Andi Djemma merupakan seorang Pahlawan Nasional asal Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel). Atas jasa-jasa dan perjuangannya semasa hidup, nama Andi Djemma kini diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Kota Makassar.
Selain di Makassar, nama Andi Djemma juga diabadikan sebagai nama jalan di berbagai daerah di Sulsel. Tak hanya itu, namanya juga diabadikan sebagai fasilitas umum, di antaranya Universitas Andi Djemma, Rumah Sakit Umum Daerah Andi Djemma Masamba, Bandar Udara Andi Jemma.
Andi Djemma merupakan Raja atau Datu Luwu ke-36. Dia merupakan sosok pejuang yang memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu terhadap Belanda selama Revolusi Nasional.(1)(2)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di masa kepemimpinannya, Andi Djemma memprakarsai pembentukan organisasi Soekarno Muda (SM) pada tanggal 2 September 1945 untuk melakukan gerakan merebut senjata Jepang di Palopo. Selain itu ia juga menyatakan bahwa daerah Luwu adalah bagian dari NKRI.(1)
Lantas seperti apa sosok Andi Djemma? Berikut ini perjalan hidup Andi Djemma yang dilansir detikSulsel dari berbagai sumber.
Yuk disimak!
Profil Andi Djemma
Andi Djemma lahir pada 25 Januari 1901.(3) Ia merupakan anak seorang Raja Luwu yang bernama Andi Kambo Opu Daeng Risompa.(4)
Pada tahun 1919, Andi Djemma diberi amanah setingkat wedana atau lebih dikenal dengan kepala distrik di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Amanah itu ia emban selama 4 tahun lamanya hingga 1923.
Sebagai putra kerajaan, Andi Djemma merupakan satu-satunya figur yang berhak menduduki jabatan sebagai Datu Luwu. Ia pun mendapat dukungan yang kuat dan luas di seluruh kerajaan.
Meskipun demikian, ketika ibunya meninggal dunia di tahun 1935, pengangkatan dirinya sebagai raja dihalang-halangi oleh masyarakat yang pro dengan Belanda. Namun hal tersebut tak berlangsung lama, sebab masih banyak masyarakat yang menginginkan Andi Djemma menjadi Datu Luwu.
Selama menjabat sebagai datu di Kerajaan Luwu, Andi Djemma memberikan banyak ruang terhadap organisasi kebangsaan dan agama seperti Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) dan Muhammadiyah. Selain itu, ia juga merestui pembentukan badan-badan perjuangan di Luwu.
Pada bulan September 1945 Andi Djemma memprakarsai penyelenggaraan rapat raja-raja Sulawesi Selatan di Watampone. Secara tegas dan terbuka mengatakan "Kerajaan Luwu berdiri di belakang Negara Kesatuan RI" sehingga utusan Gubernur Jenderal Van Mook gagal menanamkan kembali pengaruh Belanda di Sulawesi Selatan.
Sementara itu, pada November 1945 pasukan Australia tiba di Palopo. Kedatangan mereka awalnya berjalan lancar hingga pada akhirnya masalah baru muncul saat pihak Australia menerima perintah Belanda untuk melarang pengibaran bendera merah putih.
Ia pun mengeluarkan ultimatum untuk mengusir Belanda dalam waktu 2 kali 24 jam. Namun, Belanda tidak mengindahkan ultimatum tersebut hingga akhirnya pada 23 Januari 1946 terjadi pertempuran dalam kota.
Pertempuran tersebut berhasil dimenangkan oleh pasukan Belanda, maka dari itu dengan berat hati Andi Djemma harus pergi dari tanah kelahirannya. Ia berpindah ke Sulawesi Tenggara, di sana Andi Djemma membangun pusat pemerintahan yaitu sebuah desa bernama Latou atau Benteng Batu Putih.
Tempat ini cukup strategis untuk dijadikan sebagai tempat persembunyian karena sulit untuk dijangkau musuh. Untuk menjaga keamanan, Andi Djemma juga membentuk sekelompok pasukan yang diberi nama Pembela Keamanan Rakyat (PKR) Luwu pada Maret 1946.
Berselang beberapa bulan, keberadaan Andi Djemma akhirnya diketahui Belanda. Beberapa kali serangan balasan dapat dipatahkan oleh pasukan PKR Luwu, akhirnya pada tanggal 2 Juni 1946 Benteng Batu Putih markas pejuang rakyat Luwu jatuh ke tangan Belanda, setelah pasukan Belanda berhasil masuk dari arah belakang yang tak terduga
Andi Djemma bersama permaisurinya serta seluruh staf kerajaan Luwu ditawan oleh Belanda. Andi Djemma dan permaisurinya kemudian menjalani pengasingan di Ternate setelah hukuman dijatuhkan pada 3 Juli 1948.
Wafatnya Andi Djemma
Selepas Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, Andi Djemma pun dibebaskan. Ia kemudian kembali ke Makassar pada Maret 1950.
Andi Djemma wafat di usia 64 tahun pada 23 Februari 1965. Datu Luwu ini pun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang dengan upacara militer.
Berselang 37 tahun setelah kematiannya, pemerintah Indonesia mengangkat Andi Djemma sebagai Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hal itu diputuskan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 73/TK/2002 pada tanggal 6 November 2002.
Data Diri Andi Djemma
- Nama: Andi Djemma
- Tempat Lahir: Kota Palopo, Sulawesi Selatan
- Tanggal Lahir: 15 Januari 1901
- Tanggal Wafat: 23 Februari 1965
- Profesi:
- Wedana atau Kepala Distrik
- Raja Luwu
- Pejuang Kemerdekaan
- Penghargaan: Pahlawan Nasional(3)
Nah, itulah sekilas penjelasan terkait sosok Andi Djemma, Pahlawan Nasional asal Sulawesi Selatan yang namanya diabadikan jadi jalan di Makassar. Semoga bermanfaat ya, detikers!
Referensi:
1. Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (K2KRS) Kemensos RI.
2. Repositori IAIN Parepare 'Jejak Arkeologi Islam Luwu'
3. Buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional karya Kuncoro Hadi dan Sustianingsih
4. Buku Membela Indonesia
(urw/urw)