Gejolak Kader Golkar Sulsel Usai Airlangga Mundur: Kecewa-Nilai DPP Tak Solid

Gejolak Kader Golkar Sulsel Usai Airlangga Mundur: Kecewa-Nilai DPP Tak Solid

Tim detikSulsel - detikSulsel
Senin, 12 Agu 2024 08:30 WIB
Airlangga Hartarto saat bicara pengunduran diri dari Ketum Golkar.
Foto: Airlangga Hartarto. (Istimewa)
Makassar -

DPD I Golkar Sulawesi Selatan (Sulsel) menilai adanya keretakan di internal DPP di balik pengunduran diri Airlangga Hartarto dari Ketum Golkar. Kondisi itu dianggap menimbulkan gejolak di antara kader pada tiap DPD Golkar di daerah termasuk Sulsel, karena kecewa dengan keputusan partai terkait pemilihan kepala daerah (pilkada).

Diketahui, Airlangga Hartarto mengundurkan diri dari Ketum Golkar pada Sabtu (10/8). Airlangga menyatakan mundur sebelum pergantian ketum baru dalam Musyawarah Nasional (Munas) Golkar yang akan digelar Desember 2024.

"Sebenarnya kita tidak tahu (Airlangga Hartarto) akan mundur, tetapi kabar tidak solidnya DPP itu kita sudah tahu beberapa waktu yang lalu," ungkap Sekretaris DPD Golkar Sulsel Marzuki Wadeng kepada detikSulsel, Minggu (11/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Marzuki mengakui keputusan Airlangga tersebut demi meredam konflik internal partai. Menurut dia, langkah Airlangga sudah tepat di tengah isu Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) atau pergantian ketum di luar dari jadwal organisasi.

"Artinya mundurnya itu saya kira sudah sangat bagus daripada dimundurkan, karena isunya saya dengar bahwa diminta Pak Airlangga untuk mundur, karena berbagai hal yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan hasil munas dan hasil rakernas yang lalu," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Marzuki mengatakan, ketidaksesuaian yang dimaksud berkaitan dengan sikap politik Golkar di pilkada serentak. Dia menyinggung keputusan DPP Golkar yang tidak memperhitungkan kader sendiri untuk maju sebagai calon kepala daerah (cakada).

"Banyak DPD provinsi dan kabupaten/kota yang dikecewakan. Misalnya yang dikasih surat tugas untuk maju di pemilihan gubernur, ketua DPD seperti Sumatera Utara yang sudah mempersiapkan diri 3 tahun justru dikasih orang lain," tutur Marzuki.

Kondisi serupa juga terjadi di Sulsel, khususnya di Pilgub 2024. Sebelumnya, DPP Golkar sudah mengeluarkan surat tugas untuk maju Pilgub Sulsel kepada lima kader pada November 2023.

Kelima kader Golkar yang sempat ditugaskan DPP, yakni: Waketum DPP Golkar Nurdin Halid; Ketua Golkar Sulsel Taufan Pawe (TP); Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan; Bupati Luwu Utara Indah Indriani Putri; dan mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin (IAS).

Selama 9 bulan saat kader berupaya menaikkan elektabilitasnya dan menjajaki koalisi dengan partai lain, DPP Golkar belakangan memutuskan memberikan rekomendasi di luar dari figur yang mendapat surat tugas sebelumnya.

"Termasuk di Jakarta, termasuk juga di Sulsel, lain dikasih surat tugas, eh dikasih ke yang lain rekomendasinya. Banyak juga yang lain, bukan hanya provinsi tapi kabupaten/kota juga," beber Marzuki.

DPP Golkar memutuskan mengusung bakal calon gubernur dan wakil gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi (ASS-Fatma) yang diumumkan pada Kamis (8/8). Diketahui, Fatma merupakan Wakil Bendahara DPP NasDem yang juga istri Ketua DPW NasDem Sulsel Rusdi Masse.

"Dikasih misalnya maju gubernur, pilkada kabupaten/kota, ternyata orang (kader internal Golkar) sudah bekerja tahunan, ternyata bukan mereka yang dikasih. Ini salah satu saya kira ada yang lain yang kami tidak tahu di daerah," paparnya.

Menurut Marzuki, situasi dinilai dari tidak kompaknya DPP Golkar. DPP Golkar selama kepemimpinan Airlangga Hartarto dinilai kerap tidak konsisten dengan agenda yang sudah direncanakan sebelumnya.

