Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tahu-Tempe di Bone Setop Produksi

Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tahu-Tempe di Bone Setop Produksi

Mono - detikSulsel
Kamis, 24 Feb 2022 19:10 WIB
Pengusaha tahu-tempe di Bone keluhkan kenaikan harga kedelai.
Foto: Pengusaha tahu-tempe di Bone keluhkan kenaikan harga kedelai. (Mono/detik.com)
Bone -

Pelaku usaha tahu-tempe di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengeluhkan mahalnya harga kedelai. Beban biaya operasional yang semakin tinggi membuat sebagian pengusaha terpaksa menghentikan produksi.

"Harga kedelai sekarang mahal sekali. Sekarang sudah Rp 12.500 per kg, padahal dulu waktu bulan November masih Rp 10.000," kata Pengusaha Tahu Tempe Bone, Eka Setiawati saat ditemui di tempatnya Jalan Andalas, Kelurahan Jeppe'e, Kecamatan Tanete Riattang Kamis (24/2/2022).

Eka mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor di dalam negeri yang berbanding lurus dengan kenaikan harga kedelai global. Efeknya membuat pengusaha terpaksa memberhentikan karyawan untuk menekan biaya operasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Januari kemarin berhentikan tiga karyawan karena terlalu mahal ini kedelai. Kalau tidak ada kebijaksanaan menurunkan harga kedelai otomatis kami berhenti produksi juga," tambahnya.

Saat menjalankan usahanya, Eka dibantu suami melakukan pengolahan dan dua anaknya yang masih duduk di bangku SD membantu mengambil kayu bakar di luar. Eka mengaku masih melakukan produksi sampai hari ini karena masih ada orderan dari pesantren dan panti asuhan.

ADVERTISEMENT

"Suami dan anak saya sekarang yang kerja sementara waktu. Ini juga kami beli kedelainya langsung di Bone. Itupun tidak banyak, hanya untuk menutupi kebutuhan di pesantren. Setelah itu kami istirahat dulu kalau belum berubah harganya," sambung eka.

Ada Pengrajin yang Hentikan Produksi

Sementara di daerah tetangga, tepatnya di Desa Goarie, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, salah seorang pengusaha tahu tempe bernama Masri sudah berhenti melakukan produksi.

"Mogok produksi kami lakukan bersama teman-teman penjual tahu tempe. Ini sebagai bentuk protes atas kenaikan harga kedelai," akunya.

Masri mengaku keputusannya itu tak dibuat-buat. Kenaikan harga kedelai memang memaksa produksi berhenti.

"Harga kedelai saat ini sangat melonjak," katanya.

Masri kemudian berharap kondisi kembali normal. Dia berharap harga kedelai terkendali sehingga produksinya juga dapat berjalan normal kembali.

"Saya berharap semoga ada kebijakan pemerintah terkait tingginya harga Kedelai. Saya juga mogok produksi karena menghargai Asosiasi Nasional Pengrajin Tahu Tempe," beber Masri.




(sar/hmw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads