Kota Makassar memiliki sejumlah spot wisata sejarah yang sayang untuk dilewatkan. Salah satunya Museum La Galigo.
Ya, museum ini merupakan salah satu tempat wisata yang menghadirkan berbagai koleksi sejarah di Sulawesi Selatan. Pengunjung dapat melihat berbagai benda-benda bersejarah, termasuk peralatan kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan di masa prasejarah.
Nah bagi detikers yang penasaran, berikut ini informasi lengkap tentang Museum La Galigo sebagai panduan sebelum berkunjung. Simak yuk!
Profil Museum La Galigo Makassar
Museum La Galigo pertama kali didirikan pada tanggal 1 Mei 1970. Dari situs Disbudpar Sulawesi Selatan, disebutkan Museum La Galigo adalah sebuah museum provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tepatnya di Jalan Ujung Pandang Nomor 1.
Museum ini berada di kawasan Fort Rotterdam, Kota Makassar. Diketahui, Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. I.B. Mantra meresmikan gedung No. 5 dengan luas 2.211 m² sebagai ruang pameran tetap dan ruang pembinaan pada 24 Februari 1974 silam.
Sejarah Museum La Galigo Makassar
Masih dari situs resmi Disbudpar, dijelaskan bahwa keberadaan sebuah museum di Sulawesi Selatan berawal pada tahun 1938 dengan didirikannya "Celebes Museum" oleh pemerintah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda). Museum tersebut didirikan di Kota Makassar sebagai ibu kota Gouvernement Celebes en Onderhoorigheden (Pemerintah Sulawesi dan Taklukannya).
Museum tersebut menempati bangunan dalam kompleks Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam), yakni bekas kediaman Gubernur Belanda Admiral C.J Speelman (gedung D). Kala itu Celebes Museum memamerkan koleksi berupa keramik, piring, emas, dester tradisional Sulawesi Selatan dan beberapa mata uang.
Menjelang kedatangan Jepang di Kota Makassar, Celebes Museum telah menempati 3 gedung (gedung D, I, dan M). Koleksi yang dipamerkan pun bertambah, antara lain, peralatan permainan rakyat, peralatan rumah tangga seperti peralatan dapur tradisional, peralatan kesenian seperti kecapi, gandrang bulo, puik-puik, dan sebagainya.
Pada masa pendudukan Jepang Museum Celebes terhenti sampai pembubaran Negara Indonesia Timur (NIT). Selanjutnya, pada tahun 1966 kalangan Budayawan merintis kembali pendirian museum dan dinyatakan berdiri secara resmi pada tanggal 1 Mei 1970 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan No 182/V/1970 dengan nama "Museum La Galigo".
Pada tanggal 24 Februari 1974 Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia meresmikannya menjadi "Museum La Galigo Provinsi Sulawesi Selatan" dan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bidang kebudayaan, khususnya bidang Permuseuman.
Kemudian di era Otonomi Daerah, tepatnya pada 28 Juni 2001, Museum La Galigo berubah nama menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Perubahan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 166 tahun 2001.
Pada tahun 2009, organisasi tata kerja dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan diatur. Hal ini berdasarkan peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 40 tahun 2009, tanggal 18 Februari 2009 sampai sekarang.
Lokasi Museum La Galigo Makassar
Alamat lengkap lokasi museum ini adalah Jl. Ujung Pandang No. 1. Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Sementara itu, lokasi Museum La Galigo Makassar dapat diakses pada link berikut di Google Maps, yaitu: https://maps.google.com/maps?ll=-5.134536,119.405693&z=15&t=m&hl=en-GB&gl=US&mapclient=apiv3&cid=2949076178209001251
Jadwal Kunjungan
Museum ini buka setiap hari dengan jam kunjungan mulai dari pukul 08.00 - 16.00 Wita. Untuk masuk ke museum ini pengunjung perlu membayar tarif masuk sebesar Rp 5.000 per orang.
Koleksi Museum La Galigo Makassar
Museum ini memiliki koleksi sebanyak 4999 buah. Koleksi pada museum ini seperti koleksi objek prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah, dan naskah.
Dalam museum ini juga terdapat koleksi etnografi yaitu berbagai jenis objek hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup, serta benda lain yang dibuat dan digunakan oleh 4 suku asli Sulawesi Selatan yaitu Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Museum ini juga memiliki objek-objek benda yang berasal dari peninggalan kerajaan-kerajaan lokal dan objek bersejarah, seperti senjata yang digunakan pada saat revolusi kemerdekaan.
Mengutip tesis yang berjudul 'Museum La Galigo sebagai media komunikasi identitas budaya Sulawesi Selatan' yang disusun oleh Andini Perdana dari Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, pameran yang dapat dinikmati pengunjung terdiri dari dua gedung. Yakni, Gedung No. 2 dan Gedung No. 10. Berikut rincian koleksinya berdasarkan gedungnya, antara lain:
Ruang Pameran Gedung No. 2
Lantai 1
- Ruang 1: Ruang Manusia. Koleksinya antara lain maket Benteng Rotterdam, bahan bangunan benteng (Seperti jenis-jenis genteng dan bata), peta lokasi benteng Kerajaan Gowa, dan foto-foto gedung dalam Benteng Rotterdam.
- Ruang 2 dan 3: ruang arkeologi khususnya masa prasejarah. Pada ruang ini disajikan diorama kehidupan manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana (paleolitik), masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut (mesolitik), masa bercocok tanam (neolitik), tradisi pemujaan terhadap nenek moyang, dan masa perundagian (logam). Koleksinya berupa alat-alat batu: fosil kayu kayu dan vertebrata dari Kabupaten Soppeng; fosil kerang dari Kabupaten Barru; serpih bilah dan mata panah bergerigi (maros point); kalung, gelang manik dari kaca dan kerang; kapak upacara dari perunggu; arca-arca perunggu perwujudan dewa dari Jawa Tengah; kendi, busu, dan pedupaan dari Jawa Barat, Kabupaten Bone, dan Takalar; tutu'alang dan miniatur rumah adat Mamasa; serta miniatur bentuk-bentuk erong.
- Ruang 4 dan 5: ruang arkeologi, khususnya masa Hindu Buddha. Pada ruang ini disajikan koleksi berupa arca Garuda dari Bali; replika arca Buddha Sikendeng dari Desa Sikendeng Mamuju; arca dewa-dewi Hindu dan Buddha yang merupakan arca perwujudan dari Jawa Timur; miniatur Candi Prambanan dan Candi Borobudur; serta bentuk-bentuk nisan dari Sulawesi Selatan.
- Ruang 6: ruang numismatika, disajikan koleksi numismatika berupa mata uang jaman kerajaan Hindu-Buddha, seperti uang Ma dan uang gobog dari Jawa Timur; uang logam jingara, derham, kampua, kasha, keping tana ugi; uang frisia; uang logam dari Belanda tahun 1861-1879; uang kertas zaman Jepang, Bank Indonesia, De Japanche Regeering, Dai Nippon Teikon Seihu; Nederlansch Indie; uang kertas luar negeri asal Kerajaan Brunei, Amerika, Saudi Arabia, dan Malaysia tahun 1960; piala Muesum Laga Galigo dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; serta saringan air dari Kabupaten Sinjai.
- Ruang 11 dan 12: ruang keramik asing disajikan koleksi keramik annamase abad 14-16 (mangkok, buli-buli, cepuk, vas, dan sloki), keramik Dinasti Ching abad 16-19 (piring dan guci), keramik Jepang abad 16-19 (piring besar dan kecil, rentang, serta ceret), keramik Dinasti Sung abad 13-14, keramik Dinasti Swaton abad 16-18, keramik Dinasti Yuan abad 14-16, keramik Eropa abad 17-20, keramik Swatow abad 16-18, dan peta lokasi penemuan keramik asing di Sulawesi Selatan.
Lantai 2
- Ruang 7: ruang Kerajaan Sulawesi Selatan dan pahlawan disajikan koleksi foto-foto pahlawan dari Sulawesi Selatan, seperti Kiyai Haji Hayyung, Andi Pangerang Petta Rani, Lanto Daeng Pasewang, Ranggong Daeng Romo, H. Mattewakkang daeng Raja, Pajonga daeng Ngalle, H. Andi Sultan daeng Raja, dan K. H. Muhtar Luthfi; meriam peninggalan Belanda; pistol; topi, baju, dan perisai perang dari Kabupaten Polmas; susunan pemerintahan Kerajaan Sawitto; struktur pemerintahan adat dan silsilah keturunan Tana Toraja; samurai tentara Jepang; bendera baloe dari Kerajaan Sawitto.
- Ruang 8: ruang Kerajaan Luwu, disajikan koleksi ota-otang (penginangan), tempat tidur raja, meja rias permaisuri raja, jajiri, peralatan makan (baki, piring, sendok, garpu, tempat cuci tangan, dan tempat buah), lipa' patola, struktur pemerintahan kerajaan, foto Andi Jemma (Datu Luwu), lontara La Galigo, lontara Luwu, dan bendera kerajaan Luwu.
- Ruang 9: Ruang Kerajaan Bone, disajikan koleksi dari kerajaan yaitu teddung pulawengnge, bendera samparaja, bendera worongporongnge, bendera ula' baloe, bendera lima siattiangnge, bendera garudae, selempang kerajaan Bone, pedang latea ridun, keris lamakawe, tombak salaga, stempel, silsilah, struktur pemerintahan, foto raja Bone, lontarak pangaderang, dan lontarak Bone.
- Ruang 10: ruang kerajaan Gowa, disajikan koleksi peninggalan kerajaan Gowa, yaitu salokoa, sudanga, salempang, ponto janga-jangaya, tombak, payung kebesaran kerajaan, payung lallang sepuea, peralatan makan, peralatan tidur, lemari emas, silsilah, peta kekuasaan kerajaan, naskah perjanjian bongaya, dan maket Museum Balla Lompoa.
Ruang Pameran Gedung No. 10
Lantai 1
- Ruang 1: ruang manusia dan kebudayaannya, dipamerkan miniatur perahu pinisi, moto pelaut Sulawesi Selatan, peta topografi dan suku bangsa Sulawesi Selatan, perahu pataroni, perahu soppe, perahu Bugis dan gambarnya menurut buku hukum pelayaran amanagappa, peta lokasi pembuatan perahu, miniatur rumah adat bangsawan Bugis Makassar, baruk gallang, dan jenis-jenis kayu pembuatan perahu (kayu jati, kayu besi, kayu pude, kayu bitti, dan kayu seppang) dari Kabupaten Bulukumba.
- Ruang 2: ruang bahari, dipamerkan bagang tancap, roppong, bagang perahu, bagang rakit, bagang perahu, jala, perahu lambo, perahu sandeq, pakkaja, bubu, lepa-lepa batangeng, bellek, akuarium, dan bendi.
- Ruang 6: ruang wawasan nusantara, disajikan koleksi pakaian dari berbagai daerah/provinsi di Indonesia, yaitu pakaian pengantin adat Gorontalo, Kaili (Sulawesi Tengah), Buton (Sulawesi Tenggara), Dayak (Kalimantan Tengah), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Minangkabau (Sumatera Barat), Jawa Tengah, Bali, dan alat musik tradisional Sulawesi Selatan (kecapi, ritu-ritu, katto-katto, tennong, dan gesoka).
- Ruang 7: ruang Islam, menyajikan lukisan Syekh Yusuf, Al Quran tulisan
tangan, tasbih, dan foto-foto penyebar agama Islam yang berasal dari
Sulawesi Selatan.
Lantai 2
- Ruang 3: ruang teknologi tradisional, disajikan koleksi peralatan pembongkar tanah (cangkul dan rahuk), peralatan perata tanah (rakkala dan salaga), jenis-jenis padi di Sulawesi Selatan, peralatan panen (kandao/sabit, rakkapeng, pabbesse, lempa, dan palo), peralatan menyiangi padi (bangkung lampe, subbek, piso bellek, teda, passero, dan paleppa), hari-hari baik dan buruk untuk turun sawah dalam seminggu, peralatan pengolahan padi (bakul, lesung, alu, penggilingan, pagero, dan pattapi), penggilingan jagung, jenis-jenis lesung di Sulawesi Selatan, alat pengangkutan padi (tolo, okong, adang, ngangnga, lapi patteke, alat penempaan emas, teknologi pembuatan perhiasan emas, peralatan pembuatan gula merah, peralatan pembuatan gerabah, dan jenis-jenis tombak Sulawesi Selatan. Museum La Galigo ingin menyampaikan kepada pengunjung bahwa masyarakat Sulawesi Selatan telah dikenal sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama tanaman padi sebagai bahan makanan pokok.
- Ruang 4: ruang penempaan besi dan teknologi tenun serta hasil-hasilnya, disajikan alat-alat penempaan besi, jenis-jenis senjata tajam pelengkap pakaian adat tradisional Sulawesi Selatan, hasil penempaan besi (mata bangkung, mata rakkapeng, mata paso, sepatu kuda, mata pisau traktor, badik, kawali, la'bo penai, tappi, besi pakka,dan tappi pasa timpo), alat tenun tradisional (pammaluk, cacak, gulungeng, kingkingeng, walida, taropong, boko-boko, ulang, passa, sassirik, dan appasolereng), proses pengolahan kapas menjadi benang, hasil tradisional benang kapas, aneang, alat tenun bukan mesin, sarung sutera Mandar, sarung sutera BugisMakassar. Teknologi penempaan besi dan teknologi ini menunjukkan bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerah seperti di Leang-Leang Kabupaten Maros yang diperkirakan sebagai alat pembuat pakaian kulit kayu dan serat tumbuhan. Selain itu, juga ditunjukkan bahwa tenun tradisional masih berlanjut dengan ditemukannya alat pemintal tenun dangan bahan baku benang kapas. Sehingga muncullah berbagai jenis corak kain sarung dan pakaian tradisional yang masih dapat disaksikan saat ini.
- Ruang 5: ruang pakaian pengantin adat Sulawesi Selatan disajikan koleksi pakaian pengantin suku Bugis-Makassar, Toraja, dan Mandar; serta diorama peralatan perkawinan suku Bugis.
Fasilitas Museum La Galigo
Bagi wisatawan yang hendak mengunjungi Museum La Galigo tidak perlu khawatir tentang fasilitas. Museum ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum, meliputi:
- Area Parkir
- Signage
- Kantin
- Sarana tempat duduk di ruang pameran
- Toilet
- Ruang auditorium
- Ruang pameran (tetap dan tidak tetap)
- Ruang penjualan tiket
- Pos jaga
- Mini souvenir shop
- Ruang audiovisual
- Perpustakaan
- Ruang penyimpanan
- Ruang laboratorium
- Ruang administrasi
Nah, itulah informasi lengkap tentang Museum La Galigo, mulai dari profil, sejarah, lokasi, macam-macam koleksi hingga fasilitasnya. Semoga bermanfaat dan selamat berkunjung, detikers!
Simak Video "Video: Wisata Museum Makanan Nyeleneh di Berlin, Ada Kopi Luwak Indonesia"
(alk/alk)