"Oleh karena itu dengan hal-hal seperti ini dan itu terbaca oleh beberapa pengurus DPP itu sendiri, jadi tidak kompak. Tidak kompaknya karena itu, apa yang sudah diputuskan bersama ingkar dari keputusan," tegasnya.

Marzuki menambahkan, kabar Airlangga mundur memang mengejutkan. Namun pihaknya berharap keputusan Airlangga tidak sampai mengganggu kinerja Partai Golkar menyambut Pilkada 2024.

"Kejutannya ini luar biasa karena kita tidak sangka sebelumnya. Tapi yah mau diapa, yah begitulah. Insyaallah Golkar tetap solid untuk menatap beberapa agenda nasional terutama menyangkut Pilkada dan seterusnya," jelasnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Rekomendasi Cakada Tidak Berubah

Marzuki memastikan pengunduran diri Airlangga tidak berimbas pada perubahan rekomendasi cakada yang diusung Golkar, termasuk cakada di Sulsel. Dia menilai surat rekomendasi atau B.1-KWK yang sudah diteken Airlangga sebelumnya tetap sah.

"Jadi semua rekomendasi yang keluar itu, itu sudah sah, sudah pasti insyaallah tidak akan diganggu gugat. Tetap jalan sesuai apa yang sudah ada dan sekarang yang belum keluar tetap akan keluar sebagaimana yang sudah dipersiapkan sebelumnya," tegas Marzuki.

Hal ini juga ditegaskan oleh Waketum DPP Golkar Erwin Aksa. Dia memastikan cakada yang sudah ditetapkan selama kepimpinan Airlangga tetap akan diusung di Pilkada 2024.

"Iya (tetap diusung). Nggak masalah, nggak berubah," ucap Erwin Aksa kepada detikSulsel, Minggu (11/8).

Namun dia mengaku belum tahu teknis soal tanda tangan Airlangga dan Sekjen Golkar Lodewijk di rekomendasi yang telah diserahkan sebelumnya. Dalam hal ini, kata Erwin, apakah suratnya harus berganti dengan ketum dan sekjen baru hasil Munaslub Golkar atau tidak.

"Kan belum Munaslub, saya nggak tahu (diubah atau tidak karena) belum dibahas," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia juga memastikan keputusan Airlangga tidak mengganggu roda organisasi. Dia menegaskan para cakada yang selama ini berinteraksi dengan Partai Golkar tidak akan terganggu dengan dinamika saat ini.

"Bapak-bapak ibu-ibu tetap akan bisa didukung dan dicalonkan Partai Golkar, apapun yang terjadi saat ini dalam tubuh Partai Golkar. Partai Golkar tetap siap hadapi Pilkada 2024," kata Doli saat konferensi pers di DPP Partai Golkar, Jakarta, dilansir dari detikNews, Minggu (11/8).

Golkar Pastikan Partai Tak Retak

Doli memastikan tidak ada desakan eksternal di balik mundurnya Airlangga yang memutuskan mundur dari Ketum Golkar. Dia menegaskan partai Golkar tidak retak di tengah keputusan tersebut.

"Nggak (retak). Saya kira kita apa namanya ya, selama ini solid. Selama ini semua roda organisasi berjalan dengan baik," kata Doli.

Doli menyebut ada beberapa pertimbangan sehingga Airlangga yang juga Menko Perekonomian itu mundur. Salah satunya menjaga soliditas partai Golkar dalam transisi pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin ke pemerintahan Prabowo Subianto Gibran Rakabuming Raka.

"Untuk tetap menjaga itu dan konsentrasi tadi, menjaga konsentrasi supaya Ketua Umum lebih fokus pada tugas dan tanggung jawab Menko Perekonomian. Maka justru dia mengundurkan diri. Supaya jalannya organisasi ini tidak terganggu," ungkapnya.

Dia pun mengajak seluruh kader Golkar tetap tenang dan menghargai keputusan Airlangga. Doli menyebut Airlangga dengan sukarela mencopot jabatannya sebagai ketua umum Partai Golkar.

"Iya justru untuk menjaga itu semua supaya agenda agenda partai Golkar, agenda nasional termasuk Pilkada supaya lebih smooth lebih terjaga. Maka Ketum kami dengan ikhlas dengan suka rela menyatakan mundur dari ketua umum partai Golkar," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sar/ata)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads