Ritual Warga di Makam Keramat Karebosi Makassar: Minta Kebaikan-Tunaikan Nazar

Ritual Warga di Makam Keramat Karebosi Makassar: Minta Kebaikan-Tunaikan Nazar

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Rabu, 01 Nov 2023 09:47 WIB
Makam Tujua di Karebosi
Ritual di makam Karebosi (Foto: Siar Mayasara)
Makassar -

Tujuh Makam di Karebosi Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) atau yang dikenal dengan sebutan Makam Tujua dianggap keramat dan dipercaya memiliki kesaktian oleh sejumlah masyarakat. Beberapa orang mengaku keinginannya terwujud dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik setelah berziarah di Makam Tujua.

Ritual berziarah ke tujuh makam yang berjejeran itu masih berlangsung hingga hari ini. Para warga datang ke makam tersebut untuk meminta kebaikan atau menunaikan nazar karena menganggap makam tersebut sakral.

Pantauan detikSulsel di Lapangan Karebosi Jalan Ahmad Yani Baru, Kamis (26/10/2013) pukul 16.48 Wita, tampak sejumlah warga datang melakukan ritual. Datang pertama Abdul Rahim bersama istri dan anak-anaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampak kantong kresek hitam dan sebuah kelapa ditenteng istrinya masuk ke dalam makam. Ritual pun dimulai ketika Abdul Rahim dan anggota keluarga jongkok mengelilingi makam pertama tepat dekat pintu masuk.

Mereka mengeluarkan bunga dan potongan daun pandan dari kantong kresek tersebut kemudian menaburkan ke makam pertama. Seketika semerbak daun pandan itu menusuk indra penciuman orang-orang yang ada di sekitar pemakaman.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya Abdul Rahim mengeluarkan lilin merah kecil dan menancapkan pada bagian atas makam lalu dibakar. Ia melakukan hal serupa dari makam pertama hingga makam ketujuh dibantu oleh istri dan anak-anaknya.

Sembari menunggu makam lainnya ditaburi bunga dan membakar lilin merah, Abdul Rohim menyalakan sebatang rokok kemudian meletakkannya di kendi kecil di atas kuburan pertama. Ia mengatakan rokok itu hanya untuk makam pertama saja.

Ritual terakhir yang dilakukan keluarga Abdul Rohim ialah menaruh kelapa muda yang sudah terbuka pada bagian ujungnya. Usai semua ritual dilakukan, mereka pun beranjak pulang.

Abdul Rohim dan keluarga sudah melakukan ritual ini selama 13 tahun. Ia meyakini kalau makam yang diziarahi ini adalah makam tujuh orang bersaudara.

"Selalu kalau ada kesempatan datang ke sini toh kah biasa di kampung ki nah kena malam Jumat, tidak ke sini ki. Nanti ada paki di Makassar lagi. Setiap malam Jumat itu. Kalau tidak sempat ki malam Jumat, malam Senin ji," kata Abdul Rohim.

Makam pertama di Makam Tujua Karebosi, Sulsel setelah diziarahi.Makam pertama di Makam Tujua Karebosi, Sulsel setelah diziarahi. Foto: Yaslinda Utari Kasim

Pria yang berumur 40 tahun ini menceritakan alasan di balik tradisi berziarah tiap pekan di makam itu. Ia mengatakan, tidak jarang pemilik makam ini datang di dalam mimpinya untuk mengingatkannya melakukan ziarah.

Ia menyebut keturunan dari tujuh bersaudara ini memang diminta untuk rutin berziarah. Kendati demikian, ia tidak mengetahui apakah dirinya adalah salah satu keturunannya atau bukan. Ia hanya didatangi melalui mimpi lalu diminta untuk pergi ke Karebosi berziarah.

"Tidak tau mi (keturunan atau bukan). Karena dia kalau selalu dalam tidur toh biasa nakasih ingatkan ki. Biasa ke situ ziarah kubur," ungkapnya.

Meskipun hanya diminta untuk berziarah, Abdul Rahim juga tidak melewatkan kesempatan untuk menitip doa. Menurutnya, tujuh bersaudara ini berada dekat dengan Allah sehingga permintaannya akan lebih mudah dikabulkan.

"Itu biasa minta-minta apa kesehatan toh. Karena bisa ki minta-minta apa begitu karena dia dekat dari Tuhan. Supaya kita minta dari Tuhan dia mintakan ki dari Tuhan. Bukan ji dibilang dua anuta, karena dia dekat," jelasnya.

Salah satu doanya yang sudah dikabulkan adalah memiliki mobil angkutan umum atau yang di Makassar dikenal dengan istilah pete-pete. Bahkan, ia mengaku sudah memiliki 4 mobil angkutan umum usai menitip doa di makam tersebut.

"Sudah terkabul toh karena pertama itu kasih ada pete-pete satu. Kita minta lagi kalau ada lagi, datang lagi ziarah, begitu ji. Jadi saya itu 4 mi pete-pete ku. Kalau terwujud, datang ki bawa apa kelapa, rokok, bakar," katanya.

Setelah Abdul Rohim pulang, datang lagi peziarah berikutnya bernama Syarif. Alasannya berbeda, ia datang berziarah karena sudah menjadi kebiasaan turun temurun dari orang tua.

"Dari dulu dari orang tua, dia persis tau ini, yah kita juga ikut mi. Tergantung dari keyakinan kita begitu," kata Syarif.

Pria paruh baya ini datang berziarah sesempatnya saja. Setiap kali datang pun, ia hanya menabur bunga dan membakar lilin untuk makam tersebut.

Makam di KarebosiMakam di Karebosi Foto: Rasmilawanti Rustam

Namun, Syarif menekankan ziarah yang dilakukannya ini didasarkan dengan ajaran Islam saja, yakni berziarah di kuburan. Ia menuturkan, bahwa dirinya datang untuk mengirim doa kepada leluhur selayaknya mendoakan nenek moyang. Syarif mengaku tidak pernah memiliki permintaan khusus maupun bernazar kepada Karaeng Tujua.

Selain dua peziarah tadi, seorang pedagang di Kanrerong bernama Samnawati juga mempercayai kesakralan makam Tujua itu. Ia bercerita, waktu awal berjualan di sekitar Lapangan Karebosi, anaknya sempat bermain di sekitar makam Tujua.

Tiba-tiba, anaknya jatuh sakit. Anaknya demam berhari-hari, bahkan setelah dua kali dibawa ke rumah sakit pun anaknya tak kunjung sembuh.

Samnawati kemudian diberitahu oleh orang sekitar untuk ke makam Tujua berziarah. Menurut cerita yang ia dapat, seseorang yang hendak berkegiatan di Lapangan Karebosi sepatutnya meminta izin kepada sang penjaga, yakni Makam Tujua.

"Itu hari menjual ma di sini tapi belumpa pergi ke dalam ceritanya perkenalan. Sering itu main-main anak ku di dalam, di dalam kuburan ka tinggi panasnya ada berapa hari tidak pernah turun-turun panasnya. Dua kalima bawaki pi rumah sakit," jelasnya.

Ia pun mencoba mengucap nazar akan berziarah apabila anaknya sembuh dari sakit yang dialaminya selama dua minggu itu.

"Ada orang tanya ka sering main di dalam itu di kuburan itu anak ta jadi ku niatkan mi kalau sembuh ini anakku masuk pa di dalam ziarahi bawa lilin, sama pisang itu hari. Sudah ka itu berniat itu baik mi, turun mi panasnya," kata Samnawati.

Sejak itulah Samnawati mempercayai kesaktian makam Tujua. Ia pun mengaku hingga saat ini, kerap bernazar apabila memiliki keinginan.

Serba-serbi Ritual di Makam Tujua

Berbagai macam ritual kerap dilakukan masyarakat di makam Tujua. Halim seorang penyiram lapangan Karebosi Makassar sejak 2009 mengaku sering menyaksikan ritual tersebut.

Menurutnya orang-orang datang ke makam itu untuk mencari kebaikan. Selama bekerja di lapangan Karebosi itu, ia sudah menyaksikan berbagai macam ritual yang dilakukan dengan tujuan yang berbeda-beda.

Ada yang datang untuk meminta kelancaran ujian, ingin menikah, mendapatkan pekerjaan, kesehatan hingga datang memenuhi nazar. Sementara ritual yang dilakukan juga beragam, mulai dari menabur bunga lalu bakar lilin, menancapkan rokok yang sudah dibakar, menaruh kelapa muda, melakukan 'palappasa' atau melepaskan ayam di dalam makam, hingga membawa kambing sambil mengelilingi makam sebanyak tujuh kali.

"Ada juga pengantin, cewek cantik sekali dari Jakarta sama mamanya datang. Bawa baju anu cantik sekali, baju kayak pengantin. Dia pasang di (makam) pertama itu baru dia bawa bunga-bunga itu mahal, kayak anggrek. Jadi 'pak bisa minta tolong?' 'kenapa?' 'bisa dijaga ini barang, sebentar subuh pas mengaji masjid saya datang kembali'. Datang betul, dia ambil itu baju, baju yang dia pajang, bunga. Baru dia pulang kembali ke Jakarta. Tidak tau apa tujuannya," jelas Halim.

Makam ketujuh di Makam Tujua Karebosi Makassar, SulselMakam ketujuh di Makam Tujua Karebosi Makassar, Sulsel Foto: Yaslinda Utari Kasim

Tidak hanya itu, ada juga beberapa rombongan santri yang kerapa datang pada malam Jumat untuk berzikir. Halim menuturkan, mereka datang berpakaian serba putih.

"Rutin dia. Dia rombongan bawa santri anu kayak pakaian serba putih. baru dia zikir lama. Tidak ada lain dia tempati, ini ji ujung yang ke tujuh dari pertama toh. Dia zikir. Pakaian surban. Ta satu jam zikir kayak tong orang anu kayak di masjid zikir," tuturnya.

Peziarah umumnya datang pada malam Jumat, Jumat pagi hari, malam Senin atau Senin pagi. Halim mengungkap, bahkan pejabat juga kerap datang apabila memiliki keinginan.

"Ada juga pejabat tiba-tiba datang kalau dia sudah istilahnya ada kemauannya," kata Halim.

"Pokoknya apa-apa saja nazarnya, ujian, atau diterima kerja. Datang ke sini alhamdulillah banyak-banyak macam-macam datang ke sini. Rata-rata bawa pisang, bawa ayam, palappasa," pungkasnya.




(urw/nvl)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detiksulsel

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads