Kementerian Koordinator Bidang Pangan menggelar rapat koordinasi (rakor) percepatan swasembada pangan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Sejumlah langkah strategis dipaparkan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) dalam akselerasi swasembada usai impor 4 komoditas dihentikan.
Rakor itu dihadiri langsung menteri seperti Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri PU Dody Hanggodo, Menteri Perdagangan Budi Santoso dan sejumlah wakil menteri di Aula Tudang Sipulung, Rujab Gubernur Sulsel, Jumat (17/1/2025). Rapat yang dipimpin oleh Zulhas ini juga menghadirkan kepala daerah definitif dan kepala daerah terpilih di Sulsel serta pejabat lembaga negara lainnya.
"Ini kami rapat koordinasi yang ke tujuh yah, kita akan selesaikan terakhir nanti di Sumatera Utara. Delapan penghasil pangan yang paling besar. Ini memang kita percepat, kadang-kadang seminggu dua kali," ujar Zulhas saat konferensi pers usai memimpin rakor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zulhas menyampaikan, rakor ini menyusun langkah-langkah strategis untuk memastikan kecukupan pangan, terutama menjelang puncak panen raya di akhir Februari hingga Maret dan April. Pihaknya meminta agar semua pihak mengoptimalkan sawah dan jaringan irigasi.
"Tadi kami sudah berkoordinasi untuk menyelesaikan yang sudah menjadi keputusan kita, putusan Bapak Presiden, kita harus swasembada pangan secepat-cepatnya," jelasnya.
"Caranya optimalisasi yah, sawah-sawah yang ada, kemudian lahan-lahan yang ada untuk protein, apakah itu dalam bentuk budidaya, apakah tangkap, dan lain-lain. Irigasi, yah optimalisasi itu irigasi yang belum bagus kita perbaiki," tambahnya.
Zulhas juga meminta pemerintah daerah menjaga penyaluran pupuk subsidi ke petani tak terkendala. Masalah pupuk yang kerap langka diklaim sudah berhasil diatasi.
"Penyaluran pupuk kemarin yang mengular panjang kita sudah selesaikan. Tadi saudara-saudara mengikut sudah tidak ada masalah lagi, tinggal sekarang pembangunan irigasi," jelasnya.
Pihaknya pun meminta peran penyuluh bidang pangan di daerah-daerah dioptimalkan dengan baik. Dia juga memastikan akan mengisi daerah yang kekurangan penyuluh pangan.
Terakhir, kata Zulhas, yakni pemerintah harus menyerap hasil panen masyarakat. Dia meminta hasil panen dibeli dengan harga yang disenangi petani.
"Petani kalau ditanya apa yang mereka minta? Mereka minta harga gabahnya dibeli dengan bagus, jagungnya, panennya dibeli dengan harga yang bagus," katanya.
Saat ini pemerintah telah menetapkan harga Rp 6.500 untuk satu kilogram gabah. Harga jagung petani juga telah dinaikkan dari Rp 5.000 menjadi Rp 5.500 per kilogram.
Zulhas juga menekankan semua pihak bersiap menyambut panen raya pada akhir Februari-April mendatang. Dia memprediksi, hasil pertanian seperti gabah dan jagung akan melimpah.
"Kita harus ada gudang tambahan, harus kerja-kerja ekstra dan kerja bersama-sama gubernur, pemerintah daerah, bulog, ya tentu juga BUMN, juga soal keuangannya. Nggak mungkin bulog kita biarkan sendiri," katanya.
Dia optimis Sulsel akan menjadi penopang andalan untuk percepatan swasembada pangan.
"Sulawesi termasuk daerah andalan kita untuk pangan ini. Baik karbohidrat seperti beras dan juga dari protein seperti ikan," pungkasnya.
Indonesia Setop Impor Beras-Gula
Zulhas turut menyinggung dampak keputusan pemerintah Indonesia menghentikan impor 4 komoditas tak mempengaruhi stabilitas harga bahan pokok di pasaran. Bahkan stok beras hingga bahan pokok lainnya tersedia oleh Bulog.
"Stok kita cukup, Bulog ada 2 juta berasnya, ayam, telur juga melimpah, memang ada yang kurang sedikit itu cabai rawit. Tapi cabai keriting sudah banyak, bawang sudah banyak, semua cukup stok kita," katanya.
Komoditas yang disetop untuk impor tersebut yakni beras, jagung, garam dan gula. Dia optimistis swasembada pangan akan segera terwujud dengan kerja sama semua pihak terkait.
"Ya kita bekerja keras, inilah kita rapat koordinasi, agar semangatnya bupati, gubernur seluruh, kita sama. Kalau kita kerja keras, kami meyakini, memang kita tidak perlu lagi impor beberapa produk yang kita tidak impor itu. Kami meyakini bisa," ucap Zulhas.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Fadjry Djufry menyebutkan, realisasi optimalisasi lahan pertanian (oplah) 2024 dari Kementan seluas 13.648 hektare untuk 4 kabupaten di Sulsel. Yakni Pinrang 500 hektare, Wajo 3.659 hektare, Bone 5.403 hektare, dan Sidenreng Rappang (Sidrap) 4.050 hektare.
Pada 2025 ini, lanjutnya, ditargetkan oplah menjadi 29.890 hektare, terdiri dari 2.841 hektare cetak sawah baru, dan oplah seluas 27.049 hektare. Empat daerah menjadi sasaran yakni Pinrang oplahnya menjadi 21.355 hektare dan Bone jadi 2.598 hektare. Sementara dua kabupaten lainnya yaitu Enrekang seluas 1.917 hektare dan Soppeng 1.178 hektare.
"Sementara itu, cetak sawah baru di Sulsel, disiapkan lahan seluas 583 hektare untuk awal 2025. Lahan tersebut tersebar di delapan kabupaten, yaitu Sidrap, Luwu Timur, Luwu Utara, Wajo, Barru, Bone, Soppeng, dan Luwu," ungkap Fadjry.
(sar/hsr)