَضْلُ كَلَامِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللهِ تَعَالَى عَلَى خَلْقِهِ

"Keutamaan Al-Qur'an (kalamullah) dibandingkan dengan semua perkataan itu bagaikan keutamaan Allah dibandingkan dengan semua makhluknya," (HR a-Tirmidzi).

Dengan demikian, kita menjadi tahu, apabila kita ingin mendapatkan keutamaan yang setinggi-tingginya, maka kita perlu membaca Al-Qur'an. Keutamaan bacaan Al-Qur'an tak akan sebanding dengan bacaan mana pun, termasuk yang tersebar di media sosial. Oleh karena itu, mari kita mulai membenahi diri kita. Jangan sampai kita merasa tidak punya waktu membaca Al-Qur'an, tapi nyatanya kita punya waktu lama untuk bermedia sosial.

Kita sekarang sudah tidak punya alasan untuk kerepotan membawa mushaf Al-Qur'an, karena di dalam HP, sekarang kita bisa memasang aplikasi mushaf Al-Qur'an.

Kata Rasulullah ﷺ:

إِنَّ الَّذِيْ لَيْسَ فِيْ جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ

"Orang yang di dalam tubuhnya tidak ada sama sekali Al-Qur'an, itu bagaikan rumah yang rusak," (HR at-Tirmidzi).

Hadirin...

Lalu minimal berapa banyak idealnya kita membaca Al-Qur'an dalam sebulan?

Berikut penuturan Abdullah bin Umar yang mengisahkan percakapannya dengan Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam:

قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، فِي كَمْ أَخْتِمُ الْقُرْآنَ؟ قَالَ: «اخْتِمْهُ فِي كُلِّ شَهْرٍ» قُلْتُ: إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ: «اخْتِمْهُ فِي خَمْسٍ وعشرين» قُلْتُ: إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ: «اخْتِمْهُ فِي خمس عشرة» قُلْتُ: إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ: «اخْتِمْهُ فِي عَشْرٍ» قُلْتُ: إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ: اخْتِمْهُ فِي خَمْسٍ، قَالَ: إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالَ: فَمَا رَخَّصَ لِي

Artinya: "Saya bertanya kepada Rasulullah, 'Ya Rasulallah, sebaiknya dalam sebulan saya mengkhatamkan Al-Qur'an berapa kali?' Rasul menjawab, 'Khatamkan satu kali dalam sebulan!' Aku kembali bertanya, 'Saya kuat khatam melebihi itu, Ya Rasul.' Beliau menjawab, 'Khatamkan dalam 25 hari.' Saya masih kuat lebih dari itu. 'Khatamkan dalam 15 hari.' 'Saya masih mampu lebih dari itu.' 'Khatamkan dalam 10 hari.' 'Saya masih kuat lebih dari itu.' 'Khatamkan dalam 5 hari.' 'Saya masih kuat lebih dari itu, Ya Rasul.' Kemudian setelah aku menyatakan mampu mengkhatamkan Al-Qur'an kurang dari lima hari, Rasul tidak memberikan keringanan lebih lanjut," (As-Sunan Al-Kubra 8011).

Standarnya, orang membaca Al-Qur'an adalah sebulan sekali khatam. Dengan begitu berarti jika dibagi, maka setiap hari kita hendaknya membaca Al-Qur'an paling tidak satu juz. Satu juz ini terdapat sepuluh lembar. Kalau dibagi setiap kali ba'da shalat, maka kita perlu meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur'an dua lembar atau empat halaman. Bagi orang yang sudah lancar, mungkin tidak sampai lima menit selesai. Bagi yang masih terbata-bata mungkin sekitar 10 menit.

Mari kita menabung untuk kepentingan pribadi kita sebagai bekal akhirat, dengan meluangkan waktu lima sampai sepuluh menit saja dari 24 jam sehari yang diberikan Allah sebagai fasilitas hidup kita.

Semoga kita dan keluarga kita termasuk orang yang diberi pertolongan oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk bisa menjalankan ibadah membaca Al-Qur'an dengan sesuai tuntunan syariat sehingga kita tergolong orang yang bertakwa, kelak kita semua meninggal dalam keadaan husnul khatimah, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #7

Judul: Cara Perkuat Cinta pada Allah dan Nabi Muhammad

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ.

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. أَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Sebagai pembuka dalam khutbah Jumat ini, mari kita bersama-sama bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua, dengan ucapan alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tattimmus shalihât, karena berkah qudrah dan iradah-Nya, kita semua bisa senantiasa istiqamah menunaikan ibadah shalat Jumat. Semoga ibadah yang kita lakukan ini menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya dan menjadi bukti bahwa kita semua termasuk hamba-hamba-Nya yang taat pada perintah-Nya.

Shalawat dan salam mari senantiasa kita haturkan kepada junjungan dan panutan kita semua, Nabi Muhammad SAW, allahumma shalli wa sallim 'alâ sayyidina Muhammad wa 'alâ alih wa sahbih, yang telah mengajarkan kita semua nilai-nilai kesopanan dan adab yang luhur, sehingga bisa menjadikan kita insan yang berakhlakul karimah, sopan, dan memiliki etika yang mulia. Semoga kita semua diakui sebagai umatnya, dan mendapatkan limpahan syafaatnya kelak di hari kiamat. Amin ya rabbal âlamin.

Selanjutnya, sebagai awal dalam memulai khutbah Jumat di atas mimbar yang mulia ini, kami selaku khatib mengajak diri sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, agar terus berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, yaitu dengan cara mengerjakan semua kewajiban dan meninggalkan larangan.

Takwa merupakan satu-satunya bekal terbaik yang akan kita bawa menuju akhirat. Harta, jabatan, kekayaan, dan hal-hal yang kita miliki di dunia tidak memiliki nilai apa-apa jika tidak bisa menjadi penyebab meningkatnya ketaqwaan kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, Allah memerintahkan kita semua untuk menyediakan bekal takwa menuju akhirat, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an, yaitu:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ

Artinya: "Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS Al-Baqarah [2]: 197).

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Salah satu cara untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT adalah dengan cara mencintai Nabi Muhammad dan meneladani segala teladan yang pernah beliau lakukan selama ada di dunia, mulai dari berucap, bertindak dan berperilaku dalam keseharian kita.

Meneladani dan mencintai Nabi Muhammad merupakan langkah awal untuk bisa membangun cinta kepada Allah SWT. Sebab dari ajaran Nabi Muhammad-lah kita bisa mengenal Allah sebagai satu-satunya zat yang harus kita sembah tanpa sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu, Allah menegaskan kepada kita semua bahwa jika semua umat Islam memang benar-benar cinta kepada Allah, maka ikutilah semua tingkah-laku Rasulullah, dan untuk mengikutinya, terlebih dahulu kita harus cinta kepadanya. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS Ali 'Imran [3]: 31).

Merujuk penjelasan Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatihul Ghaib, ayat ini Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad untuk menjawab pengakuan-pengakuan orang yang mengaku cinta kepada Allah namun enggan untuk mengikuti apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Misal, orang-orang Yahudi yang mengaku cinta kepada Allah, dan orang Nasrani yang mengakui bahwa pemuliaan mereka kepada al-Masih merupakan bukti cintanya kepada Allah.

Tidak hanya kepada Yahudi dan Nasrani saja, ayat ini juga diturunkan kepada semua orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah SWT, namun mereka tidak mengikuti semua yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, maka pengakuan cinta itu pada dasarnya merupakan pengakuan dusta yang tidak memiliki makna apa-apa.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Lantas, bagaimana cara agar kita bisa tergolong sebagai orang yang cinta kepada Allah?

Cara pertama adalah dengan mengikuti semua jejak langkah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, dan ini bisa kita ikuti jika kita benar-benar tahu terhadap semua ajarannya, sikapnya, cara berdakwahnya, kesopanan dan keluhuran etikanya, serta semua teladan-teladan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad.

Salah satu cara untuk mengetahui semua itu adalah bisa kita temui dalam perayaan maulid nabi. Dalam perayaan tersebut, kita akan tahu betapa agung dan mulianya Nabi Muhammad. Ia merupakan sosok teladan terbaik yang pernah ada di dunia. Ketika kita sudah tahu pada kemuliaan dan keluhuran nabi, maka akan tumbuh kecintaan kita kepadanya, sehingga kita akan mengikuti semua jejak langkahnya.

Oleh karena itu, Sayyid Muhammad bin Umar al-Hadrami dalam kitab Hadaiqul Anwar wa Mathali'ul Asrar mengatakan bahwa mengadakan maulid nabi merupakan salah satu bukti kecintaan seorang umat kepada nabinya. Ia mengatakan:

اِنَّ الْاِحْتِفَالَ لِمَوْلِدِ الرَّسُوْلِ يَكُوْنُ تَكْرِيْمًا وَتَعْظِيْمًا لِمَقَامِهِ الشَّرِيْفِ وَدَلِيْلاً عَلَى مَحَبَّةِ النَّاسِ بِالنِّسْبَةِ لِلنَّبِي صلى الله عليه وسلم

Artinya: "Sungguh merayakan kelahiran Rasulullah merupakan bentuk pemuliaan dan pengagungan pada kedudukannya yang luhur, serta menjadi buktinya kecintaan manusia (umat Islam) kepada Nabi Muhammad."

