Serba-serbi Rambu Solo, Ritual Suku Toraja Sempurnakan Kematian Keluarga

Rachmat Ariadi - detikSulsel
Sabtu, 11 Jun 2022 18:31 WIB
Ritual Rambu Solo menjadi salah satu budaya masyarakat suku Toraja yang masih lestari hingga saat ini. Foto: Rachman Haryanto
Tana Toraja -

Suku Toraja dikenal memiliki beragam budaya hingga upacara adat yang hingga kini masih dilestarikan masyarakatnya. Salah satu yang cukup dikenal ialah Rambu Solo atau ritual pemakaman.

Rambu Solo dilakukan oleh keluarga masyarakat Toraja yang berduka. Mereka membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir kepada mendiang keluarga yang telah pergi lebih dulu.

Dewan Masyarakat Adat Nusantara, Eric Crystal Ranteallo mengatakan Rambu Solo merupakan ritual sakral bagi masyarakat Toraja. Ritual Rambu Solo ini telah dilakukan oleh Aluk Todolo, atau nenek moyang dari suku Toraja.


"Orang Toraja itu sangat menghargai keluarganya yang telah berpulang. Itu nomor satu di Toraja, sebagai penghormatan untuk terakhir kali. Ini sudah dilakukan sejak leluhur kami Aluk Todolo," jelas Eric Crystal Ranteallo kepada detikSulsel, Jumat (10/6/2022).

Rambu Solo dianggap sebagai upacara untuk menyempurnakan kematian seseorang. Kepercayaan masyarakat suku Toraja, berasal dari Aluk Todolo. Mereka percaya mati adalah suatu proses perubahan status dari manusia fisik di dunia menjadi roh di alam gaib.

Sehingga, selama rangkaian ritual Rambu Solo belum dilakukan hingga rampung, maka sang mayat akan diperlakukan sebagaimana orang sakit. Sang mayat tetap dibaringkan di tempat tidur serta tetap disediakan makan dan minum yang diletakkan di sampingnya.

"Bagi suku Toraja, orang yang sudah meninggal dikatakan telah benar-benar meninggal ketika seluruh prosesi upacara rambu solo telah terpenuhi. Jika belum, orang tersebut hanya dianggap makula (sakit), dan diperlakukan layaknya orang sakit, sehingga masih harus disediakan minuman, makanan, dan dibaringkan di tempat tidur," jelas Eric.

Perlakuan menganggap sang mayat sebagai orang sakit berakhir ketika dilaksanakannya Rambu Solo bagi yang bersangkutan, oleh keluarga atau keturunannya. Ritual Rambu Solo pada intinya adalah Meaya, yakni memindahkan/mengarak sang mayat dari tongkonan ke liang (kuburan) yang berupa gua di tebing batu.

Mayat Disimpan di Rumah hingga Rambu Solo Dilaksanakan

Eric mengatakan, ketika orang dari suku Toraja meninggal akan disimpan hingga Rambu Solo digelar. Sehingga jika biaya keluarga belum mencukupi maka mayat akan terus disimpan hingga mampu menggelar Rambu Solo.

"Makanya itu, biasa jenazah orang Toraja ada yang tinggal lama di rumah. Ada beberapa pendapat bilang itu menunggu biaya yang terkumpul, menunggu keluarga yang jauh datang," paparnya.

Meski begitu, Eric mengatakan sejatinya pelaksanaan Rambu Solo tidak memaksakan untuk menyembelih persembahan. Karena berdasarkan ajaran orang terdahulu suku Toraja, jika tidak mampu mengorbankan ternak maka cukup memukul kandang ternak.

"Sebenarnya ajaran nenek moyang kita tidak memaksakan untuk menyembelih kerbau atau babi. Ajaran nenek moyang kita dulu kalau tidak mampu menyembelih kerbau atau babi, itu cukup memukul-mukul kandang ternak yang ada, atau kalau tidak mampu membeli tedong bonga (kerbau belang) itu dikasi kapur. Itu bijaknya ajaran nenek moyang kita," paparnya.

Ada beragam rangkaian ritual Rambu Solo bagi masyarakat suku Toraja. Simak selengkapnya di halaman berikutnya.




(asm/nvl)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork