- 1. Menjadi Santri
- 2. Akulah Santri
- 3. Jiwa Beradab
- 4. Sarung Menuju Surga
- 5. Pejuang Berpeci
- 6. Taman-taman Hidayah
- 7. Pamitku untuk Menuntut Ilmu
- 8. Abdi Negeri
- 9. Hanya Engkau
- 10. Santri Sejati
- 11.Santri Harus Bertekad di Jalannya
- 12. Ya Rasulullah
- 13. Pergi Mengaji
- 14. Perjuangan Santri
- 15. Pembela Agama dan Negara
- 16. Bangga Menjadi Santri
- 17. Santri Siaga Jiwa Raga
- 18. Pukulan dari Langit
- 19.Pondokku
- 20. Pondok Pesantren Cintaku
- 21. Santri
- 22. Obsesi Santri
- 23. Oh Pondokku...
- 24. Awan Kelabu
- 25. Aku dan Hidayah
- 26. Purnama di Separuh Bulan
- 27. Puisi Hari Santri #3: Seutas Makna Santri
Hari Santri Nasional (HSN) 2024 tinggal menghitung hari lagi. Tahun ini, Hari Santri Nasional telah memasuki peringatan yang ke-10 tahun.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menyemarakkan hari bersejarah ini. Salah satunya dengan membacakan puisi tentang santri.
Melalui puisi, diharapkan pesan-pesan mengenai nilai-nilai agama, semangat nasionalisme, dan perjuangan santri bisa disampaikan secara mendalam dan penuh keindahan. Adapun tema yang diangkat dalam puisi juga bisa bervariasi, menyesuaikan dengan topik acaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah sebagai referensi, detikers dapat melihat contoh puisi santri penuh makna dan menginspirasi yang telah dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber. Yuk, disimak!
1. Menjadi Santri
Oleh: Tisya Nasya
Pair jantungku
Melewati gerbang kokoh bersama kerudung panjangku
Rasa terdayuh menyelimuti kalbu
Jelang akan perpisahan dengan indo dan bapakku
Burung berkicau dengan nyaring nan riang
Sambut datangnya atma-atma baru
Warna-warna jiwa sentosa menghiasi tatapanku
Lebur seketika nestapa dalam kalbu
Nabastala telah berganti warna
Beriringan dengan stigma yang runtuh satu-persatu
Di sini ku berdiri bersama senja
Menatap cerahnya asa
Di sepertiga malam ku terjaga
Langkah kaki beradu dengan dingin udara menuju musala
Tuk mengharap ridha sang maha kuasa
Beliau selalu mengingatkan hilangkan rasa gelabah dalam kalbu wahai santri
Beliau selalu berkata sucikanlah dirimu sebelum sujud wahai santri
Beliau selalu mengingatkan sempurnakanlah imanmu wahai santri
Beliau selalu berkata niscaya surga menjadi rumahmu wahai santri
Aku adalah seorang santri
Santri yang berjuang untuk bangsa
Santri yang berjuang dalam jalan agama
Santri yang senantiasa mengharapkan ridho Tuhan
Aku bangga menjadi santri
Harsa dan penat telah kualami
Tuk berbakti pada negeri
Tuk menjadi abdi Ilahi
Dengarlah janji kami
Kami senantiasa bermuhasabah diri
Kami kan berpegang teguh pada ajaran Nabi
Dengan bangga kami teriakan kembali Wahai Dunia Kamilah Santri
2. Akulah Santri
Oleh: Cindy Kharisma Rulia
Duduk diam dan ratapi
Tentang hidup dalam dunia santri
Dalam sepi aku mencoba menabahkan
hati
Tak ada kata lelah dan letih
Barokah adalah tujuan utama yang dicari
Aku kembali terlelap
Sesekali di sela hiruk-pikuk dan
deru ajian kitab-kitab suci
Aku santri yang tak lepas dari kata
mengantri
Semua seakan mati
Saat ayah dan ibu tak lagi disisiku
Tapi segulung letih itu harus ku hadapi
Tubuhku membeku
Kakiku kaku
Saat belaian Ibu tak dapat kusentuh
Dan sepi merobek kalbu
Aku terdiam dalam bahasa bisuku
Tak ku hafalkan
Mengingat perjuangan yang tak
Kunjung padam
Akulah Santri
Yang berusaha mengokohkan hati
Demi membanggakan kedua orang tuaku
Serta demi cita-cita yang tinggi
3. Jiwa Beradab
Oleh: Coretsyav
Pingitmu manis merah jambu terunyu khusus tuan rumah
Tak dusta juga tak bayangan ...
Apakah nyata???
Mula pucuk nan manggil lucu
Tumbuh besar bunga mawar merah
Ya semua memang nyata
Harum semerbak tiada dua
Tangkai kuat pula teguh
Pupuk subur nan makmur
Duri penguat diri dari bisikan hati yang kotor.
Inilah kisah...
Perumpamaan...
Sajak sendu...
Kata pilu...
Dari kami seorang santri.
Harumnya takkan pudar
Bahagia
Ini dan itu
Disini juga di sana Serat kata sapa menyapa
Ruang hati menghampiri hari-hari
Senyum tawanya menampar rasa cinta
Menggelora asmara pada aturan
Akrabnya waktu pada jiwa-jiwa beradab
la rusuk semesta harapan bangsa.
Benih-benih kehidupan
Rumahnya saja berlebur emas
Isinya Pun berlapis perak
Sepahinya beralas kaca
Hingga terpapar karpet merah alas jalan...
Anggunnya sang tuan melangkah
Tertata cantik rapi alur cerita
Alur cerita tentang kami
Tentang hidup kami Santri.
Jiwa ini ...
Di pelupuk mata yang berat menahan kantuk
Kau korbankan pikiran
Tenaga ...
Agar bisa menerbitkan suatu karya
Kelakkan dipuji pintar
Dipuji hebat
Sukses dalam segala hal
Jiwa ini ...
Kau beri ketenangan melalui lisanmu
Kau beri keindahan melalui karyamu
Kau beri kehebatan melalui keringatmu
Tanpa meminta imbalan
Walau hanya sepintas do'a
Kau pekarya tanpa meminta gelar pencipta
"Diksi-diksi ini memang inginku
Boleh dinikmati dan silakan dibenci
Tapi, jangan acak-acak nurani karyaku"
4. Sarung Menuju Surga
Oleh: Ozy V. Alandika
Sarung itu tampak kusam. Sungguh sudah sangat lama dipakai. Sudah berkali-kali dicuci. Senantiasa menemani santri yang terlelap hingga bangun pagi.
Saat tahajud, dia ada. Saat membaca Al-Quran, dia tersedia. Saat aku jauh dari orang tua, dia mendampingi. Dan saat aku bermain, dia terjemur rapi seraya melambai kepada matahari.
Mungkin saat itu dia menyapa kepada sang surya agar cahayanya semakin terik. Sarung ingin dirinya segera mengering. Dia ingin kembali ke pangkuan santri.
Sarung belum menemaninya belajar Bahasa Arab. Kitab fikih belum dia dekati. Belum pula dengan shalawat Nabi.
Sarung seterusnya ingin dekat dengan santri. Menemani dalam fastabiqul khoirot. Menggaungkan amar ma'ruf nahi mungkar.
Karena dia ingin menjadi saksi. Sarung yang akan ikut mengaku bahwa santrinya layak menuju surga-Mu.
5. Pejuang Berpeci
Oleh: Dee Kayisna
Kala tentara berseragam
Tak lagi mampu berjuang
Pasukan bersarung, pejuang berpeci
Maju merapatkan barisan
Menghadang, menghalau penjajah
Turut berjuang demi Indonesia merdeka
Walau merelakan nyawa
Sebagai taruhannya
Sungguh kuasa Ilahi
Meski tanpa senjata berapi
Dengan bambu runcingnya
Mereka tersaruk berusaha menumbangkan lawan
Pejuang berpeci
22 oktober menjadi saksi
Atas keberhasilan santri
Dan merdekanya negeri
6. Taman-taman Hidayah
Oleh: Khansa Kurnia
Aku bagai dedaunan yang terbang tertiup angin
Pergi tanpa arah, tak tahu lagi ke mana harus melangkah
Kadang tertawan lelah, lalu goyah dan mulai patah
Namun Rabbku tak pernah lelah untuk memberiku
sebuah hidayah
Aku bagai ilalang yang hilang tertiup angin, perlahan
kering dan layu
Lalu Rabbku menemukanku, memberiku rintik hujan
Membuatku kembali tumbuh dan menghijau
Rintik hujan itu bernama hidayah
Aku laksana rembulan yang kehilangan purnamanya,
kelam dan suram
Lalu Rabbku menyelamatkanku dengan cahaya terang
Hingga rembulan itu kini kembali cemerlang
Cahaya itu bernama hidayah Al Qur'an dan sunnah
Hidayah itu, laksana hujan di tengah kemarau yang
panjang
Menghidupkan hati-hati yang hampir mati kekeringan
Laksana deburan ombak di lautan
Meluluhkan hati-hati yang keras bagai karang
Akulah dedaunan kering yang terbang tertiup angin
Lalu jatuh perlahan dalam taman-taman yang indah
Taman yang penuh kesejukan
Taman yang tanpa kegersangan
Aku menyebutnya taman-taman hidayah
7. Pamitku untuk Menuntut Ilmu
Oleh: Ozy V. Alandika
Fajar belum lama menyapa, tapi ternyata koperku sudah penuh.
Sejumput pakaian kubawa pergi. Sedangkan ransel ini penuh dengan catatan kosong tanpa isi.
Akan kujadikan buku catatan ilmu saat di pesantren nanti.
Al-Quran, hadis, kitab kuning, Ihya Ulumuddin, Bahasa Arab. Lalu...apa lagi.
Aku sudah siap meninggalkan ramainya ruang keluarga.
Ayah dan Bunda sudah menyiapkan sekarpet telur dan berkardus-kardus mie. Aku sudah siap untuk pergi.
Berpisah sementara untuk mengetuk pintu Ilahi.
Mengenakan sarung, tampil dengan rapi. Bukan tentang tampan dan cantik, tapi kerendahan hati.
Ayah dan Bunda;
Pamitku hari ini adalah untuk menuntut ilmu. Sapu tangan sudah kepalang basah tetapi aku tidak sedih.
Aku yakin akan bahagia belajar Nahwu Shorof. Ayah dan Bunda pasti bangga ketika aku mampu membaca huruf gundul.
Pamitku hari ini untuk menuntut ilmu. Di tempat yang sederhana.
Penuh berkah. Penuh ilmu. Juga tuntutan adab seraya berakhlak mulia.
Ayah dan Bunda;
Aku memohon doa dan ridho Allah dari kedua tengadah tangan kalian.
Bukan sekadar ilmu kaya badan, tapi juga ilmu kaya hati.
Tiada lain ialah sebagai bekal supaya kita bisa bersama-sama di surga. Nanti.
8. Abdi Negeri
Oleh: Mahsusi Hawa
Gugah terbangun kala diri tengah lelap
Menatap harap di saat langit telah gelap
Menyatukan dahi pada tanah-tanah suci bumi
Menepis gundah yang menerobos masuk menodai niatan suci
Para santri Nampak tengadah
Menautkan hari semata lillah
Enggan kembali sampai fajar mengering
Langkah walau bergelut dengan kantuk lelah
Juang santri selalu terpatri
Tidak lagi melawan kolonial
Ikuti jejak jihad Hasyim Asy'ari
Yang dulu berperang rela mati, demi negeri
Kini santri jadi tonggak estafet ulama
Tutur Bahasa dijaga dan ditata
Bukan membuang krama
Sorot teladan umat beragama
9. Hanya Engkau
Oleh: Syaikh Jalaluddin Rumi
Dari seluruh semesta,
hanya Engkau saja yang kupilih,
Apakah Engkau akan membiarkanku
duduk bersedih?
Hatiku bagaikan pena,
dalam genggaman tanganmu.
Engkaulah sebab gembiraku,
atau sedihku.
Kecuali yang Engkau kehendaki,
apakah yang kumiliki?
Kecuali yang Engkau perlihatkan,
apakah yang kulihat?
Engkaulah yang menumbuhkanku:
ketika aku sebatang duri,
ketika aku sekuntum mawar,
ketika aku seharum mawar,
ketika duri-duriku dicabut.
Jika Engkau tetapkan aku demikian,
maka demikianlah aku.
Jika Engkau kehendaki aku seperti ini,
maka seperti inilah aku.
Di dalam wahana,
tempat engkau mewarnai jiwaku,
siapakah aku?
apakah yang kusukai?
apakah yang kubenci?
Engkaulah yang Awal, dan kiranya, Engkau
akan menjadi yang Akhir;
jadikanlah akhir ku lebih baik,
daripada awalku.
Ketika Engkau tersembunyi,
aku seorang yang kufur;
Ketika Engkau tampak,
aku seorang yang beriman.
Tak ada sesuatupun yang kumiliki,
kecuali yang Engkau anugerahkan;
Apakah yang Engkau cari,
dari hati dan wadahku?
10. Santri Sejati
Oleh: Ukhty Karozu
Ku Kuatkan tekad
Kubersihkan niat
Agar selamat dunia akhirat..
Kubuka kitabku
Kuayunkan penaku
Kudengarkan ustadku..
Kulantunkan kalam ilahi
Kurenungi syarat dan arti
Kugenggam erat sepenuh hati..
Ayah ibu.. Kuatkanlah diri
Relakan perpisahan sementara ini
Demi cita-cita sejati..
Kelak Akan Aku buktikan
Kau Akan bangga memilikiku
Karna telah mengirim jauh darimu
Untuk menjadi ladang pahalamu..
11.Santri Harus Bertekad di Jalannya
Oleh: Siti Nur Azizah
Aku bangga menjadi seorang santri
Aku bahagia dalam mencari ilmu dan mengaji
Jauh dari orang tua dan keluarga tak menjadikanku sepi
Itu pun untuk masa depanku nanti
Jadi santri tidaklah sulit untuk masa kini
Di mana santri harus beraktivitas setiap hari
Dalam mencari ilmu yang pasti
Dan berijtihad di dalamnya dengan setulus hati
Aku bangga menjadi santri
Karna santri harapan negeri
Menuntut ilmu kepada ridha sang Ilahi
Dan punya wawasan yang tinggi
12. Ya Rasulullah
Oleh: Gus Mus
Ya Rasulallah
aku ingin seperti santri berbaju putih
yang tiba-tiba datang menghadapmu
duduk menyentuhkan kedua lututnya pada lutut agungmu
dan meletakkan telapak tangannya di atas paha-paha muliamu
lalu aku akan bertanya
Ya Rasulallah
tentang islamku?
ya Rasulallah
tentang imanku?
ya Rasulallah
tentang ihsanku?
Ya Rasulallah
mulut dan hatiku bersaksi
tiada tuhan selain Allah
dan engkau ya Rasulullah utusan Allah
tapi kusembah juga diriku Astaghfirullah
dan risalahmu hanya kubaca bagai sejarah
Ya Rasulallah
setiap saat jasadku shalat
setiap kali tubuhku bersimpuh
diriku jua yang kuingat.
setiap saat kubaca shalawat
setiap kali tak lupa kubaca salam
Assalamu'alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuh
salam kepadamu wahai nabi juga rahmat dan berkat Allah
tapi tak pernah kusadari apakah di hadapanku
kau menjawab salamku
bahkan apakah aku menyalamimu
Ya Rasulallah
ragaku berpuasa
dan jiwaku kulepas bagai kuda
ya Rasulallah
sekali-kali ku bayar zakat dengan niat
dapat balasan kontan dan berlipat
ya Rasulallah
aku pernah naik haji
sambil menaikkan gengsi
ya Rasulallah, sudah islamkah aku?
Ya Rasulallah
aku percaya Allah dan sifat-sifat-Nya
aku percaya malaikat
percaya kitab-kitab suci-Nya
percaya nabi-nabi utusan-Nya
aku percaya akhirat
percaya qadha-qadar-Nya
seperti yang kucatat
dan kuhafal dari ustad
tapi aku tak tahu
seberapa besar itu mempengaruhi lakuku
ya Rasulallah, sudah imankah aku?
Ya Rasulallah
setiap kudengar panggilan
aku menghadap Allah
tapi apakah Ia menjumpaiku
sedang wajah dan hatiku tak menentu
ya Rasulallah, dapatkah aku berihsan?
Ya Rasulallah
ku ingin menatap meski sekejap
wajahmu yang elok mengerlap
setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap.
Ya Rasulallah
kuingin mereguk senyummu yang segar
setelah dahaga di padang kehidupan hambar
hampir membuatku terkapar.
Ya Rasulallah
meski secercah, teteskan padaku
cahyamu
buat bekalku sekali lagi
menghampiri-Nya.
13. Pergi Mengaji
Oleh: Ibna Asnawi
Senja kemudian berhambur
di langit oranye nampak cahaya
saling berkejaran berebut ufuk
seperti saat si kembar
duduk meminta rangkul
kepada ibunya
Di sore yang gembira itu
anak-anak berlari melintasi
lubang semut di hilir selokan
menuju langgar
setelah ibu-ibu mereka
menindih buah malas
hasil jerih payah
pertarungan seharian
dengan tanah, daunan,
dan ranting-ranting cokelat
di pinggir-pinggir sungai kering
dengan pandang sungguh teduh
Lubang semut itu pun
basah oleh hujan
di suatu siang
yang terik
14. Perjuangan Santri
Oleh: Ahmad Zaini
Alam bersaksi
Semangat perjuangan dikobarkan dari bilik santri
Hati terbuka kaki melangkah
Tangan mengepal mengangkat senjata
Mulut bertakbir demi kebenaran
Mengikis habis antek penjajah
Yang mencengkeram kedaulatan bangsa
Air mata, keringat, dan darah
Menetes di medan perang
Nyawa syuhada menjadi kekuatan
Memukul mundur penjajah
Hingga bangsa ini terbebas
Dari cengkeraman para serdadu asing
Alam bersaksi
Santri di garda depan
Bersama rakyat
merebut kemerdekaan
15. Pembela Agama dan Negara
Oleh: Alfarida
Santri harapan bangsa
Penerus para ulama
Pembela agama
Pemersatu umat di nusantara
Hati yang begitu suci
Di dalam terdapat jiwa Qur'ani
Untuk selalu mengimani
Kepada Ilahi Robbi
Keinginan untuk berusaha
Setia semangat yang luar biasa
Demi menjadi santri yang berguna
Untuk menegakkan bangsa dan Negara
Di tengah malam yang begitu sunyi
Kau terbangun sendiri
Untuk melakukan sembahyang kepada Allahu Rabbi
Agar mendapat ridho kelat di akhir nanti
Pengorbanan yang kau berikan
Demi kehidupan di masa depan
Rela menahan sebuah kerinduan
Yang ingin selalu berada di kampung halaman
Kau tak pernah lelah
Dalam bermurojaah
Agar hidup menjadi sejarah
Kepada jalan yang cerah
Perjuanganmu begitu berat
Tetapi kau lalui dengan semangat dan kuat
Agar menjadi santri yang bermanfaat
Wahai para santri!
Marilah kita berkarya
Dalam hal yang luar biasa
Untuk membangun Indonesia
Agar menjadi sejahtera
Santri bagaikan mentari
Dengan keimanan di dalam hati
Yang akan menyinari negeri ini
Terpancar dalam sanubari
Dan kesungguhan dalam mempertahankan NKRI
Wahai para santri!
Dengan rasa semangat yang membara.
Marilah kita bangkit bersama
Meskipun jauh dari orang tua
Tapi buktikan kita bisa mencapai cita-cita
Dan menjadi pribadi insan yang mulia
Wahai santri
Kau laksana cahaya
Seperti di dalam lentera
Yang akan menyinari seluruh Indonesia
Bahkan sampai ke penjuru dunia
16. Bangga Menjadi Santri
Oleh: Ainur
Hari Santri
Terbentang tak akan terbuang
Karena jarak hanyalah pemisah dalam suatu ruang
Gemuruh kumandang dzat yang maha pengasih
Alam-Mu menjadi saksi dalam sebuah pengabdian
Dulu kamis selalu terbara setiap kali hati ingin bertanya
Tentang siapa,, untuk siapa,,
Dan kemana Langkah kaki seorang fakir mengembara
Namun kini telah kami temui tentang arti jati diri
Bangga dengan khidmat dan takzim atas gelar seorang santri
Karena pengabdian inilah bentuk bakti
Kami kepadamu wahai murobbi ruhhi
Kau bangunkan jiwa-jiwa yang telah lama tertunduk
untuk cinta pada negeri
Kau hidupkan kembali ruh ruh kami
Untuk menjadi insan tangguh nan mandiri
Dan sekali lagi dengan bangga kami teriakkan kembali
Wahai murobbi
Kami bangga menjadi santri
17. Santri Siaga Jiwa Raga
Oleh: Ozy V. Alandika
Jadilah santri yang siaga
Yaitu mereka yang siap berjihad di jalan-Nya
Santri yang peduli dengan keluarga
Santri yang mau membela negara
Jadilah santri yang siaga
Yang berjuangnya tidak setengah raya
Yang upayanya murni setulus jiwa
Enggan mengeluh, apalagi murung dalam duka
Santri siaga jiwa dan raga
Kuat dalam Islam, iman dan akhlak mulia
Berjuang bersama menuju taqwa
Peduli akhirat namun tidak melupakan dunia
Jadilah santri siaga jiwa raga
Doakan yang terbaik sepenuh hati setulus jiwa
Bukan hanya untuk diri, keluarga dan agama
Tapi juga untuk Indonesia maju menuju jaya
18. Pukulan dari Langit
Oleh: Syaikh Jalaluddin Rumi
Ketika sebuah pukulan dari Langit
menghantam dirimu,
bersiap-siaplah,
karena setelah itu
akan kau terima hadiah penghormatan.
Karena tak mungkin Sang Raja menamparmu,
tanpa memberimu sebuah mahkota
dan sebuah tahta untuk diduduki.
Seluruh alam-dunia hanya senilai
sebelah sayap kutu,
tapi satu tamparan dapat memberimu
ganjaran tak terperi.
Cepatlah lepaskan lehermu
dari rantai emas,
yaitu dunia ini,
dan terimalah tamparan dari Rabb.
Para nabi telah menerima
pukulan seperti itu di leher mereka,
karenanya, kepala mereka tegak.
Karenanya, wahai pencari,
siapkan dirimu,
selalu penuh perhatian:
hadirkan dirimu,
agar Dia temukan engkau di tempatmu.
Jika tidak,
Dia akan ambil kembali
hadiah penghormatan itu,
seraya berkata,
"tak Ku-temukan seorangpun disini."
19.Pondokku
Oleh: Raza
Suara rintik riuh rumput diterpa angin
Bukit-bukit indah yang tinggi menjulang
Mengelilingi pondokku ini
Senja yang indah mulai tenggelam
Diantara bukit-bukit yang indah menawan
Warna langit yang cerah nan indah
Mengelilingi langit pondokku
Tarik riuh suara ribuan santri mengaji
Sambil menunggu azan maghrib
Hal ini membuatku rindu
Akan suasana pondok pesantren
Semoga aku berumur panjang
Untuk belajar di pesantren lagi
20. Pondok Pesantren Cintaku
Oleh: Wahyudinur
Dari rumah aku bertujuan ke pondok
Untuk mencari ilmu dan
menghilangkan kebodohan
di pondok...
Ku Meninggalkan orang tua
alat elektronik dan meninggalkan pacar kita
Di pondok...
kita mengaji kitab kuning
bukan novel bukan komik
yang sering kita baca di rumah
Kita bestel tiap bulan
dan kita di pondok....
harus rajin, semangat, tekun dan sabar dalam mengapitnya
Kita di rumah
makan ayam, burger, pizza, dan lain-lain tapi di pondok....
Kita hanya makan
orek, tahu, oncom,tongkol, telur di pondok....
Kita harus punya tata krama
dan akhlakul karimah
dan harus saling kenal mengenal
Di pondok....
harus menghargai kyai,
orang yang lebih tua dari kita di pondok......
itu harus belajar, sholat jama'ah
ngaji di kyai atau ustadz
di pondok.......
kita harus mentaati tata tertib
Yang ada di pondok
kalau kita pulang,.....
wajib izin dahulu kepada kyai
pengasuh atau ketua pondok
21. Santri
Oleh: D_Hope 127
Perjuangan yang panjang
Sayatan pedih yang terukir
Bahagia dan duka berlalu
Bersama tawa palsu dan tangis pilu
Rasa sakit yang membludak
Rasa rindu yang membuncah
Hidup bagai dalam penjara
Terkekang erat aturan
Meski banyak hal sulit yang melelahkan
Meski berat pun tetap bertahan
Disinilah hebat nya perjuangan kami
Sebagai seorang SANTRI!
22. Obsesi Santri
Oleh: Aviscenna Maulana Ar-Rasyid
Menjadi santri masa kini...
Tidak hanya pintar mengaji....
Tapi aku ingin belajar teknologi
Dan ingin malang melintang di dunia ini...
Akupun ingin belajar
Dari para ahli teknologi
Dan aku pun ingin menjadi wakil bangsa Indonesia..
Untuk memperkenalkan bangsa ini....
Dan akupun ingin membawa nama baik Islam pada seluruh dunia..
Dan akupun ingin memajukan bangsa ini lewat teknologi..
Dan akupun ingin belajar dari orang-orang penting dunia..
Agar bisa melakukan apa yang kuimpikan sebagai santri yang mumpuni...
23. Oh Pondokku...
Oleh: Navic M.A.N.dan Rifqi A.K
Tempat ku belajar
Tempat naum kita
Dari kecil hingga dewasa
Agar menjadi pintar
Tiap pagi dan petang.....
Kami beramai-ramai sembahyang
Kita belajar dengan damai dan tentram
Tuk menggapai cita-cita yang mulia
Setiap kita kabur......
Pasti akan digundul
Menjalankan tugas di pondok
Mengabdi pada Allah Ta'ala
Di dalam kalbu kita.......
Susah senang ku jalani
Di dalam pondok ini
Bersama teman teman ku
Terima kasih Bina Umat
Ohhh Bina Umat
Kau memang t'lah berjasa
Memberi kami segudang pengetahuan
Terima kasih Bina Umat
Kau lah pondok ku
24. Awan Kelabu
Oleh: Syifa Hamidatul Hikmah
Matahari Fajar
Matahari Senja
Kutak tau apa artinya
Kulewati dengan hampa
Berharap menjadi sesosok orang teguh
Tak menangis merana
Tapi apa daya
Tak dapat terbendung lagi
Air mata yang deras mengalir
Bertetesan satu demi satu
Mengalir tiada henti
Seakan menolak arah kehidupan
Aku tau ini mauku
Aku tau ini impiku
Aku sadari itu
Tapi bukan ini inginku
Kutak mau menangis
Kutak bermimpi berpisah
Ku Tak ingin sendiri
Yang kuharap kebahagiaan
Kurasa memang tak layak ku menangis
Karena ini yang kupilih
Dan ini yang harus kujalani
Jalan takdir kehidupan
25. Aku dan Hidayah
Oleh: Khansa Kurnia
Aku adalah bunga yang layu ditinggal hujannya
Terus merapuh semangat pun luruh
Lalu Engkau menyiramiku dengan rintikan hidayah
Hingga bunga itu pun tumbuh lagi dengan indah
Aku adalah langit malam yang ditinggal purnamanya
Terus tenggelam dalam kelam
Lalu Engkau menyinariku dengan cahaya sunnah
Hingga langit itu pun berhias cerah
Aku adalah musafir yang tersesat di tengah gersangnya sahara
Penuh dahaga menanti hujan turun segera
Lalu Engkau menemukanku
Memberikan mata air cinta
Hingga jiwa ini kembali menapaki jalan pulangnya
26. Purnama di Separuh Bulan
Oleh: Ahmad Zaini
dari balik dampar santri mengaji
mengurai kata dan makna kitab kuning
ilmu diendapkan dan ditirakati
agar cahaya yang dipancarkan suci
setiap malam santri bermunajat
sebagai media pengakuan dosa dan khilaf
serta permohonan
mata terjaga
jemari memutar tasbih
mulut mengucap kalimat thayyibah
agar jiwanya semakin dekat kepada Allah
ketika santri berada di tengah masyarakat
santri tidak berdiam diri
mengamalkan ilmu
perjuangan membangun nilai-nilai ilahi
mengangkat martabat kemanusiaan
agar menjadi manusia sejati
santri penghias kehidupan
laksana purnama
di separuh bulan
27. Puisi Hari Santri #3: Seutas Makna Santri
Oleh: Wahyu Hidayaul K.
Ketika goresan tinta memenuhi kertas putih
Dengan segenap tekad yang menjalar bersih
Semangat menuntut ilmu diraih dengan gigih
Walau keringat bercucuran tak kenal letih
Bagaikan bulan yang menyinari bumi
Menyalurkan kehangatan di malam yang sunyi
Sebuah insan dengan akhlak budi pekerti
Mengerahkan jiwa raga untuk kesatuan NKRI
Suatu insan yang memiliki makna sejati
Dengan iman, Islam, dan ihsan yang terpatri dalam hati
Sebuah nama yang terukir dalam sanubari
Dialah SANTRI, masa depan kebanggaan negeri
Demikianlah 27 contoh puisi yang dapat dibacakan saat Peringatan Hari Santri Nasional 2024. Semoga berguna, detikers!
(edr/urw)