Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) berharap pariwisata di Kabupaten Kepulauan Selayar bergairah jika penerbangan rute Makassar-Selayar kembali dibuka. Pemprov Sulsel pun menyiapkan subsidi penerbangan sebesar Rp 5 miliar agar rute ini dibuka setelah hampir setahun vakum.
"Kami berikan Rp 5 miliar subsidi penerbangan. Tolong Dinas Perhubungan Sulsel dibantu untuk bantuan keuangan khusus," ujar Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Zudan Arif Fakrulloh saat menghadiri puncak peringatan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) tingkat provinsi di Selayar, Sabtu (14/9/2024).
Zudan menilai Selayar memiliki potensi wisata yang bagus dan didukung oleh masyarakat yang ramah. Dia pun berharap dengan dibukanya penerbangan Makassar-Selayar dapat mendongkrak kunjungan wisatawan ke Selayar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semoga dengan subsidi penerbangan ini pariwisata Kepulauan Selayar makin maju. Selayar ini sangat indah, pemandangannya bagus, masyarakatnya ramah-ramah," kata Zudan.
Pemprov Sulsel awalnya menyiapkan anggaran Rp 30 miliar untuk subsidi penerbangan bandara-bandara di Sulsel pada 2024. Namun anggaran itu direfocusing dan hanya tersisa Rp 10 miliar karena program belum terealisasi hingga September.
"Di APBD Perubahan ini masih tetap ada Rp 10 miliar. Awalnya itu Rp 30 miliar untuk 2024," ujar Plt Kepala Biro Kesra Setda Sulsel M Hasim kepada detikSulsel, Jumat (13/9).
Hasim menjelaskan anggaran Rp 30 miliar itu sedianya diperuntukkan untuk subsidi empat rute penerbangan, yakni Makassar-Selayar, Makassar-Masamba, Makassar-Bone-Kendari, dan Makassar-Bone-Balikpapan. Namun, kata dia, hingga kini belum ada satu pun dari keempat rute itu yang diterbangi maskapai.
"Cuma sudah berjalan delapan bulan belum ada realisasi sehingga (anggaran) direfocusing dua pertiganya," katanya.
Di sisi lain, Hasim mengungkap bahwa dari empat rute yang ada, Wings Air hanya siap melayani rute Makassar-Selayar. Pihaknya masih akan melakukan rapat koordinasi dengan pihak maskapai terkait rute tersebut.
"Waktu rapat yang lalu pihak Wings bisa kalau Makassar-Selayar saja karena keterbatasan armada. Tapi, kami harus pastikan dulu dengan pihak maskapai," ungkapnya.
Jika kesepakatan dengan Wings Air tercapai, rute Makassar-Selayar diperkirakan akan mulai beroperasi pada Oktober 2024. Akan tetapi, Hasim menekankan estimasi waktu itu tergantung kesepakatan dengan Wings Air nantinya.
"Kalau jadi, bisa jadi Oktober, ya, kira-kira. Itu kalau ada kesepakatan," tuturnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Warga Harap Tarif Terjangkau
Masyarakat di Selayar, antusias menantikan dibukanya kembali penerbangan rute Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar-Bandara Aroeppala, Kepulauan Selayar dan sebaliknya. Warga berharap tarif penerbangan Makassar-Selayar terjangkau.
"Ya, artinya semoga bisa seperti sebelum Pandemi COVID-19. Sebelumnya itu rute Makassar-Selayar dan sebaliknya itu ada tiga penerbangan. Ada pagi, siang, dan sore," ujar Anggota DPRD Selayar Yusril Mahendra kepada detikSulsel, Minggu (15/9).
Mahendra mengatakan hadirnya rute penerbangan ini akan membantu aktivitas masyarakat secara umum. Menurutnya, akses udara menjadikan waktu perjalanan ke luar daerah menjadi lebih efektif.
"Jadi, pejabat-pejabat itu biasa berangkat pagi, selesai urusannya di Makassar langsung pulang," katanya.
Menurut Mahendra, transportasi udara akan membuat wisatawan yang hendak berlibur ke Selayar lebih leluasa mengatur waktu. Dia mengatakan wisatawan yang memiliki waktu libur terbatas akan kesulitan menikmati keindahan Selayar jika mengandalkan transportasi laut.
"Terus, wisatawan-wisatawan yang mau berlibur ke Selayar, sangat efektif saat ada penerbangan dari segi waktu dibanding via laut melalui (Pelabuhan) Bira (di Kabupaten Bulukumba), misalnya. Kalau tidak ada pesawat, yang libur hanya tiga hari itu tidak nikmati libur di Selayar," beber legislator Fraksi Golkar ini.
"Adanya pesawat itu sangat membantu wisatawan dan masyarakat Selayar pada umumnya," tambahnya.
Mengenai tarif, Mahendra berharap agar harga tiket penerbangan tetap terjangkau. Dia mencontohkan, sebelum COVID-19, harga tiket paling mahal Rp 600 ribu, bahkan kadang hanya Rp 400 ribu. Setelah pandemi, harganya melonjak hingga Rp 1 juta.
"Jadi, harapannya seperti itu supaya masyarakat juga bisa menjangkau," harapnya.