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Selain itu, dengan mengadakan maulid nabi atau menghadiri perayaan maulid, akan menjadikan kita semakin banyak bershalawat kepadanya. Sedangkan salah satu bukti cinta setiap orang adalah akan sering menyebut nama orang-orang yang mereka cinta. Dan orang-orang yang banyak bershalawat kepada nabi menunjukkan bahwa dalam dirinya terdapat cinta yang besar kepadanya. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin mengatakan:

مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا أَكْثَرَ بِالضَّرُوْرَةِ مِنْ ذِكْرِهِ وِذِكْرِ مَا يَتَعَلَّقُ بِهِ

Artinya: "Siapa saja yang cinta pada sesuatu, maka dengan pasti ia akan memperbanyak menyebutnya dan menyebut hal-hal yang berkaitan dengannya."

Inilah puncak kecintaan seorang umat. Umat Islam yang cinta kepada Nabi Muhammad akan menjadikan shalawat kepadanya sebagai satu-satunya ucapan yang paling sering keluar dari lisannya. Sebab, baginya tidak ada ucapan yang paling manis untuk disebutkan selain bershalawat kepada kekasihnya Nabi Muhammad.

Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Dari beberapa uraian materi khutbah Jumat ini, dapat disimpulkan bahwa merayakan maulid Nabi Muhammad atau menghadiri acara-acara maulid merupakan salah satu bukti kecintaan umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan acara tersebut diharapkan bisa menjadi momentum untuk menjadikan nabi sebagai panutan dalam segala hal.

Demikian khutbah perihal perayaan maulid nabi sebagai bukti cinta kepadanya yang akan membawa kita semakin mencintai Allah SWT. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqomah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #8

Judul: Berlomba dalam kebaikan Sesuai Tuntunan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى : وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Segala puji dan syukur kita persembahkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmatNya yang senantiasa diberikan kepada kepada hamba hambaNya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Sumber keteladanan, manusia yang paling mulia di muka bumi ini.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Islam mengajak orang beriman untuk berlomba lomba dalam kebaikan. Rasulullah juga memotivasi para sahabat untuk berlomba melalui amalan dan ilmu pengetahuan. Janji Rasulullah tentang berita gembira kepastian masuk surga bagi sebagian sahabat, menjadi contoh bahwa persaingan dalam kebaikan mendapatkan tempatnya. Hadits dari Abdurrahman bin 'Auf ra berkata bahwa Nabi SAW bersabda,

عَن عَبدِالرَّحمَنِ بنِ عَوفٍ رَضِيَ اللهُ عَنه قال: قال رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: أبُو بَكرٍ في الجَنَّةِ، وعُمرُ في الجَنَّةِ، وعُثمانُ في الجَنَّةِ، وعَليٌّ في الجَنَّةِ، وطَلحةُ في الجَنَّةِ، والزُّبَيرُ في الجَنَّةِ، وعَبدُالرَّحمَنِ بنُ عَوفٍ في الجَنَّةِ، وسَعدٌ في الجَنةِ، وسَعيدٌ في الجَنَّةِ، وأبُو عُبيدةَ بنِ الجَرَّاحِ في الجَنَّةِ.

Artinya: "Dari Abdurrahman bin Auf RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa`ad bin Abi Waqqas di surga, Sa'id bin Zaid di surga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga." (HR.Tirmidzi).

Menariknya tidak semua sahabat mendapatkan berita gembira ini. Rasulullah ingin memberikan motivasi bagi sahabat lain untuk berlomba mendapatkan ganjaran pahala yang besar. Bagi manusia yang orientasinya kepada materi, tentu sulit untuk melakukan perlombaan dalam kebaikan. Segala hal akan dilakukan demi mengejar dunia dengan menghalalkan beragam cara.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Berlomba dalam kebaikan adalah tuntunan Allah dan Rasulullah. Berlomba dalam kebaikan tidak serta merta ditujukan kepada ibadah saja. Lihat bagaimana para sahabat gemar melakukan ibadah, bahkan ada yang ingin dalam hidupnya melakukan puasa dan shalat secara terus menerus, lalu ditegur Rasulullah dan diingatkan bahwa yang dimaksud dalam Islam tidaklah seperti itu.

Berlomba dalam kebaikan dimaksudkan untuk bersemangat mencari penghidupan yang baik demi agama sebagaimana esensi dalam surah Al-Jumuah bahwa selesai shalat, tidak harus duduk di masjid, tetapi menyebar untuk bekerja kembali. Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ.

Artinya: "Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". (Surah Aljumuah ayat 9).

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Lomba pada dasarnya memberikan motivasi bagi lain untuk membuat kebaikan serupa. Esensi dari nilai-nilai Islam mengajarkan untuk berlomba meraih maslahat dan tidak membawa mudharat untuk diri sendiri. Allah berfirman :

وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya: "Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Al-Baqarah, 148).

Agama mengajak kita untuk berlomba secara berjamaah. Filosofi lebah sebagaimana yang diibaratkan Rasulullah yakni perumpamaan kaum Muslimin yang memberi manfaat kepada yang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadits riwayat Imam Baihaqi:

مَثَلُ المؤمنِ كمَثَلِ النَّحلَةِ ؛ إن أكَلَتْ أكَلَت طَيِّباً ، وإن وَضَعَت وَضَعت طَيِّباً ، وإن وَقَعت على‏ عُودٍ نَخِرٍ لَم تَكسِرْهُ, و مَثَلُ المؤمنِ مَثَلُ سَبيكَةِ الذَّهَبِ ؛ إن نَفَختَ علَيها احمَرَّت ، وإن وُزِنَت لَم تَنقُصْ.

Artinya: "Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti lebah, ketika memakan, tidak pernah memakan kecuali makanan yang baik. Ketika meninggalkan sesuatu atau memberi sesuatu, tidak pernah kecuali yang baik, ketika menginjak dahan tidak pernah merusaknya. Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti lantakan emas ketika dibersihkan akan mengkilat dan ketika ditimbang tidak pernah kurang." (HR. Imam Baihaqi).

Lomba yang disebut dalam Al-Qur'an sendiri selalu berkembang dengan semangat optimis. Ciri khas muslim sejati adalah selalu menjadi pemenang yakni menang bersama-sama. Yakni sebagai pemenang di kehidupan dunia dan akhirat. Allah berfirman:

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (ِAl-Qashas, ayat 77).

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Dalam konteks keluarga, perlombaan dalam kebaikan erat kaitannya tentang peran suami berbuat baik kepada istrinya dan demikian sebaliknya. Bagaimana Sayyidah Khadijah ketika di akhir usianya menyebut tentang permintaan sorban Rasulullah untuk dijadikan kain kafan, lalu Rasulullah mengisyaratkan bahwa Sayyidah Khadijah adalah seorang yang sudah memenangi dunia dan akhirat.

Lomba kebaikan antara suami dan istri bukan pada seberapa banyak melontarkan kata-kata mesra tetapi bagaimana wujud kasih sayang dengan bekerjanya suami dan penjagaannya dan takzimnya istri kepada suami.

Penting bagi orang tua mengikuti lomba memuliakan dan mendidik anak. Bahwa perlombaan ini semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah dan semangat mendidik anak-anak agar menjadi generasi penerus yang berkualitas.

Mari kita merenungkan kembali bagaimana giatnya para ulama dalam berlomba meraih ilmu. Bahkan rela tidak tidur di kasur yang empuk dan tidak makan yang enak-enak demi mengajar ilmu.

Agama Islam adalah agama yang selalu memberikan motivasi untuk berlomba meraih kemenangan dari setiap individu, maka ambillah peran kita masing-masing. Berlombalah untuk meraih kemenangan yang sejati, lomba yang membuat kita menang, disayangi oleh manusia dan diridhai pula oleh Sang Pencipta. Amin ya Rabbal Alamin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Oleh: Azmi Abubakar, Penyuluh Agama Asal Aceh
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #9

Judul: Mencontoh Nabi dalam Bertoleransi

Khutbah I

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma'asyiral Muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta'ala.

Mengawali khotbah kali ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta'ala. Baik itu dengan menjalankan perintah-Nya ataupun dengan menjauhi larangan-larangan-Nya. Karena tidaklah kita semakin mulia, kecuali dengan bertakwa. Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13)

Di penghujung tahun seperti ini, telinga kita dibuat akrab dengan istilah-istilah 'Selamat Hari Natal', 'Selamat Tahun Baru' dan ucapan-ucapan yang semisalnya. Ucapan-ucapan yang mengarah pada dua perayaan yang sejatinya dicetuskan dan dibuat-buat oleh mereka yang tidak beriman kepada Allah Ta'ala.

Pada momen-momen seperti ini, kaum muslimin dihadapkan pada dua hal. Masyarakat muslim yang tidak tahu menahu atau pura-pura tidak tahu tentang hukumnya, seringkali akan ikut meramaikan dan merayakan dua perayaan ini bersama orang-orang nonmuslim. Beralasan bahwa apa yang mereka lakukan ini adalah bagian dari Islam yang rahmatan lil 'alamin, atau beralasan bahwa ini adalah bentuk rasa toleransi mereka kepada mereka yang nonmuslim.

Lalu, kaum muslimin yang lainnya (yaitu yang telah mengetahui bagaimanakah hukum ikut serta dalam perayaan nonmuslim lalu kemudian tidak merayakannya) oleh mereka yang membenci agama ini dikatakan sebagai 'intoleran', 'keras', dan 'kaku'.

Jemaah yang semoga selalu mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah Ta'ala.

Sungguh ini adalah kekeliruan yang sangat besar. Mengatasnamakan keikutsertaannya pada perayaan tersebut sebagai bentuk toleransi, lalu menghukumi mereka yang tidak merayakannya dengan sebutan 'intoleran'.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta'ala.

Agama Islam adalah agama yang sempurna. Setiap tindakan, sikap, dan budi pekerti yang baik telah diajarkan oleh Allah Ta'ala melalui lisan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam, tak terkecuali sikap dan muamalah kita terhadap orang-orang non-Islam, Islam pun telah mengajarkannya.

Di dalam Al-Qur'an, Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada mereka yang beragama Islam dan juga mereka yang non-Islam. Allah Ta'ala berfirman,

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu (dari kalangan orang-orang kafir) dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Di ayat yang lain, Allah Ta'ala halalkan makanan yang mereka berikan kepada kita, dan Allah halalkan juga memberikan mereka makanan,

اَلْيَوْمَ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُۗ وَطَعَامُ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حِلٌّ لَّكُمْ ۖوَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ

"Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan) ahli kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka." (QS. Al-Maidah: 5)

Kaum muslimin, jemaah salat Jumat yang Allah rahmati.

Sebagai kaum muslimin yang percaya dan yakin bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah sebaik-baik suri teladan bagi dirinya, yang yakin bahwa Nabi Muhammad membawa kebenaran, seharusnya juga mengetahui dan mempelajari kembali bagaimana sikap Nabi terhadap nonmuslim, bagaimana muamalah beliau dengan mereka, dan bagaimana batas toleransi yang benar yang telah beliau ajarkan.

Begitu banyak riwayat-riwayat hadis yang sampai kepada kita, yang mengisahkan bagaimana perlakuan dan akhlak Nabi terhadap nonmuslim. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau membesuk orang yang sakit di antara mereka, berbuat baik terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan di antara mereka.

Dikisahkan juga bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam suatu ketika meminjam sejumlah uang kepada ahlul kitab. Sampai-sampai di akhir hayat beliau, baju perang beliau tergadaikan kepada seorang Yahudi, karena beliau shallallahu 'alaihi wasallam meminjam uang darinya.

Toleransi beliau juga terwujud dalam kisah penaklukan kota Makkah. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengampuni dan memaafkan kaum Quraisy yang telah menyakiti beliau, kecuali beberapa orang saja! Bahkan, beliau memberikan jaminan keselamatan kepada penduduk Makkah, meskipun mereka belum mau masuk ke dalam Islam. Dalam sebuah hadis sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu mengisahkan,

أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ عامَ الفتحِ جاءَهُ العبَّاسُ بنُ عبدِ المطَّلبِ بأبي سفيانَ بنِ حربٍ فأسلمَ بمرِّ الظَّهرانِ فقالَ لَهُ العبَّاسُ: يا رَسولَ اللَّهِ إنَّ أبا سفيانَ رجلٌ يُحبُّ هذا الفخرِ، فلو جعلتَ لَهُ شيئًا قالَ: نعَم مَن دخلَ دارَ أبي سفيانَ فَهوَ آمنٌ، ومَن أغلقَ علَيهِ بابَهُ فَهوَ آمنٌ

"Saat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hendak menaklukkan kota Makkah, Al-Abbas bin Abdul Mutthalib mendatanginya sembari membawa Abu Sufyan bin Harb, maka masuk Islamlah dia (Abu Sufyan) di tempat yang disebut 'Maar Adz-Dzahran'. Al-Abbas mengatakan kepada beliau (Nabi), 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu senang apabila memiliki kewibawaan, sekiranya engkau berikan sesuatu untuknya (untuk dibanggakan).' Maka, Nabi mengatakan, 'Siapa saja yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka ia mendapatkan jaminan keamanan (tidak dibunuh). Dan siapa pun yang menutup pintunya, maka ia juga mendapatkan keamanan." (HR. Abu Dawud no. 3021, Ibnu Abi Syaibah no. 38078 dan Al-Baihaqi no. 18740)

Jamaah yang dimuliakan Allah Ta'ala.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga pernah bersabda,

ألا مَن ظلمَ مُعاهدًا، أوِ انتقصَهُ، أو كلَّفَهُ فوقَ طاقتِهِ، أو أخذَ منهُ شيئًا بغَيرِ طيبِ نفسٍ، فأَنا حَجيجُهُ يومَ القيامةِ

"Ketahuilah, bahwa orang yang menzalimi orang kafir yang menjalin perjanjian dengan Islam atau mengurangi haknya atau membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil darinya sesuatu yang ia relakan, maka aku adalah lawannya pada hari Kiamat." (HR. Abu Dawud no. 3052 dan disahihkan oleh Syekh Albani)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahkan memberikan ancaman bagi mereka yang membunuh orang-orang nonmuslim yang sedang dalam perlindungan dan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَن قَتَلَ مُعاهَدًا لَمْ يَرِحْ رائِحَةَ الجَنَّةِ، وإنَّ رِيحَها تُوجَدُ مِن مَسِيرَةِ أرْبَعِينَ عامًا

"Siapa yang membunuh (kafir) mu'ahad (terikat perjanjian damai), maka dia tidak akan dapat mencium wangi surga. Padahal, sesungguhnya harumnya (surga) dapat tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun." (HR. Bukhari no. 3166)

Jamaah yang berbahagia, sesungguhnya toleransi kaum muslimin inilah yang menjadi sebab cepatnya persebaran Islam di seluruh dunia. Semuanya kembali pada asas keadilan dan hikmah yang dibawa oleh syariat Islam. Keadilan yang berlaku untuk semua masyarakatnya dan siapapun yang sedang di bawah kepemimpinannya, tak terkecuali mereka yang non-muslim.

أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ

Khotbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Maasyiral mukminin yang dimuliakan Allah Ta'ala.

Di dalam bertoleransi, Islam juga menerapkan beberapa aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar oleh setiap pemeluknya. Di antaranya adalah larangan ikut serta di dalam merayakan perayaan agama lain dan memberikan ucapan selamat atas hari raya mereka.

Karena di dalam keikutsertaan seorang muslim pada hari raya mereka terdapat bentuk saling tolong menolong dalam sebuah dosa. Sedang Allah Ta'ala berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan." (QS. Al-Ma'idah: 2)

Belum lagi, ikut serta dalam perayaan mereka merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai non-muslim) yang paling nyata! Sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَومٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari kaum tersebut." (HR. Abu Dawud no. 4031 dan Ahmad no. 5114)

Subhanallah! Nabi hukumi orang seperti ini dengan hukum yang sama dengan orang-orang kafir tersebut. Bisa jadi keikutsertaan seseorang dalam perayaan agama lain ini mengantarkannya kepada kekufuran, wal iyyadhu billah, atau seminimal-minimalnya mengantarkannya kepada perbuatan dosa.

Jemaah salat Jumat yang senantiasa dalam lindungan Allah Ta'ala.

Jangan sampai diri kita tertipu dan merasa gengsi serta malu ketika tidak ikut memeriahkan perayaan-perayaan semacam ini, merasa malu hanya karena banyaknya manusia yang ikut merayakannya. Tugas kita hanyalah menaati Allah dan Rasul-Nya. Hiraukan omongan manusia, hiraukan kebiasaan mereka, karena mayoritas dan kebanyakan manusia tidak peduli dengan apa yang telah Allah Ta'ala syariatkan. Allah Ta'ala berfirman,

وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ

"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanyalah persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan." (QS. Al-An'am: 116)

Allah Ta'ala juga berfirman,

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

"Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya." (QS. Yusuf: 103)

Oleh karenanya jemaah sekalian, perayaan-perayaan yang menyelisihi syariat maka hukumnya terlarang, meskipun banyak dikerjakan dan dirayakan oleh masyarakat dan manusia.

Semoga Allah Ta'ala senantiasa menjaga kita, memberikan kita hidayah untuk selalu menimbang segala ucapan, perbuatan, dan perayaan manusia dengan melihat dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadis. Apa yang sejalan dengan keduanya ataupun salah satu dari keduanya, maka boleh diamalkan meskipun sedikit sekali dari masyarakat yang melakukannya.

Sedangkan apa yang menyelisihi keduanya ataupun salah satu darinya, maka tidak boleh diamalkan. Meskipun banyak sekali masyarakat dan manusia yang melakukannya.

Wallahu a'lam bisshawab.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Muhammad Idris, Lc
Sumber: Muslim or.id

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #10

Judul: Begitu Cepat Waktu Ini Berlalu

Khotbah I

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Ma'asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.

Pertama-tama, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta'ala. Karena dengan ketakwaan inilah, kita bisa meraih rida Rabb kita dan dengannya pula kita akan mendapatkan kehidupan yang mulia. Orang yang bertakwa dicap oleh Allah Ta'ala sebagai makhluk-Nya yang paling baik. Allah Ta'ala berfirman,

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ

"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS. Al-Bayyinah: 7)

Sungguh, waktu ini sangatlah cepat berlalu. Rasanya belum lama kita bertemu dengan tahun 1443 Hijriyyah. Namun, ternyata tahun 1443 sudah hampir usai dan tak akan kembali. Berlalu juga semua kesempatan ibadah di dalamnya. Ramadan yang telah kita lewati, musim haji, dan bulan Zulhijah telah usai yang ditandai dengan jemaah haji yang mulai berdatangan dari tanah suci Makkah, kembali ke tanah air ini. Sungguh, waktu sangatlah cepat berlalu, dan itu tidaklah mengherankan, karena cepatnya waktu adalah salah satu karakteristik kehidupan di akhir zaman.

Singkatnya waktu yang kita rasakan merupakan salah satu tanda-tanda kecil dekatnya hari kiamat sebagaimana yang pernah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam katakan,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ، وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ، وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ

"Tidak akan terjadi kiamat hingga zaman berdekatan. Setahun bagaikan sebulan. Sebulan bagaikan sepekan. Sepekan bagaikan sehari. Sehari bagaikan sejam. Dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma." (HR. Ahmad no. 10943 di dalam Musnad-nya)

Ma'asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.

Alangkah bahagianya bagi siapa saja yang telah memperbanyak ketaatan, berlomba-lomba dalam kebaikan, berusaha mengangkat derajat pahalanya, dan berusaha agar Allah Ta'ala mengampuni dosa-dosanya pada tahun ini, serta bisa mengambil pelajaran dari setiap hal yang telah Allah takdirkan. Allah Ta'ala berfirman,

يُقَلِّبُ اللّٰهُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّاُولِى الْاَبْصَارِ

"Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (yang tajam)." (QS. An-Nisa': 44)

Alangkah senangnya bagi siapa saja yang mengisi hari-harinya dengan mengerjakan perintah Allah, memenuhi bulan-bulannya dengan menjawab panggilan salat, dan mengorbankan tahun-tahun kehidupannya di dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala disertai dengan keikhlasan dan kesadaran bahwa inilah tujuan diciptakannya manusia di bumi ini sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat: 56)

Dan firman-Nya juga,

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas, menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al-Bayyinah: 5

Ma'asyiral Mu'minin, yang dirahmati Allah Ta'ala.

Di antara hak Allah Ta'ala atas hamba-Nya yang telah Allah berikan begitu banyak kenikmatan, yang telah Allah berikan kesempatan hidup hingga detik ini dalam keadaan yang baik adalah mensyukuri segala nikmat-Nya serta memuji-Nya atas segala kemulian-Nya. Karena rasa syukur menyebabkan bertambahnya kenikmatan dan mencegah dari penderitaan. Alangkah baiknya manusia selalu meresapi dan mematri dengan kuat di dalam hatinya firman Allah Ta'ala,

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim: 7)

Saat seorang muslim bersyukur, maka kebaikannya akan kembali ke dirinya sendiri. Dan saat ia kufur terhadap nikmat Allah, maka bahayanya pun akan kembali ke dirinya sendiri. Karena sesungguhnya Allah Ta'ala Mahakaya, tidak memerlukan sesuatu apapun dari seluruh alam ini. Allah Ta'ala berfirman,

وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ

"Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji." (QS. Luqman: 12)

Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Ta'ala.

Tidak ada yang menjadi tugas kita, kecuali memuji Allah atas apa yang telah diberikan kepada kita. Pujian kita kepada-Nya menandakan keridaan kita atas limpahan rezeki-Nya, dan tidak ada balasan dari keridaan seseorang kepada Allah, kecuali kemenangan yang besar. Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kepada kita untuk rida kepada Allah Ta'ala dengan senantiasa memuji-Nya atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Bahkan, terhadap makanan dan minuman yang kita makan setiap harinya.

إنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ العَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا، أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

"Sesungguhnya Allah rida kepada hamba yang menyantap makanan lalu memuji Allah atas makanan itu, atau minum lalu memuji Allah atas minuman itu." (HR. Muslim no. 2734)

Ma'asyiral Mu'minin, yang semoga diridai oleh Allah Ta'ala.

Sesungguhnya di antara kemuliaan seseorang, saat ia sudah di penghujung sebuah waktu adalah meluangkan waktunya seorang diri, untuk mengintrospeksi dan mengoreksi dirinya atas amalan apa yang telah diperbuat dan amalan apa yang telah terlewat. Demikian juga dengan waktu yang telah Allah berikan, sudahkah ia manfaatkan ataukah ia sia-siakan. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengatakan,

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

"Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah." (HR. Tirmidzi no. 2459, beliau mengatakan hadis ini 'hasan')

Imam Tirmidzi mengatakan, "Maksud sabda Nabi 'Orang yang mempersiapkan diri' adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya pada waktu di dunia sebelum dihisab pada hari kiamat."

أَقولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيمُ.

Khotbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Wahai orang-orang yang beriman.

Ketahuilah, sesungguhnya kunci kesuksesan orang-orang terdahulu maupun untuk generasi yang akan datang adalah tidak menunda-nunda dalam beramal. Apa yang bisa kita kerjakan di hari tersebut, maka tidak kita tinggalkan untuk dikerjakan esok harinya. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا

"Tidak ada satu pun jiwa yang mengetahui apa yang akan dia kerjakan besok." (QS. Luqman: 34)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda,

اغْتَنِمْ خَمْسًا قبلَ خَمْسٍ: شَبابَكَ قبلَ هِرَمِكَ ، وصِحَّتَكَ قبلَ سَقَمِكَ ، وغِناكَ قبلَ فَقْرِكَ ، وفَرَاغَكَ قبلَ شُغْلِكَ ، وحَياتَكَ قبلَ مَوْتِكَ

"Manfaatkan dengan baik lima perkara sebelum (datangnya) 5 perkara, yaitu: (1) Masa mudamu sebelum (datang) masa tua. (2) Masa sehatmu, sebelum (datang) masa sakit. (3) Masa mampumu sebelum datang masa fakir. (4) Masa luangmu, sebelum datang masa sibuk. (5) Masa hidupmu sebelum (datang) kematian." (HR. Al-Hakim no. 7846 dan Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman no. 10248 dengan sanad yang sahih)

Beliau juga bersabda,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

"Bersegeralah melakukan amalan saleh sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu, seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia." (HR. Muslim no. 118)

Jemaah salat Jumat yang berbahagia.

Di antara kunci sukses dalam beramal yang lainnya adalah membuat perencanaan untuk waktu yang akan datang, bagaimana rencana beramal kita pada tahun depan, sehingga kehidupan kita lebih tertata dan lebih tertib.

Orang yang berakal adalah yang bisa menambah intensitas ibadahnya setiap harinya. Ada sebuah ungkapan yang sangat indah,

مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ كَنَدَمِي عَلَى يَوْمٍ نَقَصَ فِيهِ أَجَلِي، وَلَمْ يَزْدَدْ فِيهِ عَمَلِي

"Sungguh aku tidak pernah menyesali sesuatu melebihi penyesalanku pada hari di mana umurku berkurang, namun amalanku tidak bertambah."

Peningkatan sesuatu itu tidak hanya dalam kuantitasnya saja, akan tetapi bisa saja berupa peningkatan dalam kualitas. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,

إِنَّ اللهَ ـ عَزَّ وَجَلَّ ـ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menyukai jika salah seorang kalian mengerjakan sesuatu, dia mengerjakannya dengan bersungguh-sungguh (profesional)." (HR. Thabrani no. 275 dan As-Suyuti no. 1855, dihasankan oleh Syekh Albani dalam Shahih Al-Jaami'.)

Dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah yang dikerjakan secara konsisten walaupun jumlahnya sedikit. Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa agama kita lebih mengutamakan kualitas sebuah amalan daripada kuantitasnya.

Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Mengusahakan amalan agar sesuai sunah Nabi itu lebih utama dari memperbanyak amalan. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman,

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

"Supaya Allah menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. Al Mulk: 2)

Dalam ayat tersebut Allah Ta'ala tidak berfirman, 'yang paling banyak amalannya'."

Semoga Allah menuliskan kita sebagai salah satu hamba-Nya yang dapat bersyukur, mengisi hari-hari kita dengan ketaatan kepada Allah Ta'ala, konsisten di dalamnya dan tidak menunda-nundanya. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang lebih mengutamakan kualitas amal daripada kuantitasnya, yaitu beramal dengan ikhlas mengharap rida Allah dan sesuai dengan tuntunan serta petunjuk dari Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Muhammad Idris, Lc
Sumber: Laman resmi Muslim or.id

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #11

Judul: Ajaran Islam dan Peran Umat Muslim Menghentikan Krisis Iklim

Khutbah I

Alhamdulillah alladzi anzalas sakinata fi qulubil mu'minina li yazdadu imanan ma'a imanhim. Asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammad abduhu wa rasuluhu.

QalaLlahu ta'ala fil Qur'an al-karim: "afala yanzduruna ilal ibili kayfa khuliqat. Wa ila sama'i kayfa rufi'at. Wa ilal jibali kayfa nusibat. Wa ilal ardhi kayfa sutihat" (Qs al-Ghasiyah [88] ayat 17-20:)

Wa qala Rasulullah SAW: "In Qāmat as-Sā'ah wa fī yadi ahadikum fasīlah, fa in istathā'a an lā taqūma hattā yugrisaha fal yugrisha." Hadits ini oleh Imam Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad 3/183, 184, 191, dan Imam Bukhari di kitab Al-Adab Al-Mufrad no. 479

Hadirin Jama'ah Jum'ah rahimakumullah

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat kesehatan, sehingga kita dapat melaksanakan ibadah baik yang mahdhah maupun yang ghayr mahdhah, diantaranya adalah ibadah usbu iyyah yaitu ibadah Jumat yang kita laksanakan pada siang ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi dan Rasul utusan Allah yang terakhir, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, tabiin, dan kita yang istiqomah mengikuti jejak langkah beliau dalam menebarkan kebaikan kepada semesta.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Izinkan khatib mengajak diri sendiri dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Tahun 2020 disebut oleh Organisasi Meteorologis Dunia (WMO), sebuah badan khusus PBB untuk cuaca dan iklim, hidrologi dan geofisika yang pusat di Jenewa, Swiss, sebagai tahun terpanas bagi iklim planet bumi. Sekretaris Jenderal WMO, Patteri Taalas menyebut Gas rumah kaca di atmosfer, yang menjadi pendorong utama krisis iklim, mencapai rekor tertinggi tahun lalu dan terus meningkat pada 2020.

Sebelumnya, MWO melaporkan sepanjang tahun 2015-2019 temperatur global mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0.2 °C dibandingkan dengan tahun 2011-2015. Temperatur bumi mengalami kenaikan sebesar 1 °C dibandingkan dengan temperatur bumi sebelum masa revolusi Industri, beberapa abad lalu.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Sampai dengan tahun 2050, suhu bumi diprediksikan akan naik sebesar 2 derajat celcius. Dampaknya, sebagaimana disebutkan oleh PBB, akan ada 200 juta orang mengungsi akibat krisis iklim. Jika kita membaca sejarah, angka 200 juta adalah keseluruhan populasi manusia di dunia pada masa puncak kekaisaran Romawi. Selain itu, akan ada 400 juta orang yang kesulitan air bersih, bahkan kota-kota di daerah khatulistiwa akan menjadi tidak layak huni karena alamnya semakin hancur dan tidak memiliki daya dukung.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Belajar dari pengalaman sepanjang 2015-2019, krisis iklim telah memberikan dampak buruk, diantaranya banjir dan kekeringan. Sepanjang 2015-2019, banjir dilaporkan telah menghantam China pada Juni-Juli tahun 2016. Akibatnya, sebanyak 310 orang meninggal dan secara ekonomi negara ini alami kerugian sebesar USD 14 triliun.

Pada Agustus 2017, banjir juga melanda sejumlah negara, yaitu India, Bangladesh, Nepal, dan Sierra Leone. Total orang yang meninggal di India, Bangladesh, dan Nepal, tercatat sebanyak 1200 orang serta 40 juta orang terdampak kesehatannya akibat penyakit yang menyebar pasca banjir. Sementara di Sierra Leone, banjir disertai longsor telah membunuh 1.102 orang.

Terkait dengan dampak krisis iklim yang lain, yaitu kekeringan, sepanjang 2015-2018 tercatat cadangan air mengalami penipisan di cape Town, Afrika Selatan, yang menyebabkan kota ini hampir kehabisan air pada 2018. Di Afrika timur pada 2016-2017, 6,7 juta orang mengalami kerawanan pangan pada puncak kekeringan.

Di Indonesia, dampak buruk krisis iklim dapat dilihat dari sejumlah hal penting, diantaranya kebakaran hutan dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 saja, tercatat 2.6 hektar hutan hilang dan setidaknya 34 orang meninggal. Selain itu, krisis iklim berdampak terhadap tenggelamnya pulau-pulau kecil dan semakin banyaknya wilayah pesisir yang terkena abrasi. Dalam konteks pertanian, krisis iklim merusak musim tanam dan panen. Akibat jangka panjangnya, kedaulatan pangan akan dipertaruhkan.

Krisis iklim juga menyebabkan cuaca ekstrem dan sulit ditebak. Di satu wilayah, bisa saja terjadi hujan terus-menerus yang disertai dengan angin kencang dan menyebabkan banjir. Sementara di wilayah lain terjadi kemarau berkepanjangan hingga mengeringkan sawah, ladang dan sumber-sumber air masyarakat. Belum lagi suhu ekstrim yang disebabkan terik matahari dapat membakar kulit.

Cuaca ekstrim seperti hujan kencang yang terjadi terus-menerus akan menyebabkan banjir jika daratan tidak siap menampung limpahan air yang banyak. Kondisi banjir menyebabkan lingkungan kotor dan menjadi lingkungan yang sangat baik bagi serangga dan nyamuk penyebar penyakit untuk hidup dan bereproduksi. Dengan kondisi seperti ini, kasus penyakit seperti malaria dan demam berdarah akan sangat banyak. Sementara kondisi ekstrim lingkungan mempengaruhi daya tubuh manusia sehingga mudah sekali menjadi sakit.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Apa yang menjadi penyebab krisis iklim? krisis iklim adalah tantangan nyata yang dihadapi oleh semua entitas di muka bumi. Krisis ini merupakan akumulasi sekaligus transformasi dari berbagai kerusakan ekologis yang selama ini terjadi akibat pilihan gaya hidup manusia yang eksploitatif dan destruktif sekaligus gaya hidup yang tidak ramah lingkungan.

Lebih jauh, krisis iklim merupakan manifestasi dari krisis spiritual dan krisis paradigma manusia dalam memposisikan relasinya dengan alam. Krisis paradigma dan krisis spiritual yang dimaksud adalah, alam dihayati sebagai entitas yang hanya memiliki nilai instrumental atau benda mati semata. Alam hanya dikalkulasi dengan hitungan-hitungan untung dan rugi. Padahal, di dalam ajaran Islam, alam memiliki nilai pada dirinya sendiri (nilai intrinsik) dan dipandang memiliki nilai sakral, karena merupakan manifestasi keberadaan Allah SWT. Di dalam Islam, alam sering disebut sebagai ayat kauniyah.

Krisis spiritual dan atau krisis paradigma inilah yang disebut oleh al-Qur'an sebagai fasād. Kata fasād dengan seluruh kata jadiannya di dalam Al-Qur'an terulang sebanyak 50 kali, yang berarti sesuatu yang keluar dari keseimbangan (khurūj al-syai 'an al-i'tidāl). Sementara cakupan makna fasād ternyata cukup luas, yaitu menyangkut jiwa/rohani, badan/fisik, dan apa saja yang menyimpang dari keseimbangan/yang semestinya. Dengan demikian, krisis iklim, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Namun, ada penyebab yang mendorong hal tersebut terjadi, utamanya kerusakan pikiran dan hati manusia.

Salah satu ayat yang masyhur terkait hal ini adalah surat al-Rum: 42 yang berbunyi: "Zaharal fasadu fil barri wal bahri bima kasabat aydinnas" telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Makna fasad di dalam ayat ini, bermakna yang material dan nonmaterial. Makna material, bisa dalam dalam bentuk kehilangan hutan yang terus meningkat, pencemaran laut dan perairan, atau hilangnya fungsi sebuah ekosistem yang dibutuhkan untuk kehidupan. Sedangkan makna non-material adalah kerusakan cara berpikir, matinya spiritualitas manusia dalam menghayati keberadaan alam, dan kerusakan gaya hidup manusia yang menjadikan konsumsi sebagai tujuan hidup.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk memperlambat atau menghentikan krisis iklim ini? Dalam kesempatan ini, khatib hendak menawarkan sejumlah hal:

Pertama, Yang paling utama adalah kita harus memiliki pengetahuan global terhadap persoalan ini, tetapi sekaligus melakukan inisiatif di tingkat lokal. Diantara yang dapat kita lakukan adalah memasifkan aktivitas menanam pohon. Hal ini telah disampaikan oleh Nabi Muhammad dalam sebuah hadits yang dikemukakan di muqaddimah tadi, yaitu: "In Qāmat as-Sā'ah wa fī yadi ahadikum fasīlah, fa in istathā'a an lā taqūmas saah hattā yugrisaha fal yugrisha." Seandainya jika kiamat akan terjadi, sedangkan di tanganmu ada benih/tunas, jika engkau mampu untuk menanamnya sebelum kiamat itu terjadi, maka tanamlah. Hadits ini menekankan pentingnya menanam pohon meskipun hari kiamat datang esok hari. Jadi menghadapi kiamat itu, Nabi memerintahkan kita untuk menanam bukan memanah dan berkuda.

Kedua, kitaperlumengembangkan tafsir ekologis dalam beragama. Yang dimaksud dengan "tafsir" dalam konteks ini bukanlah disiplin ilmu tafsir al-Qur'an yang memiliki syarat-syarat yang ketat sebagaimana disepakati oleh para ilmuwan tafsir. Maksud tafsir disini adalah pemahaman dan penghayatan seorang muslim terhadap ajaran Islam. Umat Islam di Indonesia sudah waktunya mengembangkan tafsir yang berwawasan lingkungan dalam memahami dan menghayati bangunan ajaran Islam.

Kenapa demikian? karena di dalam al-Qur'an, misalnya, banyak ditemukan ayat-ayat yang sangat jelas merujuk pada fakta-fakta keseimbangan ekologis seperti ayat-ayat tentang gunung, ayat-ayat tentang air, ayat-ayat tentang pohon, ayat-ayat tentang hewan, dan lain sebagainya. Yang lebih jauh mendasar adalah al-Qur'an memerintahkan kita untuk merenungkan asal-usul keberadaan manusia. Kitab suci banyak menyebut asal-usul kejadian manusia yang berasal dari saripati tanah yang diciptakan oleh Allah SWT.

Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam kitabnya yang sangat terkenal, Mu'jam al-Mufahras li Alfādzil Qur'ān al-Karīm menghitung jumlah kata-kata yang sangat berkaitan dengan keberadaan berbagai jenis makhluk hidup dan entitas ekologis sebagai penanda keseimbangan planet bumi, sebagai berikut:

Pertama, benda-benda langit. kata langit disebut sebanyak 310 kali, matahari disebut sebanyak 33 kali, bulan disebut sebanyak 27 kali, bintang disebut sebanyak 18 kali, awan disebut sebanyak 9 kali, dan angin sebanyak 27 kali;

Kedua, entitas hewani. Diantaranya, burung disebut sebanyak sebanyak 20 kali. Selain burung, al-Qur'an menyebut sejumlah nama hewan, yaitu: sapi, lebah, laba-laba, semut, unta, kambing/domba, anjing, kuda, keledai, semut, lebah, babi, ular, nyamuk, serangga, dan juga gajah;

Ketiga, bumi dan entitas nabati. Kata bumi disebut sebanyak 451 kali, tanah sebanyak 29 kali, pohon dengan berbagai derivasinya sebanyak 26 kali, buah dengan berbagai derivasinya sebanyak 24 kali, tanaman sebanyak 14 kali, kata hijau yang melekat kepada pohon serta tumbuhan sebanyak 8 kali;

Keempat, gunung dan entitas hidrologis. Kata gunung disebut sebanyak 39 kali, batu dan berbagai derivasinya sebanyak 12 kali, air sebanyak 63 kali, sungai dan berbagai derivasinya sebanyak 59 kali, mata air sebanyak 20 kali, dan laut sebanyak 41 kali.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Berkaitan dengan itu, mari kita renungkan firman Allah di dalam Al-Qur'an, khususnya Surat al-Ghasiyah [88] ayat 17-20: "afala yanzduruna ilal ibili kayfa khuliqat. Wa ila sama'i kayfa rufi'at. Wa ilal jibali kayfa nusibat. Wa ilal ardhi kayfa sutihat (terjemah sebagai berikut: "Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan," "dan langit bagaimana ditinggikan," "dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan," "dan bumi bagaimana dihamparkan.")

Ayat tentang unta dan gunung dapat dimaknai sebagai simbol mengenai pentingnya keanekaragaman hayati yang menjadi penanda keseimbangan ekosistem planet bumi. Keberadaan keduanya sangat penting untuk dijaga karena manusia memiliki kebutuhan yang sangat tinggi terhadap hewan dan juga gunung atau juga hutan karena di dalamnya ada sumber air bersih. Ayat tentang langit, dapat dimaknai sebagai simbol pentingnya kita selalu memperhatikan keseimbangan iklim planet bumi. Oleh karena itu, para pemukim bumi, khususnya para pembaca dan pengiman kitab suci al-Qur'an wajib terlibat aktif dalam menjaga keseimbangan iklim.

Sedangkan ayat tentang bumi adalah simbol tentang rumah kita bersama yaitu planet bumi, dimana kita tinggal di atas tanahnya. Bumi, yang di dalam bahasa Arab disebut ardh dan Bahasa Inggris disebut earth, tidak membutuhkan sistem ekonomi yang ekstraktif dan eksploitatif. Bumi juga tidak membutuhkan orang-orang yang hanya memiliki kecerdasan teknis. Sebaliknya, bumi membutuhkan sistem ekonomi berdaya pulih yang tidak mengeruk, tetapi memulihkan keseimbangannya.

Jika dimaknai lebih dalam, ayat-ayat ini menyampaikan pesan kepada kita untuk selalu terlibat aktif membaca dan memperhatikan apa yang terjadi terhadap lingkungan kita. Uniknya, susunan empat ayat ini diletakkan setelah ayat-ayat yang membahas kondisi surga yang di dalamnya ada permadani terhampar, gelas-gelas yang tersusun rapi, serta memiliki mata air yang terus mengalir. Penghayatan kita akan mengatakan bahwa al-Qur'an sesungguhnya memerintahkan kita untuk terlibat aktif memelihara bumi supaya dapat merasakan surga dunia sebelum menempati surga di akhirat nanti.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Lalu yang ketiga, yang harus kita lakukan adalah mendorong isu iklim dan isu lingkungan hidup menjadi arus utama di dalam kurikulum pendidikan kita, mulai dari pendidikan pra sekolah, sekolah dasar, pesantren-pesantren, sekolah umum, maupun universitas. Sebagaimana diungkapkan oleh Fazlur Rahman, seorang pemikir muslim yang menjadi guru Cak Nur: "Pembaharuan pemikiran Islam, bagaimana pun harus di mulai di lembaga pendidikan." Nah, menurut khatib pandangan ini sangat tepat, relevan dan kontekstual dengan kondisi kita sekarang.

Dalam jangka panjang, krisis iklim sangat penting dimitigasi melalui pendidikan sejak dini. Pengarusutamaan isu iklim ke dalam kurikulum lembaga pendidikan juga harus dimaknai sebagai upaya pembaharuan kurikulum pendidikan dalam rangka merespon perkembangan isu termutakhir. Dengan demikian, menyelesaikan krisis ekologi atau krisis lingkungan melalui pendidikan adalah sebuah keniscayaan.

Barakallahu li wa lakum bil Qur'anil Azhim wa nafa'ani wa iyyakum bima fihi minal ayati wa dzikril hakim wa taqabbal minni wa minkum tilawatahu innahu huwas sami'ul alim

Khutbah II

Alhamdulillahi rabbil alamin wabihi nasta'inu ala umurid dunya wad din. Asyhadu an laa ilaha illaLlah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah

Izinkan khatib menambahkan satu poin di khutbah kedua ini. Isu krisis iklim belum begitu populer dan menjadi perhatian luas masyarakat muslim di Indonesia. Mayoritas kita lebih banyak memperdebatkan persoalan-persoalan agama yang tidak banyak berhubungan langsung dengan kehidupan planet bumi. Topik-topik perdebatan masih diwarnai oleh hal-hal yang berbau politisasi agama.

Sudah saatnya isu ini menjadi pembahasan utama di dalam forum-forum keagamaan, semacam pengajian, majelis taklim, maupun khutbah Jum'at, bahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Meski demikian, kita patut bersyukur, Muhammadiyah sebagai organisasi massa Islam yang memiliki rekam jejak dan pengalaman panjang membentuk serta mewarnai Indonesia telah menerbitkan sejumlah buku penting terkait hal ini, diantara yang dapat disebutkan diantaranya adalah buku teologi lingkungan, fikih air, menyelamatkan bumi melalui perbaikan akhlak dan pendidikan lingkungan, manajemen kepemimpinan lingkungan, dan akhlak lingkungan. Isu ini digawangi oleh Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah dan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah satu diantara lembaga keagamaan yang memiliki perhatian dalam isu ini.

Penerbitan buku-buku yang disebut tadi, merupakan ikhtiar penting yang patut diapresiasi dalam rangka mengedukasi masyarakat untuk menahan dan menghentikan krisis iklim yang mengancam kita. Semoga para penulis dan semua pihak yang terlibat dalam penerbitan buku-buku tersebut, serta semua orang yang memperjuangkan keselamatan planet bumi senantiasa diberikan keberkahan yang tidak akan pernah terputus. Amin ya rabbal alamin

Ditutup dengan doa,

Allahumma ighfir lil muslimin wal muslimat wal mu'minina wal mu'minat wal......

Rabbana atina fiddunya hasanah.....

Ibadallah Innal yamurukan bil adli wal ihsan.......

Oleh: Parid Ridwanuddin
Sumber: Laman resmi Muhammadiyah

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #12

Judul: Al-Qur'an dan Perintah Menjaga Lingkungan Hidup

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah Menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan kehidupan di dunia dengan segala fasilitasnya yang bisa kita nikmati. Di antara fasilitas tersebut adalah lingkungan hidup di sekitar kita yang diciptakan untuk berbagai kebutuhan dan kemudahan kehidupan. Sudah seharusnya kita terus berupaya menjaga dan melestarikannya sebagai wujud syukur kepada Allah swt.

Shalawat dan salam juga harus senantiasa kita sampaikan kepada suri tauladan umat Islam dalam menjaga lingkungan yakni Nabi Muhammad saw. Beliaulah sosok yang membawa risalah dari Allah untuk menjaga lingkungan dan menjadi contoh nyata bagi umat Islam dalam merawat lingkungan. Semoga kita menjadi umatnya yang patuh pada sabda-sabdanya dan mendapatkan syafa'atnya.

Pada kesempatan ini, khatib juga mengajak kepada jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan menjalankan perintah-Nya di antaranya adalah menjaga lingkungan untuk keberlanjutan kehidupan. Selain itu kita harus menguatkan komitmen untuk menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya seperti berbuat kerusakan di muka bumi. Allah berfirman:

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya: "Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-A'raf: 56).

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah Pelestarian lingkungan hidup memiliki nilai penting dalam ajaran Islam. Islam mengajarkan konsep keberlanjutan dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah (pemimpin atau wakil) di bumi. Selain sebagai khalifah, manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini adalah untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya.

Beribadah di sini memiliki makna yang luas bukan hanya bersifat ibadah mahdhah yang tata caranya sudah diatur melalui Al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Namun juga ibadah ghairu mahdhah yakni ibadah yang hanya ditentukan garis-garis umum dalam syariat Islam. Jadi, ibadah sebagai tugas utama manusia di dunia memiliki arti bukan hanya semata seperti shalat, zakat, puasa, atau haji saja. Namun menjaga lingkungan dan berbagai aktivitas positif dengan niat baik demi kebaikan dan kemaslahatan lainnya juga masuk dalam kategori ibadah. Termasuk hal kecil seperti menyingkirkan duri di tengah jalan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Semua hal yang disyariatkan oleh Allah melalui agama adalah untuk terciptanya kemaslahatan atau kemanfaatan serta kebaikan umat manusia di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dijelaskan oleh para ulama bahwa tujuan syariat (maqashid syariah) terdiri dari 5 hal yang disebut dengan Mabadiul Khamsah yakni Hifdzu Ad-Dîn (Menjaga Agama), Hifdzu An-Nafs (Menjaga Jiwa), Hifdzu Aql (Menjaga Akal), Hifdzu An Nasl (Menjaga Keturunan), dan Hifdzu Al Mâl (Menjaga Harta).

Seiring dengan dinamika perkembangan dunia, ulama kontemporer menambahkan beberapa poin penting dalam maqashid syariah yakni Hifdzul Wathan (Menjaga Tanah Air), Hifdzul Amni wassalam (menjaga keamanan dan kedamaian) dan termasuk Hifdzul Bi'ah (menjaga lingkungan).

Menjaga lingkungan sebagai bentuk tujuan syariat memang sangat berdasar karena lingkungan yang baik akan menjadikan ibadah-ibadah yang dilakukan oleh manusia akan menjadi maksimal dan berkesinambungan. Jangan sampai para generasi manusia selanjutnya hanya akan menemui kerusakan lingkungan yang diakibatkan ulah manusia pada masa kini.

Dalam Al-Qur'an sudah disebutkan dan disyaratkan perlunya pelestarian lingkungan melalui firman-firman Allah swt di antaranya pertama, terkait dengan munculnya kerusakan di muka bumi ini. Allah berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS Ar-rum: 41).

Kedua, manusia diperintahkan untuk mengambil nilai ibrah atau pelajaran berharga tentang lingkungan hidup demi masa depan peradaban yang baik. Sebagaimana firman Allah swt:

قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُۗ كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ

Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Bepergianlah di bumi, lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan mereka adalah orang-orang musyrik." (QS Ar-Rum: 42)

Ketiga, manusia diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan (Israf) seperti mengeksploitasi kekayaan bumi dan hanya meninggalkan kerusakan. Isyarat ini disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits dengan contoh berupa larangan berlebihan dalam makan dan minum. Allah berfirman:

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ

Artinya: "Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan."

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah diterangkan bahwa termasuk bagian dari berlebihan adalah makan segala yang diinginkan. Rasulullah bersabda:

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

Artinya: "Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah anak Adam mengisi perutnya dengan beberapa suapan yang akan meluruskan tulang rusuknya. Jika harus ditambah, maka sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk minum, dan sepertiganya untuk bernafas." (HR Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah).

Keempat, manusia diperintahkan menjauhi sikap itraf yakni bermewah-mewahan, hedonis, yang akan membawa kehancuran diri dan dunia. Alam semestinya dipelihara dengan baik dan seimbang. Tidak diperlakukan hanya untuk memuaskan hawa nafsu manusia yang melebihi batas. Allah berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 16:

وَاِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا

Artinya: "Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah). Lalu, mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu sehingga pantaslah berlaku padanya perkataan (azab Kami). Maka, Kami hancurkan (negeri itu) sehancur-hancurnya."

Kelima, Manusia diperintahkan untuk tidak tabzir atau senang berprilaku mubazir (boros tidak ada guna) dengan merusak alam sehingga generasi penerus hanya diwarisi kerusakan akibat tindakan mubazir. Allah berfirman:

اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا

Artinya: "Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS Al-Isra': 27).

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah Demikianlah pesan-pesan penting dalam Al-Qur'an yang merupakan isyarat dan perintah Allah untuk menjaga lingkungan hidup dan dunia seisinya. Mari kita kuatkan tekad untuk menjadi agen-agen peduli dan penjaga lingkungan hidup agar keberlangsungan kehidupan bisa kita pastikan. Semoga Allah swt senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya rabbal'alamin...

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ

Oleh: Muhammad Faizin
Sumber: Nahdlatul Ulama

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #13

Judul: Kemuliaan Menjadi Seorang Guru

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى :يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah Pekan ini, tepatnya tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Guru merupakan profesi mulia dan agung karena kita semua merupakan anak didik dari guru-guru yang hebat. Dengan profesinya itu seorang guru menjadi perantara yang menghubungkan manusia, dalam hal ini murid, dengan penciptanya, yaitu Allah SWT. Rasulullah bersabda:

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: "Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu" (HR Thabrani). Hadits ini menegaskan kepada kita betapa pentingnya ilmu di dunia ini karena untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat diperlukan ilmu. Pintu untuk menuju kepada ilmu itu adalah melalui sang guru.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, Guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dan profesional dalam menjalankan tugasnya akan memberi pengaruh yang baik bagi perkembangan murid dalam belajar. Dalam Hadits, Rasulullah Saw bersabda:

كُوْنـُـوْا رَبَّانِيِّـْينَ حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ وَيُقَالُ اَلرَّبَّانِيُّ الَّذِى يُــرَبِــّى النَّاسَ بِصِغَارِ اْلعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ

Artinya: "Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak." (HR Bukhari).

Rasulullah adalah pendidik terbaik. Beliau memberi teladan kepada para sahabatnya. Diriwayatkan Ibnu Majah, suatu hari Rasulullah menjumpai dua halaqah dalam masjid, yaitu orang yang sedang mengaji Al-Quran dan orang yang sedang belajar mengajar, lalu beliau bersabda:

كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ

Artinya: "Mereka semua berada dalam kebaikan. Kelompok pertama membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan memberi (apa yang diminta) mereka. Sementara kelompok yang kedua belajar mengajar, dan sesungguhnya aku diutus untuk menjadi guru." (HR Ibnu Majah).

Nabi telah mendidik para sahabat untuk selalu menebarkan kasih sayang kepada siapa pun. Beliau memperlakukan orang lain dengan akhlak dan kasih sayang, tanpa memandang status dan strata sosialnya. Hal ini sebagaimana terdapat dalam sebuah Hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ دَخَلَ أَعْرَابِيٌّ الْمَسْجِدَ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فَصَلَّى فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي وَمُحَمَّدًا وَلَا تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَقَدْ تَحَجَّرْتَ وَاسِعًا فَلَمْ يَلْبَثْ أَنْ بَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَأَسْرَعَ إِلَيْهِ النَّاسُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَهْرِيقُوا عَلَيْهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ أَوْ دَلْوًا مِنْ مَاءٍ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ

Artinya: "Dari Abu Hurairah ia berkata; seorang Arab badui masuk ke dalam masjid ketika Nabi sedang duduk. Orang Arab badui itu lalu shalat. Setelah shalat ia berdoa; 'Ya Allah, sayangilah aku dan Muhammad, dan jangan engkau sayangi seorang pun bersama kami'. Nabi kemudian berpaling ke arahnya seraya bersabda: 'Sungguh engkau telah mempersempit sesuatu yang luas'. Setelah itu badui ini kencing di dalam masjid hingga membuat orang-orang segera menghampirinya, namun Nabi bersabda: 'Siramlah dengan seember air atau dengan satu timba air'. Setelah itu beliau bersabda lagi: 'sesungguhnya kalian diutus dengan memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesulitan." (Imam Tirmidzi).

Dalam Hadits ini terlihat bagaimana Rasulullah Saw menghargai seorang Badui, dan memberikan nasihat dengan sangat baik sehingga Badui tersebut terkesan dengan didikan Rasulullah Saw.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, Dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11, Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, "Berdirilah," (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Ayat ini menyadarkan kepada kita betapa pentingnya ilmu dalam hidup ini. Dalam ayat ini Allah memuliakan orang orang yang berilmu dan memotivasi orang orang beriman agar menuntut ilmu dan menjadi orang yang berilmu. Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, Di akhir khutbah ini, khatib mengajak kita kembali untuk terus menghormati para pengajar ilmu yaitu guru, mendoakan mereka dan marilah terus menuntut ilmu dan menjadi guru terbaik untuk anak anak kita. Selamat hari guru, semoga Allah senantiasa meridhai dan memberikan keberkahan kepada kita semua, mîn yâ rabbal'alamîn.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن

Oleh: Azmi Abubakar
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #14

Judul: Toleransi, Ruh Bangsa Indonesia

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى; يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah Puji dan syukur pada Allah swt, yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan, sehingga bisa melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Shalawat dan salam pada Rasulullah saw, yang akan mengantarkan kita pada syafaat kelak.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah Setiap 16 November, dunia memperingati Hari Toleransi Internasional. Hari ini ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa [PBB] pada tahun 1995 untuk mempromosikan toleransi dan menghormati perbedaan antar manusia.

Sikap toleransi adalah sikap terbuka dan menghargai perbedaan, baik perbedaan dalam keyakinan, budaya, agama, maupun pandangan hidup. Dalam Islam, toleransi merupakan nilai penting yang perlu dijunjung tinggi dalam masyarakat, terutama sebagai seorang Muslim yang beragama.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Q.S al-Hujarat [49] ayat 13;

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya; "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."

Menurut Buya Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar, ayat ini menjelaskan bahwasanya manusia diciptakan dari pelbagai bangsa, berbagai suku sampai kepada perinciannya yang lebih kecil, bukanlah agar mereka bertambah lama bertambah jauh. Melainkan supaya mereka kenal-mengenal. Kenal-mengenal tentang dari mana asal-usul, dari mana pangkal nenek moyang, dari mana asal keturunan dahulu kala.

Lebih jauh lagi, ujung ayat ini adalah memberi penjelasan pada manusia, sejatinya kemuliaan yang bernilai di sisi Allah, tidak lain adalah kemuliaan hati, kemuliaan budi, kemuliaan perangai, dan ketaatan kepada Ilahi.

Penjelasan tentang kesetaraan ini dikemukakan oleh Allah dalam ayat-Nya, untuk menghapus perasaan sebagian manusia yang hendak menyatakan bahwa dirinya lebih dari yang lain seperti karena keturunan, bahwa dia bangsa raja, orang lain bangsa budak.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Dengan kesetaraan ini, maka akan menimbulkan perasaan mau menerima kehadiran orang lain, tanpa ada sekat. Terlebih di era globalisasi ini, sikap terbuka dan kesetaraan menjadi semakin penting. Hal ini karena dunia semakin terbuka dan saling terhubung. Kita semakin mudah berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Dalam konteks ini, toleransi menjadi penting untuk menjaga kerukunan dan kedamaian antarbangsa.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam konteks Indonesia, Hari Toleransi Internasional memiliki makna yang penting. Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman. Ada banyak suku, agama, ras, dan budaya yang hidup berdampingan di Indonesia. Toleransi adalah hal yang sangat penting untuk menjaga kerukunan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Sejatinya, toleransi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya keragaman agama, suku, ras, dan budaya yang hidup berdampingan secara harmonis di Indonesia. Keragaman ini tidak hanya menjadi kekayaan bangsa Indonesia, tetapi juga menjadi tantangan untuk dijaga dan dipelihara.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Lebih dari itu, toleransi merupakan ruh bangsa Indonesia. Sikap toleransi merupakan kunci untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tanpa toleransi, bangsa Indonesia akan mudah terpecah belah. Dan tak mustahil akan menimbulkan konflik berdarah seperti beberapa kejadian yang pernah terjadi dan menjadi pengalaman berharga untuk tidak terulang lagi. Naudzubillah min dzalik.

Toleransi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, toleransi dapat terwujud dengan saling menghormati dan menghargai perbedaan, baik itu perbedaan agama, suku, ras, budaya, maupun pendapat.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 256, bahwa Allah menegaskan, Islam tidak menghendaki pemaksaan dalam beragama. Ayat ini juga merupakan dasar dari kebebasan beragama dalam Islam. Hal ini berarti bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih agamanya sendiri. Tidak ada seorangpun yang boleh memaksa orang lain untuk memeluk agama tertentu. Dalam Al-Qur'an al-Baqarah [2] ayat 256, Allah berfirman;

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Artinya; "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada taghut dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. "

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Meskipun kita harus menyadari, bahwa terdapat ancaman dalam menegakkan toleransi. Salah satunya, ancaman dalam toleransi adalah politik identitas. Politik identitas merupakan upaya untuk memecah belah masyarakat berdasarkan perbedaan agama, suku, ras, atau budaya.

Di Indonesia, politik identitas telah menjadi ancaman yang nyata. Hal ini dapat dilihat dari maraknya konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat. Konflik dan kekerasan tersebut biasanya dilatarbelakangi oleh perbedaan agama, suku, ras, atau budaya.

Untuk mengatasi ancaman politik identitas, perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk tidak mudah terpecah belah oleh perbedaan identitas. Masyarakat perlu memahami bahwa perbedaan merupakan hal yang wajar dan harus dihargai. Selain itu, perlu adanya upaya untuk memperkuat toleransi dan kerukunan antar kelompok di masyarakat.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Selanjutnya, ancaman terhadap toleransi adalah maraknya hoaks di media sosial. Pasalnya, media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang tidak benar dan provokatif.

Informasi yang tidak benar, dapat membingungkan dan menyesatkan masyarakat. Hoaks dapat menyebar dengan cepat di media sosial, karena pengguna media sosial cenderung untuk membagikan informasi yang menarik perhatian, tanpa terlebih dahulu memeriksa kebenarannya. Dengan demikian, toleransi merupakan nilai luhur yang harus dijaga dan dipelihara oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Dengan toleransi, bangsa Indonesia dapat tetap bersatu dan damai dalam keberagaman. Pun toleransi akan tercipta dengan saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Hal ini akan menciptakan rasa persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.!

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Oleh: Zainuddin Lubis
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Contoh Khutbah Jumat Sambut Desember #15

Judul: Mengamalkan Etika dan Sunnah Nabi saat Makan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin. Takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah ta'ala dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan ketakwaan, setiap persoalan hidup yang kita alami akan ada jalan keluarnya, dan rezeki akan datang kepada kita tanpa disangka-sangka, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran surah At-Talaq Ayat 2 dan 3:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ

Artinya, "Siapa pun yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS At-Talaq: 2-3)

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Islam merupakan agama yang perhatian terhadap setiap aktivitas manusia, baik yang bersifat primer maupun sekunder. Di antara aktivitas primer yang diperhatikan oleh Islam adalah makan. Islam mengatur mana saja makanan yang haram dan memerintahkan untuk memakan makanan yang halal dan juga berkualitas. Perintah tersebut sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 168:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu."

Perintah dan anjuran agama yang berkaitan dengan makan tentunya tidak hanya disuarakan oleh Al-Quran. Rasulullah SAW juga sangat memperhatikan tentang makan. Hal ini bukan berarti beliau orang yang rakus terhadap makanan, akan tetapi memperhatikan tentang kriteria makanan dan juga etika-etika ketika makan. Tentunya, selain dengan cara menyampaikan kepada para sahabat dan keluarganya, beliau juga mempraktikkannya langsung agar dapat dicontoh oleh mereka.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Rasulullah SAW merupakan sosok yang sangat menjaga diri dari memakan sesuatu yang haram. Beliau menegaskan bahwa sesuatu yang halal dan haram itu jelas keterangannya dalam agama. Oleh sebab itu, beliau sangat mewanti-wanti umatnya untuk tidak memakan sesuatu yang haram. Ancaman terkait memakan makanan yang haram bahkan pernah beliau utarakan kepada salah satu sahabatnya yang bernama Ka'ab bin 'Ujrah:

يَا كَعْبَ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لَا يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلَّا كَانَتْ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

Artinya: "Wahai Ka'ab bin 'Ujrah, tidaklah daging manusia tumbuh dari barang yang haram kecuali Neraka lebih berhak atasnya." (Hadits riwayat Imam al-Tirmidzi).

Makanan yang haram tidak lain hanya akan membawa suatu bahaya bagi kita. Kekuatan yang lahir dari makanan yang haram cenderung akan mengajak tubuh kepada kemaksiatan. Makanan haram yang kita konsumsi akan berubah menjadi darah dan akan mengalir terus di dalam tubuh kita, sedang setiap hari kita beribadah kepada Allah dengan tubuh ini. Lebih parah lagi, na'udzubillah, doa yang kita panjatkan kepada Allah akan tertolak sebab mengonsumsi makanan haram tersebut.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SAW,

Selain tentang kehalalan dan keharaman makanan, Rasulullah juga mencontohkan kepada umatnya tentang etika-etika yang dapat kita ikuti. Yang pertama adalah sebelum makan maka hendaknya membaca lafaz bismillah terlebih dahulu. Rasulullah pernah menasehati Umar bin Abu Salamah:

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ

Artinya: "Wahai Anakku, bacalah 'bismillah', makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu." Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu." (Hadits riwayat Imam al-Bukhari).

Kita juga disunnahkan untuk memakan makanan yang ada di depan kita atau di dekat kita terlebih dahulu. Hal ini tentunya merupakan bagian dari adab ketika sedang makan bersama, sehingga tidak mengganggu orang lain yang sedang makan. Selain itu, kita juga disunnahkan untuk makan dengan tangan kita.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Etika dalam makan selanjutnya adalah jangan makan berlebihan. Berlebihan di sini di antaranya adalah makan dengan porsi yang banyak dan berlebihan. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Makan berlebih akan berpengaruh negatif kepada tubuh kita, selain itu akan membuat kita malas untuk bergerak. Nabi Muhammad pernah bersabda:

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَاشْرَبُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا مَا لَمْ يُخَالِطْهُ إِسْرَافٌ أَوْ مَخِيلَةٌ

Artinya: "Dari 'Amru bin Syu'aib dari Ayahnya, dari Kakeknya, dia berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Makan dan minumlah, bersedekah dan berpakaianlah kalian dengan tidak berlebih-lebihan atau kesombongan'." (HR Imam Ibnu Majah).

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Kesombongan dalam makan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari saat ini. Di era semua orang bermain media sosial, maka kesombongan dengan memamerkan makanan mungkin saja dapat terjadi dengan mudah. Tentunya, mengambil foto makanan dan meng-upload-nya di media sosial memang bukan suatu tindakan yang dilarang selama tidak ada unsur sombong dan pamer kepada orang lain.

Selain itu, adab dan etika yang diajarkan Rasulullah kepada kita adalah tidak mencela makanan apabila kita tidak menyukainya. Mencela makanan memang tidak akan membuat makanan itu berubah menjadi sesuatu yang mencelakakan kita. Akan tetapi jamaah sekalian, mencela makanan akan berujung kepada orang yang memberikannya kepada kita atau memasakkan makanan itu untuk kita. Perihal larangan mencela makanan telah diingatkan oleh Nabi dari sahabat Abu Hurairah:

مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

Artinya: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sekalipun. Apabila beliau suka, beliau memakannya. Apabila beliau tidak suka, beliau pun tidak memakannya". (HR Imam al-Bukhari).

Selanjutnya, etika dan adab yang patut kita amalkan dari sunnah Nabi ketika makan adalah membaca doa dan bersyukur kepada Allah dengan memuji-Nya setelah selesai makan. Dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik, Nabi bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

Artinya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum." (HR Imam Muslim).

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Demikianlah adab dan sunnah Rasulullah ketika makan. Semoga kita dapat menapaki jejak sunnah Nabi, minimal dengan mengikuti bagaimana cara beliau makan. InsyaAllah, kecintaan kita kepada baginda Nabi Muhammad akan berbuah syafa'at di akhirat kelak. Amiin...

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Oleh: Amien Nurhakim, Musyrif Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences
Sumber: Laman resmi Nahdlatul Ulama

Nah, itulah tadi 15 contoh teks khutbah Jumat menyambut bulan Desember 2023. Semoga bermanfaat ya, detikers!




(urw/urw)

Hide Ads