Rumah Adat Sulawesi Utara dari Berbagai Suku Lengkap Beserta Penjelasannya

Rumah Adat Sulawesi Utara dari Berbagai Suku Lengkap Beserta Penjelasannya

Edward Ridwan - detikSulsel
Selasa, 18 Okt 2022 04:00 WIB
rumah panggung manado di tomohon
Foto: Rumah adat Sulawesi Utara. (Syanti Mustika/detikcom)
Sulawesi Utara -

Rumah adat Sulawesi Utara (Sulut) memiliki beragam bentuk dan corak arsitektur. Hal ini lantaran terdapat beragam beberapa suku bangsa di wilayah ini.

Rumah adat merupakan hunian tradisional yang bentuk, arsitektur, dan cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun. Selain itu rumah tersebut juga bisa digunakan sebagai tempat tinggal sehari-hari.

Mengutip dari buku berjudul "Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Utara" yang dirilis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1991 disebutkan bahwa terdapat 4 suku bangsa terbesar di Sulawesi Utara yakni suku Bolang Mongondow, Suku Sanger Talaud, Suku Minahasa dan Suku Gorontalo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun saat ini Gorontalo telah memisahkan diri dan menjadi provinsi tersendiri. Maka saat ini suku bangsa terbesar di Sulawesi Utara yakni suku Bolang Mongondow, Suku Sanger Talaud, dan Suku Minahasa.

Ketiga suku ini memiliki rumah adat dengan bentuk dan komposisi arsitektur yang berbeda. Nah, berikut rumah adat Sulawesi Utara dari ketiga suku tersebut yang dirangkum detikSulsel dari buku berjudul "Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Utara":

ADVERTISEMENT

1. Rumah Adat Suku Bolaang Mongondow

Rumah adat Sulawesi Utara yang pertama adalah rumah adat milik Suku Mongondow. Suku ini mendiami Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.

Masyarakat Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki beberapa istilah untuk menyebutkan jenis rumah adatnya. Antara lain sebagai berikut;

  • Komalig, adalah salah satu istilah yang hanya digunakan untuk menyebut rumah dari raja-raja (istana raja).
  • Baloi, adalah istilah yang umum untuk menyebut rumah penduduk yang sudah permanen.
  • Lurung (laig), adalah untuk menyebut bentuk rumah penduduk yang masih sederhana atau untuk menyebut pondok
    kecil yang bentuknya masih sederhana.
  • Genggulang, adalah bentuk rumah darurat yang dibangun di kebun-kebun sebagai tempat beristirahat.

Bentuk bangunan rumah Bolang Mongondow biasanya berupa rumah panggung yang dibangun memanjang ke belakang. Tingginya antara 1,5 hingga 2 meter.

Rumah panggung ini memiliki satu tangga dan satu pintu yang terletak di tengah-tengah bagian depan rumah. Selain itu, umumnya rumah ini memiliki bagian serambi atau teras yang disebut dengan dongkulon.

Struktur Arsitektur Rumah Bolang Mongondow

Secara sekilas, rumah adat Sulawesi utara dari Suku Bolang Mongondow ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian bawah (kolong), tengah rumah dan bagian atap rumah.

Bagian atap rumah ini juga terdiri dari berbagai jenis dan bentuk. Diantaranya bentuk atap rumah bungkus nasi, bentuk atap rumah sinumuntotoi, lumalako dan binou.

Adapun susunan dan arsitektur rumah dari depan ke belakang terdiri dari 4 bagian utama. Keempat bagian ini memiliki fungsinya masing-masing, berikut penjelasannya;

Serambi (Dokulon)

Di bagian depan rumah terdapat serambi yang disebut dengan dokulon. Fungsi ruangan serambi ini umumnya digunakan untuk menerima tamu dan untuk mengadakan musyawarah keluarga.

Ruang Dalam (Yu'ong in Baloi)

Pada bagian dalam rumah merupakan tempat atau ruangan utama yang disebut yu'ong in baloi. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat makan keluarga, tempat berkumpul, bermain anak-anak, menyimpan harta benda dan sekaligus tempat tidur keluarga pada malam hari.

Kamar Utama (Situp)

Di dalam rumah adat Bolaang Mongondow hanya terdapat satu buah kamar. Bilik kamar ini disebut dengan istilah situp.

Bilik kamar biasanya digunakan sebagai tempat tidur untuk ayah, ibu dan anaknya yang masih kecil. Sementara di bagian atas kamar tersebut (loteng) biasanya dibuat sebuah ruangan khusus yang digunakan untuk anak gadis yang sedang dipingit.

Bagian Dapur (Dodunguon)

Bagian rumah paling belakang adalah bagian dapur atau yang disebut dengan dodunguon. Sebagaimana biasanya, tempat ini digunakan untuk memasak dan menyimpan bahan makanan.

2. Rumah Adat Suku Sangir Talaud

Rumah adat Sulawesi Utara yang selanjutnya adalah milik suku Sanger Talaud. Yakni etnis masyarakat yang mendiami wilayah paling utara Sulawesi Utara, di Kabupaten Sangir Talaud.

Masyarakat Sangir Talaud, menyebut nama rumah mereka dengan beberapa istilah seperti "bale", "daseng" atau "sabua". Penggunaan nama ini untuk menunjukkan sifat dan bentuk rumah tersebut sekaligus menyimbolkan tata krama.

Penggunaan kata "bale" biasanya merujuk pada rumah yang sifatnya permanen. Sementara "sabua" menunjukkan sifat darurat, serta "daseng" digunakan untuk keduanya.

Secara umum bentuk tipologi rumah adat Sangir Talaud terbagi menjadi dua. Yakni rumah panggung dan rumah yang berlantai langsung di atas tanah.

Baik rumah panggung maupun rumah berlantai langsung di atas tanah, dibangun berdasarkan struktur bangunan dengan sistem rangka kayu. Sementara kerangka bangunan rumah hampir sama.

Yang membedakan adalah adanya bagian kolong pada rumah panggung. Sementara pada tipe rumah yang berlantai langsung ke tanah tidak ada.

Dinding rumah biasanya menggunakan bambu tetak atau juga gedek (anyamana belahan bambu). Dinding ini diikat tegak pada tiang-tiang dinding dari bagian dasar hingga atap. Untuk setiap rumah masing-masing memiliki dua hingga 3 buah jendela kecil.

Adapun pintu rumah biasanya terdiri dari 2 pintu. Yakni di bagian depan dan di bagian belakang yang menghubungkan dengan dapur.

Pada rumah panggung di depan pintu terdapat tangga penghubung. Berbeda dengan rumah adat lainnya, jumlah anak tangga yang digunakan di rumah adat Suku Sangir Talaud selalu berjumlah genap.

Sementara itu, pada bagian dalam atau interior, rumah adat Sulawesi Utara ini terbilang sangat sederhana. Sebab hanya terdiri dari satu ruangan saja.

Jadi tidak ada bilik kamar ataupun sekat pemisah di dalamnya. Sehingga semua aktivitas di lakukan di dalam satu ruangan yang besar.

Namun seiring perkembangan zaman, khususnya semenjak meluasnya pengaruh agama Kristen di Sangir Talaud, maka perlahan masyarakat mulai membangun kamar dan sekat permanen di dalam rumah. Jadi rumah dengan satu ruangan besar tanpa sekat ini sudah jarang ditemukan saat ini.

3. Rumah Adat Suku Minahasa

Rumah adat Sulawesi Utara yang selanjutnya yaitu Wale Wangko. Ini merupakan rumah adat Sulawesi Utara dari Suku Minahasa.

Suku Minahasa adalah salah satu suku bangsa terbesar yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Kelompok etnis ini mendiami daerah Minahasa yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi.

Typologi utama rumah adat Minahasa adalah rumah panggung yang berdiri di atas tiang-tiang besar. Di bagian tengah rumah terdapat sebuah ruangan besar yang berukuran 5x8 meter.

Ruangan ini difungsikan sebagai tempat menyimpan hasil panen padi, yaitu pada tong-tong besar yang terbuat dari batang pohon kayu. Pada samping kiri dan kanan ruangan besar ini masing-masing terdapat antara 6 hingga 9 bilik kecil yang didiami oleh keluarga.

Pada bagian atap biasanya rumah ini menggunakan daun rumbia. Dimana setiap atap berukuran 1,5 meter hingga 1,8 meter.

Setiap rumah biasanya memiliki 2 buah pintu. Yakni 1 pintu pada bagian depan dan satu pada bagian belakang.

Jumlah jendela berkisar antara 4 sampai 6 buah. Masing-masing berkuran 60x90 cm. Biasanya 2 buah jendela terletak di bagian depan dan 4 buah jendela lainnya terdapat pada samping kiri dan kanan rumah.




(edr/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads