Sejarah Kesultanan Buton tidak lepas dari masuknya pengaruh Islam di wilayah Buton yang pada mulanya berbentuk pemerintahan kerajaan. Sejak pengaruh Islam mulai masuk di Buton, sistem pemerintahan yang awalnya berbentuk kerajaan pun berubah menjadi kesultanan.
Mengutip dari buku 'Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara: Kesultanan Buton' yang diterbitkan oleh Depdikbud RI, Kerajaan Buton mulanya dipimpin oleh raja turun-temurun dari keturunan Dinasti Wa Khaa-Khaa yang berkuasa pada abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi. Raja pertama Kerajaan Buton adalah Wa Khaa-Khaa yang kemudian digantikan oleh putrinya Bulawambona sebagai raja kedua.
Raja ketiga adalah Bataraguru, putra dari Bulawambona. Raja keempat adalah putra Bataraguru yang bernama Tuarade. Karena Raja Tuarade tidak memiliki keturunan, maka raja selanjutnya adalah kemenakannya yang juga sebagai anak angkatnya bernama Raja Mulae yang menjadi raja kelima.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat masa pemerintahan raja kelima ini pengaruh Islam sudah mulai masuk di kerajaan Buton. Agama Islam masuk ke Buton dibawa oleh seorang ulama berkebangsaan Arab yang berasal dari Semenanjung Melayu (Johar) bernama Syeikh Abdul Wahid.
Menurut catatan sejarah, Islam mulai masuk di Buton awal abad ke-16, tepatnya tahun 1511. Sumber lain bahkan menyebutkan Islam sudah masuk ke Buton jauh sebelumnya, namun pada saat itu masyarakat Buton masih kuat meyakini agama yang dianutnya.
Kedatangan Syeikh Abdul Wahid menjadikan pengaruh Islam semakin kuat di Buton. Berdasarkan teori Islamisasi yang dijelaskan oleh para ahli, Islam yang masuk ke Buton menjadi kekuatan sosial terlebih dahulu sebelum akhirnya menjadi kekuatan politik.
Mulanya, di ajaran Islam diajarkan di kalangan keluarga dan kerabat dengan dengan cara menjalankan beberapa kewajiban agama. Selain itu, agama Islam juga diajarkan melalui pemberian contoh tingkah laku yang baik untuk ditiru dan diteladani.
Setelah masyarakat mulai meyakini dan mulai menerima ajaran Islam, barulah ajaran Islam mulai diteruskan dengan legitimasi sebagai kekuatan politik. Para pejabat kerajaan saat itu mulai menyebarkan ajaran Islam secara legal.
Selanjutnya, Syeikh Abdul Wahid membawa ajaran agama Islam di Buton...
Simak Video 'Jokowi Dapat Gelar Adat dari Kesultanan Buton, Ini Artinya':
Saat Syeikh Abdul Wahid membawa ajaran agama Islam di Buton, raja Buton kelima menerimanya dengan baik. Bahkan, agama Islam saat itu diterima sebagai agama resmi kerajaan.
Syeikh Abdul Wahid saat tiba di Buton diketahui mendarat di suatu tempat di bagian selatan pulau Buton yang disebut pantai Burangasi. Kedatangan Syeikh Abdul Wahid ke Buton memang disengaja untuk mengislamkan daerah Buton perintah gurunya Syekh lbnu Batutah yang pernah mengunjungi di Buton, saat itu Syeikh lbnu Batutah kembali dari Ternate menuju Jawa.
Masuknya agama Islam di masyarakat Buton tentunya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di Buton. Raja Mulae yang merupakan Raja Buton kelima saat itu bahkan menyampaikan keinginannya untuk merubah ketatanegaraan yang awalnya berbentuk kerajaan menjadi kesultanan.
Syeikh Abdul Wahid yang telah ditetapkan sebagai penasehat/guru agama di kerajaan diutus oleh Raja untuk pergi ke Turki. Kepergian Syeikh Abdul Wahid ke Turki bermaksud untuk menyampaikan keinginan raja Buton pada Mufti Kerajaan Turki di Istanbul untuk menjadikan Buton kerajaan Islam yang berbentuk kesultanan.
Syeikh Abdul Wahid kemudian berangkat ke Turki. Dalam perjalanannya itu, dia meninggalkan Buton selama 15 tahun. Sekembalinya ke Buton, Raja Mulae rupanya telah wafat dan digantikan oleh menantunya Lakila-ponto yang merupakan raja keenam Kerajaan Buton.
Seiring berjalannya waktu, raja Lakila-ponto yang memerintah saat itu akhirnya memeluk Islam. Sesuai pesan Mufti kerajaan Islam di Istambul, pada tahun 1538 Raja Lakila-ponto dilantik sebagai sebagai Sultan I dengan gelar Sultan Muhammad Kaimuddin atau Sultan Marhum.
Hal ini yang kemudian menandai perubahan sistem pemerintahan dari kerajaan menjadi kesultanan. Sultan Marhum ini disebut sebagai raja terakhir sekaligus sultan pertama yang memerintah Kesultanan Buton. Sistem Monarki yang berlangsung kurang lebih dua abad diganti berdasarkan konstitusi Islam yang disebut Murtabat Tujuh.