Mitos-Larangan Malam 1 Suro: Turunnya Nyi Roro Kidul-Lebaran Makhluk Gaib

Mitos-Larangan Malam 1 Suro: Turunnya Nyi Roro Kidul-Lebaran Makhluk Gaib

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Kamis, 26 Jun 2025 14:12 WIB
Ilustrasi gerhana bulan penumbra
Foto: Getty Images/iStockphoto/Alameen R
Makassar -

Malam 1 Suro merupakan momen pergantian tahun dalam kalender Jawa. Sebagian masyarakat khususnya Jawa, meyakini malam ini sakral dan dikelilingi berbagai mitos yang dipercaya secara turun-temurun.

Mulai dari kisah turunnya Nyi Roro Kidul, anggapan bulan sial, hingga lebaran makhluk halus pada malam tersebut. Mitos-mitos ini hidup dan berkembang di tengah masyarakat sebagai suatu budaya lokal.

Karena itu, berbagai larangan pun muncul agar masyarakat "tak mendapatkan celaka" di malam tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, apa saja mitos malam 1 Suro yang berkembang di masyarakat?

Mitos Malam 1 Suro

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut setidaknya 5 mitos atau kepercayaan yang berkembang di masyarakat pada malam 1 Suro.

ADVERTISEMENT

1. Suro Adalah Bulan Sial

Suro sering kali disebut sebagai bulan sial oleh masyarakat Indonesia khususnya Jawa. Oleh karenanya, pada bulan ini banyak pantangan-pantangan yang muncul untuk menghindari bencana dan musibah.

Seperti larangan menggelar hajatan, keluar malam hari, membangun atau pindah rumah, hingga melakukan perjalanan jauh. Contohnya jika melakukan acara pernikahan maka ditakutkan keluarganya nanti tidak harmonis dan terkena berbagai musibah.

2. Turunnya Nyi Roro Kidul

Malam 1 Suro sering dikaitkan dengan cerita Nyi Roro Kidul yang merupakan tokoh legendaris dalam mitologi Jawa Kuno. Berdasarkan kisah yang berkembang, Nyi Roro Kidul merupakan ratu pantai selatan.

Dia memiliki kekuatan magis dan dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta. Pada malam 1 Suro, dipercaya Nyi Roro Kidul akan turun ke Bumi untuk memberikan berkah dan melindungi masyarakat.

Mitos ini merupakan tradisi kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi di Yogyakarta. Mitos ini tetap diyakini dan dijalankan sebagai bagian dari penghormatan terhadap tradisi nenek moyang dan budaya. [1]

3. Lebaran Makhluk Gaib

Mitos selanjutnya yakni malam 1 Suro dipercayai sebagai lebaran bagi makhluk gaib oleh masyarakat terdahulu. Pada malam ini, banyak dari makhluk gaib keluar dari tempat persinggahan masing-masing.

Makhluk halus tersebut kemudian menampakkan diri kepada manusia dan konon disertai gangguan-gangguan mistis. Menurut mitos Jawa, malam satu Suro pada dasarnya memang merupakan waktu makhluk halus bebas berkeliaran. [2]

4. Suro Sebagai Bulan Keramat

Suro juga merupakan bulan baru yang mengawali tahun dalam tradisi penanggalan Jawa. Penanggalan ini tidak hanya diperuntukkan bagi manusia di Bumi namun juga dipercaya digunakan dalam jagad makhluk halus atau alam gaib.

Alam gaib yang dimaksudkan yakni dihuni oleh makhluk halus, jin, setan, hantu, dan siluman binatang gaib. Tidak hanya itu, alam gaib juga dimaksudkan untuk jagad leluhur, alam arwah, dan bidadari.

Bulan Suro bagi makhluk halus merupakan bulan yang paling sakral. Pada bulan ini, mereka mendapatkan kesempatan untuk melakukan seleksi alam terhadap manusia.

Bagi siapa pun yang hidupnya tidak waspada maka akan terkena dampaknya. Maka dari itu, bulan Suro termasuk pada malam pertamanya disebut sebagai bulan atau hari keramat. [3]

5. Meminta Hajat pada Leluhur dalam Benda Pusaka

Sebagian masyarakat Jawa meyakini bahwa di dalam benda pusaka bersemayam roh-roh leluhur mereka. Pada malam 1 Suro, mereka melakukan ritual ngumbah gaman atau mencuci pusaka sebagai bentuk penghormatan sekaligus penyucian secara spiritual.

Ritual ini dilakukan pada malam 1 Suro karena malam tersebut dipercaya penuh dengan kerahmatan, aura spiritual, dan kekuatan magis. Mereka meyakini bahwa pada saat itulah, roh dalam pusaka akan mendengarkan dan memahami harapan atau permohonan dari pemiliknya. [4]

Larangan Malam 1 Suro

Berdasarkan mitos yang berkembang dan kepercayaan lainnya di masyarakat, terdapat larangan-larangan yang diyakini harus dipatuhi pada malam 1 Suro:

1. Berbicara atau Berisik

Dilarang berbicara keras berkaitan dengan tradisi Tapa Bisu Mubeng Beteng yakni tradisi yang berkembang di Keraton Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan dengan mengelilingi benteng keraton tanpa mengeluarkan suara atau diam sebagai bentuk refleksi dan perenungan diri. [1]

2. Menggelar Pesta atau Hajatan

Menyelenggarakan pernikahan atau hajatan dianggap pamali dan bisa mendatangkan kesialan. [5]

3. Keluar Malam

Disarankan tetap di rumah karena keluar malam dipercaya bisa mengundang hal negatif atau gangguan gaib.

4. Berkata Kasar

Perlu menjaga lisan karena ucapan buruk diyakini bisa menarik perhatian makhluk halus.

5. Pindahan atau Membangun Rumah

Dilarang melakukan pindahan atau membangun rumah karena dianggap bisa membawa sial.

6. Berkonflik

Masyarakat dianjurkan menjaga hubungan dan menghindari pertengkaran demi ketenangan batin.

7. Melakukan Perjalanan Jauh

Bepergian jauh dipercaya berisiko tinggi dan dikaitkan dengan mitos tumbal atau musibah.

8. Mengutamakan Hal Duniawi

Dianjurkan menjauhi kesenangan berlebihan; bulan Suro lebih ditekankan untuk ibadah, tirakat, dan menyepi. [1]

Pandangan Islam tentang Malam 1 Suro

Ustaz Ahmad Anshori LC pada laman Konsultasi Syariah menjelaskan bulan Suro sejatinya merujuk pada Muharram yang merupakan bulan suci di sisi Allah. Dengan demikian, mitos bahwa Suro adalah bulan sial dan pamalinya itu tidak benar.

Justru bulan Suro atau Muharram ini penuh dengan keberkahan. Bulan Muharram bahkan disebut sebagai bulannya Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ

Artinya: "Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram". (HR. Muslim 1163)

Menyebut waktu-waktu tertentu, contohnya menjuluki Suro sebagai bulan sial adalah budaya kaum Jahiliyah. Perbuatan tersebut adalah tindakan kesyirikan atau menyekutukan Allah SWT.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا

Artinya: "Thiyarah itu syirik..., Thiyarah itu syirik..., (diulang 3 kali)" (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan yang lainnya. Syuaib Al-Arnauth mengatakan, Sanadnya shahih). [6]

Demikianlah ulasan mengenai mitos malam satu Suro mulai dari turunnya Nyi Roro Kidul hingga lebaran makhluk halus. Semoga menambah wawasan!

Sumber:

1. Jurnal Kajian Budaya, Bahasa dan Sastra berjudul "Larangan Beserta Tradisi Malam 1 Suro di Surakarta"

2. Jurnal Universitas Islam Indonesia berjudul "Konstruksi Tempat Berhantu (Analisis Pembingkaian Ruang dan Relasi Manusia dengan Hantu dalam Novel Keluarga Tak Kasat Mata)"

3. Jurnal UIN Raden Intan Lampung berjudul "Tradisi Upacara Satu Suro dalam Perspektif Islam (Studi di Desa Keroy Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung)"

4. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta berjudul "Tradisi Cuci Pusaka pada Malam Satu Suro dan Gaman Bekerja di Desa Tanjung, Blimbing, Sambirejo Sragen"

5. Jurnal Universitas Buddhi Dharma berjudul "Makna Komunikasi Ritual Masyarakat Jawa (Studi Kasus pada Tradisi Perayaan Malam Satu Suro di Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, dan Pura MangkunegaranSolo):

6. Laman Konsultasi Syariah berjudul "Suro Bulan SialuntukMenikah?"




(edr/edr)

Hide Ads