Tepat pukul 10.00 WIB, Jumat 17 Agustus 1945, Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Kabar kemerdekaan ini pun disebarluaskan melalui media radio.
Tiga hari berselang setelah peristiwa pembacaan proklamasi, tepatnya pada 19 Agustus 1945, Dr. G.S.S.J Ratulangi menginjakkan kaki di Makassar. Kala itu, Dr. Ratulangi pulang bersama tiga orang putra terbaik Sulawesi yang turut hadir saat pembacaan teks proklamasi.
Mereka adalah Pangerang Daeng Parani, Andi Sultan Daeng dan Mr. Andi Zaenal Abidin. Kedatangan Dr Ratulangi bersama rombongan tersebut menjadi titik awal penyebaran berita proklamasi di wilayah Sulawesi.(1)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun di wilayah lainnya yang berjarak sekitar 350 kilometer dari Makassar, tepatnya di Kabupaten Luwu, rupanya kabar proklamasi lebih dulu diketahui. Kabar tersebut menyebar dengan cepat, bahkan sebelum Dr. Ratulangi mengumumkannya secara resmi di Makassar.
Ialah Andi Achmad, pemuda Luwu yang pertama kali mengetahui kabar tersebut. Berita proklamasi 17 Agustus 1945 sampai ke telinga Andi disampaikan oleh Sakata.
Sakata merupakan perwira intel Jepang dan juga menjabat Tokketai pelabuhan Palopo. Situasi peperangan yang menyudutkan pasukan Jepang tak pernah luput dari pengamatannya.
Sakata dan Andi Achmad tergabung dalam perkumpulan band Hawaian, dengan nama Wakaki Cikara yang dibentuk oleh Sakata. Selain Andi Achmad, Sakata juga menghimpun beberapa orang berbakat lainnya di bidang seni, seperti Rudhy Kamph, Wim Poli, Ani Assa, Bram Hitaria, dan serta beberapa puteri Luwu.
Tanpa disadari, Sakata kerap membuka rahasia Jepang kepada para anggotanya. Hanya saja, para anggotanya kurang peka menerimanya.
Suatu ketika, Sakata pernah bertanya kepada Andi Achmad bahwa seandainya Jepang kalah, kira-kira bagaimana selanjutnya. Andi Achmad kemudian menjawab, saat itu kesempatan Indonesia merdeka.
Selang beberapa hari, tepatnya pada 17 Agustus 1945 sore, kabar proklamasi itu pun disampaikan oleh Sakata kepada Andi Achmad. Peristiwa proklamasi tersebut turut disaksikan oleh perwira Jepang Laksamana Muda Tadashi Maeda.
Kabar Proklamasi Menyebar di Luwu
Setelah menerima kabar proklamasi, Sakata, Andi Achmad beserta anggota kelompok lainnya tidak mengadakan latihan band. Mereka sibuk membuat pamflet untuk mengumumkan proklamasi kemerdekaan RI.
Mereka menyepakati menulis kabar kemerdekaan yang ditulis dalam pamflet berbunyi 'Sukarno Hatta telah mengumumkan kemerdekaan Indonesia". Setelah mereka sepakat, kalimat isi pamflet tersebut kemudian ditulis oleh Wim Poli.
Lewat tengah malam sekitar pukul 04.00 pagi, ketika penduduk kota yang beragama Islam sedang santap sahur, sakata bersama kelompoknya menyebar pamflet-pamflet tersebut. Mereka bergerak dalam sunyi memasang pamflet berita proklamasi tersebut pada dinding-dinding kantor, tembok pagar pinggir jalan, dan pohon-pohon besar.
18 Agustus 1945, pagi keesokan harinya, penduduk kota Palopo sebagai Ibu Kota Luwu kala itu, tersentak melihat pamflet tersebut. Masyarakat pun ramai-ramai membicarakan tentang isi pamflet, sekaligus bertanya-tanya tentang siapa yang memasangnya.
Dengan sangat cepat berita proklamasi kemerdekaan RI tersebar ke seluruh pelosok Luwu. Penyebarluasan kabar tersebut berlangsung sesuai arus mobilitas penduduk. Masjid, pasar-pasar, pesta-pesta yang mempertemukan sejumlah orang, bahkan rumah tangga menjadi media komunikasi.
Respons Masyarakat Luwu
Sebagian masyarakat menyambut kabar tersebut dengan penuh kegembiraan. Namun, ada pula di antara masyarakat yang masih meragukan kebenaran berita itu, bahkan ada kelompok yang sama sekali tidak percaya.
Malam tanggal 19 Agustus 1945, tujuh pemuda nasionalis mengadakan rapat rahasia di rumah M. Yusuf Arief yang tidak jauh dari istana Luwu untuk membicarakan langkah-langkah yang perlu diambil sehubungan dengan kemerdekaan Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, mereka memutuskan membentuk suatu wadah perjuangan bernama Sukarno Muda.
Selang beberapa hari setelah tujuh pemuda nasionalis tersebut mengadakan rapat, dilakukan sebuah pertemuan di istana Datu Luwu antara pemerintah kerajaan dengan pemuda. Pada pertemuan tersebut, pemerintah kerajaan mengaku simpatik dan merestui Gerakan Sukarno Muda.
Pihak kerajaan kemudian memutuskan untuk mengirim utusan ke Makassar menjumpai Dr. Ratulangi guna mendapatkan kepastian tentang proklamasi 17 Agustus 1945 dan sekaligus mempelajari perkembangan situasi terakhir.
Maka diutuslah dua orang, mereka adalah M. Sanusi Daeng Mattata wakil pemerintah kerajaan Luwu dan Andi Makkulau Opu Daeng Parebba sebagai wakil pemuda.(2)
Ketika utusan Luwu di Makassar, ternyata para pejuang belum menerima penjelasan yang pasti mengenai kemerdekaan Republik Indonesia
Karena mereka tak kunjung mendapat berita yang tegas tentang kemerdekaan, Sanusi Dg. Mattata dan Andi Makkulau pun memutuskan untuk menemui sendiri Dr. Ratulangi.
27 Agustus 1945, mereka akhirnya menemui Dr. Ratulangi di Empress Hotel, kamar No 1. Dalam pertemuan tersebut, Dr Ratulangi menyatakan beberapa hal, termasuk mengonfirmasi kebenaran berita proklamasi.
Berikut ini penjelasan yang didapatkan Sanusi Dg. Mattata dan Andi Makkulau dari hasil pertemuannya dengan Dr. Ratulangi:
1. Bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia benar telah diumumkan ke seluruh dunia pada tanggal 17 Agustus tahun ini, pagi sekitar jam 10.00 bertempat di kediaman Ir Soekarno di jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, yang dibacakan oleh Ir Soekarno. Proklamasi tersebut ditandatangani oleh Ir Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta atas nama sekitar 70.000.000 rakyat Indonesia.
2. Proklamasi itu diputuskan pada tanggal 17 Agustus 1945 sekitar jam 04.00 WIB setelah Soekarno membacakan rumusannya dan disetujui oleh hadirin.
3. Pada sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) berhasil merampungkan, mengesahkan dan menetapkan konstitusi yang dikenal sebagai Undang- Undang Dasar 1945, memilih dan menetapkan Ir soekarno dan Drs. Muhammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden, serta sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
4. Pada sidang PPKI kedua tanggal 19 Agustus 1945, menghasilkan dua buah keputusan yakni menetapkan 12 Kementerian dalam lingkup pemerintahan, yaitu Kementerian Dalam Negeri, Luar Negeri, Kehakiman, Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran, Sosial, Pertahanan, Penerangan, Perhubungan dan Pekerjaan Umum; serta membagi daerah Republik Indonesia dalam 8 (delapan) provinsi, yaitu Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
5. Pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945, berhasil mengambil keputusan untuk komite Nasional Indonesia Pusat dan Daerah, Partai Nasional Indonesia, serta Badan Keamanan rakyat. Pada awal September 1945, Sanusi Dg Mattata dan Andi Makkulau kembali ke Palopo.Hasil laporannya disambut gembira pihak pemerintah kerajaan.Sejak itu istana Datu terbuka untuk dimasuki para pemimpin pemuda; suatu perubahan besar dalam tata tertib istana.(3)
Utusan Luwu Kembali dari Makassar
Setelah mendapatkan konfirmasi kebenaran tentang proklamasi kemerdekaan RI, utusan Luwu pun kembali ke daerah asalnya. Menurut Sanusi Daeng Mattata, Dr. Ratulangi gembira dan bangga menerima utusan Luwu, sebab sebelumnya belum ada pemuda yang berusaha menemuinya.
Awal September 1945 M, Sanusi Daeng Mattata kembali ke Palopo. Sesampainya di sana, dia melaporkan hasil pertemuannya dengan Dr. Ratulangi. Laporannya itu disambut gembira oleh pemerintah kerajaan.
Sejak itu, terjadi suatu perubahan besar dalam tata tertib istana. Istana Datu terbuka lebar untuk para pemimpin pemuda.
Sekembalinya utusan pemuda dari Makassar, mereka tak berdiam diri. Mereka terus giat mencari dukungan perjuangan demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.(2)
Sumber:
(1) Atlas Sejarah Indonesia Berita Proklamasi Kemerdekaan terbitan Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(2) Membela Indonesia, Perjuangan Rakyat Luwu Mempertahankan Kemerdekaan Karya M. Rasyid Ridha
(3) Jurnal Unhas 'Perlawanan Terhadap NICA dan Eliminasi Orang-Orang Pro NICA di Palopo dan Sekitarnya 1946-1950'
(urw/nvl)