Kisah Pria Lulusan SD di Polman Budidaya Jangkrik, Raup Jutaan Rupiah Sebulan

Sulawesi Barat

Kisah Pria Lulusan SD di Polman Budidaya Jangkrik, Raup Jutaan Rupiah Sebulan

Abdy Febriady - detikSulsel
Selasa, 13 Sep 2022 09:45 WIB
Budidaya jangkrik di Polman
Marianto, warga Polewali Mandar (Polman) yang sukses meraup jutaan rupiah dari budidaya jangkrik. (Foto: Abdy Febriady/detik.com)
Polman -

Pria bernama Marianto (34) warga Desa Sidorejo, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), yang hanya lulusan sekolah dasar (SD) kini sukses membudidayakan jangkrik. Marianto pun mampu meraup jutaan rupiah per bulan dari hasil budidaya tersebut.

"Awalnya hanya coba-coba, kebetulan di sini banyak teman yang pemain burung kicau, pakannya jangkrik, mereka meminta saya untuk coba beternak jangkrik," kata Marianto kepada wartawan, Senin (12/9/2022).

Siapa sangka budidaya jangkrik yang awalnya coba-coba tersebut justru menjanjikan. Ia mulai menggeluti budidaya jangkrik pada akhir bulan Desember tahun 2021 dengan memanfaatkan salah satu ruangan berukuran 4x6 meter di rumahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Telur jangkrik yang didatangkan dari Jawa, ditebar pada permukaan rak telur ayam. Kemudian diletakkan dalam kotak budidaya, berbahan kayu dan tripleks berukuran 1x1 meter persegi yang dibuat khusus.

Diakui Marianto, proses budidaya jangkrik yang ditekuninya tidak susah. Meski demikian tetap butuh ketelatenan, pasalnya harus rutin memberi pakan berupa sayuran dan selalu waspada ancaman hama.

ADVERTISEMENT

"Tidak boleh telat diberi makan, karena jangkrik itu memiliki sifat kanibal, biasa saling memangsa," ungkapnya.

"Kalau hama biasanya tikus sama tokek, makanya harus selalu dijaga, ditutup (kotak budidaya), baru disemprot-semprot anti hama, dan diawasi selalu," sambungnya.

Marianto mengatakan proses panen jangkrik hasil budidayanya dilakukan setiap 25 hari sekali. Untuk satu kotak budidaya, biasanya mampu menghasilkan 15 sampai 20 kilogram jangkrik.

Jangkrik yang telah dipanen yang dijual seharga 80 ribu rupiah per kilogram. Sehingga untuk satu kotak budidaya Marianto bisa meraup sekitar Rp 1,2 juta hingga Rp 1,6 juta.

Marianto mengaku untuk mendapatkan hasil maksimal, ia menyiapkan beberapa kotak budidaya dengan jarak panen masing-masing kotak selisih 10 hari. Sehingga dalam sebulan Marianto dapat berulang kali memanen jangkrik.

"Prosesnya itu 25 hari sudah siap panen, makanya jarak panen diatur, setiap kali panen jaraknya sepuluh, sepuluh hari, dalam tiga kotak keliling sebulan bisa panen tiga kali. Satu kotak bisa dapat 15 kilogram, paling banyak 20 kilogram, dijual seharga 80 ribu rupiah per kilogram," jelasnya.

Pesanan jangkrik hasil budidaya yang ditekuni Marianto telah berdatangan dari sejumlah daerah. Proses pemasarannya dilakukan melalui media sosial.

"Kita promosi melalui media sosial, juga dibantu teman-teman pecinta burung kicau, pesanan sudah mulai banyak dari Mamuju, biasanya sampai puluhan kilogram sekali mengirim," tuturnya.

Kesuksesan membudidayakan jangkrik tidak semerta-merta diperoleh Marianto. Ia juga pernah mengalami kegagalan dalam menekuni usahanya ini.

"Pernah gagal, apalagi karena kualitas telur yang saya budidayakan waktu itu kurang bagus, tapi saya tidak pernah terpikir untuk berhenti, pokoknya lanjut terus," imbuhnya.

Bahkan menurutnya, keluarga dan warga juga sempat meragukan dan menertawakan rencananya membudidayakan jangkrik. Lantaran usaha yang digelutinya dianggap tidak lazim.

"Pertama keluarga kayak tidak yakin begitu, saya ditertawakan, karena jangkrik kayak tidak masuk di akal. Alhamdulillah, keraguan keluarga terjawab dengan hasil yang menjanjikan bahkan sempat membuat mereka kaget," pungkasnya.




(alk/nvl)

Hide Ads