Tokoh Pahlawan Nasional KH Abdul Chalim Diabadikan Jadi Nama Jalan

Kabupaten Majalengka

Tokoh Pahlawan Nasional KH Abdul Chalim Diabadikan Jadi Nama Jalan

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Selasa, 22 Okt 2024 15:30 WIB
Jalan KH.Abdul Chalim di Majalengka.
Jalan KH.Abdul Chalim di Majalengka (Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar).
Majalengka -

Nama KH Abdul Chalim akhirnya menjadi nama jalan di Kabupaten Majalengka. Tokoh pahlawan nasional asal Majalengka itu, namanya diabadikan di sepanjang Jalan Raya Rajagaluh-Prapatan Sumberjaya.

"Betul (nama jalan Rajagaluh-Prapatan Sumberjaya sudah diganti menjadi Jalan KH Abdul Chalim)," kata Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi, Selasa (22/10/2024).

Seperti yang diketahui, ruas jalan tersebut melintasi Desa/Kecamatan Leuwimunding yang merupakan tempat kelahiran KH Abdul Chalim. Untuk mengenang jasanya, oleh karena itu Pemkab Majalengka mengabadikan namanya di jalan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah resmi, bahkan di ujung dekat Rajagaluh itu sudah ada pelangnya. Betul, sudah ada pelang Jalan KH Abdul Chalim," ujar Dedi.

Kendati demikian, penamaan jalan tersebut tinggal menunggu SK dari Pemprov Jabar. Mengingat, jalan tersebut statusnya milik Provinsi.

ADVERTISEMENT

"Nah memang usulan dari tingkat kabupaten sudah, tapi karena ini sifatnya jalan provinsi, harus dituangkan juga di SK tataruang di provinsi. Nah itu yang sedang berproses, tapi kalau di level kota sudah selesai," jelas dia.

Selain Jalan Rajagaluh-Prapatan Sumberjaya, Pemkab Majalengka juga akan mengganti sejumlah nama jalan lainnya. Setidaknya ada 3 titik jalan yang disebut Dedi akan berubah namanya.

"Nanti yang perbatasan Cirebon sampai dengan Sindangwangi sampai dengan ke baratnya, sampai dengan Sasak Cikeruh, yang panjang. Itu namanya Jalan Prabu Cakraningrat," ucapnya.

"Dari Sasak Cikeruh sampai dengan ke Cigasong, itu namanya jalan Pangeran Muhammad. Jalan yang ke sananya, yang dari perapatan kesana ke utara, daerah Budur, itu namanya Ki Ageng Pajalin," tambahnya.

Profil KH Abdul Chalim

Dilansir dari situs NU Online, KH Abdul Chalim lahir di Kecamatan Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat, tahun 1898. Ia adalah putra dari pasangan Mbah Kedung Wangsagama dan Nyai Suntamah.

Masa kecil Kiai Chalim belajar di Sekolah Raja (sekolah umum yang diikuti oleh kalangan tertentu pada masa penjajahan Belanda) selama dua tahun. Selanjutnya, Kiai Chalim melanjutkan pendidikan di Pesantren Barada Mirat Leuwimunding, Pesantren Trajaya, Pesantren Kedungwuni Kadipaten Majalengka, hingga Pesantren Masantren Cirebon.

Abdul Chalim Jadi Pengurus SI

Pada 1914, ketika usianya baru menginjak enam belas tahun, KH Abdul Chalim menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu ke tanah Hijaz selama dua tahun. Di sana ia sempat menimba ilmu dari ulama-ulama masyhur, seperti Abu Abdul Mu'thi, Syaikh Ahmad Dayyat, dan Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani yang lebih sohor dengan sebutan Imam Nawawi Banten.

Saat belajar di Hijaz, KH Abdul Chalim bertemu dengan berbagai ulama Nusantara dari berbagai daerah. Beberapa ulama ini kemudian menjadi teman sekaligus gurunya, salah satunya adalah KH Abdul Wahab Hasbullah atau yang lebih dikenal dengan Kiai Wahab Jombang. Saat itu, KH Abdul Chalim juga telah menjadi anggota sekaligus pengurus Sarekat Islam (SI) Hijaz dan merupakan anggota termuda di sana karena baru berumur enam belas tahun.

Seperti diketahui, SI adalah organisasi para ulama Nusantara yang berorientasi menentang kebijakan-kebijakan pemerintah penjajahan Kolonial Hindia-Belanda di Nusantara. Melalui SI pula, kebijakan-kebijakan pemerintah jajahan yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan sangat merugikan rakyat ditentang secara konstitusional. Hingga pada gilirannya, para ulama pengurus SI kemudian menggabungkan diri ke Nahdlatul Ulama alias NU.

Kiprah Abdul Chalim di NU

Dalam sejarah NU saat berdirinya Komite Hijaz, Kiai Chalim menjadi komunikator kunci antara para alim ulama seluruh Jawa. Kiai Chalim juga membuat surat undangan serta mengantarkannya ke seluruh kiai di Jawa untuk menghadiri rapat Komite Hijaz.

Dalam kepengurusan pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Chalim menjabat sebagai wakil katib. Berbagai momen penting NU selalu dihadiri oleh Kiai Chalim, termasuk turut gerilya dalam perang 10 November 1945 di Surabaya yang diawali oleh Resolusi Jihad KH Hasyim Asy'Ari.

Kemudian, pada tahun 1958 Kiai Chalim menjadi pelopor pembentukan Pergunu, badan otonom NU yang menghimpun dan menaungi para guru, dosen, don ustadz. Abdul Chalim wafat pada 11 April 1972.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads