Ternyata Ini Sebab Orang Bugis-Makassar Okkots Sulit Bedakan Kata Akhiran NG

Ternyata Ini Sebab Orang Bugis-Makassar Okkots Sulit Bedakan Kata Akhiran NG

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikSulsel
Sabtu, 03 Sep 2022 14:14 WIB
Tarian Bugis di Hari Jadi Bone ke-692.
Wanita suku Bugis menggunakan baju tradisional. (Foto: Agung Pramono/detikSulsel)
Makassar -

Orang Bugis-Makassar dalam menggunakan bahasa Indonesia memiliki dialek tersendiri. Yakni penempatan M, N, NG yang terkadang tidak sesuai.

Sebagai contoh, kata-kata yang biasanya mengalami perubahan akhiran antara lain ikan menjadi ikang, sayang menjadi sayan, dan baskom menjadi baskon. Namun, perubahan akhiran dari ketiga huruf tersebut, akhiran "NG" lebih dominan digunakan oleh orang Bugis-Makassar seperti pada ucapan "makan ikan" akan berubah menjadi "makang ikang".

Penempatan M, N, dan NG yang tidak tepat ini disebut dengan istilah okkots. Meski tidak sesuai, hal ini justru menjadi salah satu ciri khas orang Bugis-Makassar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, mengapa orang Bugis-Makassar susah menempatkan akhiran M, N, dan NG dengan tepat?

Dosen Sastra Daerah Bugis-Makassar dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr. Firman Saleh menjelaskan orang Bugis-Makassar memang cenderung susah membedakan akhiran M, N, dan NG. Tepatnya akhiran dengan bunyi sengau.

ADVERTISEMENT

"Jadi orang Bugis-Makassar memang tidak bisa membedakan M, N, dan NG. Nah itu dalam ilmu Bahasa disebut bunyi sengau," jelas Firman kepada detikSulsel, Selasa (30/8/2022).

Firman menjelaskan cara berbicara orang Bugis-Makassar ini dipengaruhi oleh bahasa daerah. Sehingga menjadi khas dari orang Bugis-Makassar ketika menggunakan bahasa Indonesia akan mengalami okkots atau perubahan akhiran yang berbunyi sengau.

"Yah itu pengaruh bahasa daerah dan itu menjadi ciri khas akhirnya. Orang Bugis-Makassar itu menggunakan akhiran hampir semua nya NG," tambah Firman.

Firman mengatakan kecenderungan orang Bugis-Makassar lebih banyak menggunakan akhiran NG karena pada bahasa daerah Bugis dan Makassar tidak memiliki akhiran N dan M. Namun, terdapat beberapa kosa kata bahasa daerah Bugis-Makassar yang menggunakan akhiran NG.

Kosa kata dalam bahasa Bugis yang berakhiran NG seperti Madodong yang artinya lemas atau lemas, kemudian Masolang yang berarti rusak. Bahasa Makassar juga memiliki sejumlah kata yang berakhiran NG salah satunya Tallang yang berarti tenggelam.

Tetapi baik bahasa Bugis maupun Makassar tidak memiliki akhiran N dan M. Sehingga saat bahasa Indonesia masuk dengan sejumlah kosa kata yang memiliki akhiran M dan N, membuat warga Bugis-Makassar bingung.

"Dalam bahasa Bugis dan Makassar itu tidak ada akhiran N dan M. Jadi saat menggunakan bahasa Indonesia mereka bingung dan terpengaruh dengan bahasa lokal. Seperti mengucapkan minum jadi minung, makan dia bilang makang. Karena memang dia tidak ada akhiran N dan M dalam bahasa daerahnya," jelas Firman.

Selanjutnya okkots tidak hanya pada pengucapan tapi juga tulisan...

Okkots Tidak Hanya pada Pengucapan tapi Juga Tulisan

Kebiasaan okkots orang Bugis Makassar tidak hanya pada lisan, tetapi juga pada tulisan bahasa Indonesia. Hal ini karena mereka menuliskan sesuai dengan akhiran sengau yang mereka pahami dalam sebuah kata.

"Ini juga terbawa dengan di tulisan . Jadi bukan hanya dalam bentuk verbal. Bukan dalam ucapan tapi juga dalam penulisan," ungkap Firman.

Hal ini karena memang adanya kebingungan untuk menggunakan akhiran M, N atau NG dalam sebuah kata dengan akhiran bunyi sengau.

"Nah kalau menulis di buku, di chat, pokoknya di tulisan itu dia tidak bisa membedakan yang mana N yang mana M dan yang mana NG," kata Firman.

Ia menambahkan fenomena ini tidak hanya terjadi pada masyarakat awam saja. Bahkan akademisi asli suku Bugis-Makassar yang sering menggunakan bahasa baku juga sering salah menggunakan akhiran M, N, dan NG.

"Yah, jangan kan masyarakat awam yang sehari-harinya menggunakan bahasa daerah, banyak kalangan akademisi pun masih terbawa. Itu tidak bisa hilang dan berubah. Cuman kadang-kadang dia (akademisi) bisa kontrol. Tapi pada saat-saat tertentu akan muncul namun biasa dianggap speech slip," ujar Firman.

Aksara Lontara Bugis-Makassar Tidak Memiliki Akhiran N, M, dan NG

Firman mengatakan, dalam tulisan aksara Lontara di Bugis-Makassar tidak memiliki akhiran N, M, maupun NG. Jika dalam pengucapan ada bunyi "NG" dalam beberapa kata pada bahasa Bugis-Makassar, namun tidak dalam tulisannya.

"Penulisan aksara Lontara tidak ada, NG pun tidak. Semua kata yang berakhiran NG dalam Lontara itu tidak tertuliskan. Tidak ada di Lontara untuk akhiran ketiga bunyi itu," ujar Firman.

Firman menambahkan, akhiran NG dalam bahasa Bugis-Makassar itu hanya dibunyikan tetapi tidak tertulis. Sebagai contoh kata dalam bahasa Bugis "Bangkung" yang berarti parang dalam penulisan Lontara akhiran NG nya tidak dituliskan.

"Nah itu tidak ada NG-nya itu tidak muncul dalam aksara. Kenapa karena aksara Lontara itu aksara yang interpretatif. Aksara yang tergantung interpretasi kita dalam membaca dan memaknainya," jelas Firman.

Halaman 2 dari 2
(alk/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads