Peran Bissu di Ritual Hari Jadi Bone yang Tak Bisa Digantikan

Peran Bissu di Ritual Hari Jadi Bone yang Tak Bisa Digantikan

Agung Pramono - detikSulsel
Jumat, 17 Mar 2023 09:00 WIB
Tahapan ritual peringatan HUT Bone ke-692 dipastikan tanpa pelibatan Bissu.
Bissu di Bone, Sulawesi Selatan. Foto: (Agung Pramono/detikSulsel)
Bone -

Tokoh spiritual Bugis Bissu kembali menjadi perbincangan menjelang peringatan Hari Jadi Bone (HJB) ke-693, setelah sempat tidak dilibatkan Pemkab Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun sebelumnya. Budayawan Bone Andi Singkeru Rukka pun mengungkap peran penting Bissu dalam ritual HJB.

Singke sapaan akrab Andi Singkeiru Rukka mengatakan, ada ritual yang sakral dan harus dilakukan Bissu pada peringatan HJB. Dia menegaskan ritual itu tidak bisa digantikan oleh orang lain.

"Mattompang arajang adalah murni tradisi atau attauriolong. Di tradisi itu Bissulah yang berperan utama mattompang arajang dan bukan yang lain," kata Andi Singkeru Rukka kepada detikSulsel, Kamis (16/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan ritual membersihkan benda pusaka atau mattompang arajang di zaman Kerajaan Bone dilakukan dengan waktu yang tidak tertib. Meski begitu, ritual tersebut pasti dilakukan oleh Bissu.

"HJB tradisi, dan pemeran utamanya (saat ritual mattompang arajang) adalah Bissu. Makanya Bissu harus diibatkan dalam seremoni HJB," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Ritual mattompang menurutnya bukan bentuk peribadatan yang memiliki aspek spiritual. Dia menyebut matompang merupakan tradisi dan dilaksanakan sebagai seremoni.

"Kalau dalam mattompang arajang namanya juga benda arajang sejak turun temurun itu Bissu selalu dihadirkan untuk dilengkapi kegiatan-kegiatan ritual sejak dulu. Bissu adalah manifestasi kebudayaan," tegasnya.

Lebih lanjut Singke mengatakan pemahaman tentang Bissu kerap menimbulkan friksi atau perdebatan. Hal itu karena banyak yang menyamakan Bissu dengan waria.

"Pemahaman kita tentang Bissu yang disamakan dengan calabai atau calailai, sedang tak harus jadi seperti itu untuk menjadi Bissu. Menurutku Bissu adalah person yang mendapatkan pammase atau berkah, meninggalkan perilaku menyimpang untuk menyukai sesama jenis dan Bissu terlembagakan," jelasnya.

Bissu Harap Dilibatkan di HJB Tahun Ini

Tokoh spiritual Bugis Bissu, Puang Matoa Bissu Syamsul Bahri berharap kembali dilibatkan dalam ritual peringatan HJB ke-693 tahun ini. Syamsul menyinggung peran Bissu dalam ritual yang sudah turun temurun.

"Harus dilibatkan Bissu dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Bone. Itu sudah dilakukan turun temurun sejak era sebelum Islam," kata Puang Matoa Bissu Syamsul Bahri kepada detikSulsel, Kamis (16/3).

Dia mengatakan beberapa peran Bissu dalam HJB ialah pada ritual mengambil air di Sungai Palakka atau mallekke wae, ritual meminta izin ke Dewata atau massimang, ritual membersihkan benda pusaka kerajaan atau mattompang arajang, hingga membawa benda-benda kerajaan menggunakan baki.

"Bissu juga melakukan memmang to ri langi atau zikir, mappakalepu sumange atau membulatkan tekad. Peranan Bissu sangat penting memang," sebutnya.

Dia juga mengatakan, saat ini ada beberapa tradisi yang dilakukan Bissu mengalami perubahan sejak meninggalnya seorang tokoh Ade Pitue atau Dewan Adat Tujuh bernama Petta Awangpone. Dahulu, seluruh kegiatan Bissu dikoordinasikan Dewan Adat Tujuh sebelum Petta Awangpone wafat.

"Itu berubah pas meninggal Petta Awangpone. Dulu memang Bissu diatur oleh Dewan Adat Kerajaan Bone," bebernya.

Sementara saat ini, seluruh kegiatan Bissu termasuk keterlibatannya dalam ritual HJB dikoordinasikan oleh Pemkab Bone melalui Dinas Kebudayaan. Dia pun berharap Bissu kembali dilibatkan tahun ini.

"Saat ini yang kami ketahui, Bissu diatur oleh pemerintah sekarang. Semoga saja Bissu tetap dilibatkan di puncak Hari Jadi Bone ke-693 tahun ini," harap Syamsul.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Bissu Tak Dilibatkan di HJB ke-692

Tokoh spiritual Bugis Bissu untuk pertama kalinya dalam sejarah tidak hadir dalam peringatan HJB yang ke-692, tahun lalu. Hal ini lantaran Pemkab Bone tidak lagi melibatkan Bissu.

"Iye' baru tahun ini tidak ada Bissu dilibatkan dalam perayaan Hari Jadi Bone," kata Ketua Dewan Adat Bone Andi Baso Hamid kepada detikSulsel, Minggu (27/3/2022).

Dia mengatakan, selama ini Bissu berperan besar dalam rangkaian ritual adat dalam HJB. Tidak hanya sekadar jadi budaya, namun juga menjadi ritual keagamaan.

"Kalau sekarang sudah menjadi budaya. Tetapi bagi pelaku Bissu bukan hanya budaya saja, tapi merasa itu bagian dari ritual-ritual mereka," ucap dia.

Sementara itu, Pemkab Bone berdalih Bissu menarik dari HJB ke-692 lantaran kecewa tugasnya diambil alih. Bissu ingin berperan penuh dalam ritual adat, termasuk membawa baki (benda-benda kerajaan), namun tugas itu sudah diberikan kepada kelompok lain.

"Tuntutan mereka (Bissu) adalah kalau tidak melakukan yang membawa itu baki semua kegiatan akan undur diri," ucap Kepala Disbud Bone, Andi Ansar.

Dia mengemukakan, tiap tahapan ritual adat sudah dibagi peran tugas masing-masing. Namun Ansar mengaku Bissu kekeh ingin diamanahkan dalam semua rangkaian ritual adat HJB Bone.

"Apa boleh buat karena saya pikir tidak ada juga kewajiban hukum bahwa yang membawa baki itu harus kelompok Bissu," ujar Ansar.

Pemkab sudah membagi tahapan ritual yang khusus dijalankan kelompok Bissu. Namun tidak disetujui, hingga akhirnya undur diri dari semua tahapan ritual yang dilakukan Bissu tiap tahun itu.

"Mereka sendiri yang tidak mau kalau tidak dipercayakan membawakan baki (benda-benda kerajaan)," lanjut dia.

Halaman 2 dari 2
(asm/urw)

Hide Ads