Psikiater Ungkap Penyebab 2 Pasien Mabuk Kecubung di Kalsel Alami Kematian

Psikiater Ungkap Penyebab 2 Pasien Mabuk Kecubung di Kalsel Alami Kematian

Andi Nur Isman - detikSulsel
Jumat, 19 Jul 2024 18:54 WIB
Psikiater Konsultan Adiksi RSJ Sambang Lihum dr Firdaus Yamani SpKJ(K).
Psikiater Konsultan Adiksi RSJ Sambang Lihum dr Firdaus Yamani SpKJ(K). Foto: (dok. istimewa)
Banjarmasin -

Psikiater Konsultan Adiksi RSJ Sambang Lihum, Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), dr Firdaus Yamani SpKJ(K) mengungkap penyebab 2 pasien yang menjalani perawatan akibat dugaan intoksikasi atau mabuk kecubung meninggal dunia. Keduanya disebut mengalami depresi sistem pernapasan.

"Dari dua pasien yang meninggal di Rumah Sakit Jiwa Samarinda, meninggal setelah terjadi depresi sistem pernapasan," kata Firdaus dalam konferensi pers yang diselenggarakan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jumat (19/7/2024).

Firdaus menjelaskan, kedua pasien mengalami kelumpuhan pada saluran otak pernapasan. Kondisi itu menyebabkan terjadinya gagal napas sehingga membuat pasien mengalami kelumpuhan kardiovaskular.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kelumpuhan pada saluran otak pernapasan. Sehingga terjadi gagal napas. Kemudian juga karena adanya denyut jantung yang cepat sehingga terjadi koleps atau kelumpuhan sistem kardiovaskular," paparnya.

Firdaus juga menjelaskan bagaimana intosikasi kecubung ini bekerja. Dia menyebut, efeknya biasanya terjadi dalam 30 sampai 60 menit setelah mengonsumsi kecubung.

ADVERTISEMENT

"Gejala intoksikasi atau keracunan kecubung ini biasanya terjadi 30 sampai 60 menit setelah tertular atau setelah dikonsumsi, dan dapat berlangsung 24 sampai 48 jam setelahnya," kata Firdaus.

Dia memaparkan, ada sejumlah karakteristik intoksikasi kecubung. Mulai dari inkoherensi pembicaraan atau bicara yang tidak jelas, mengalami halusinasi penglihatan, kulit kering, atau juga gangguan pencernaan.

"Karakteristik dari intoksikasi kecubung berupa inkoherensi pembicaraan atau bicaranya meracau, kemudian ada halusinasi berupa visual atau penglihatan. Kemudian karena adanya efek antikolinergik dari tanaman ini menyebabkan kulit menjadi kering, kemudian mukosa pada saluran pencernaan atas dan saluran pernapasan," paparnya.

"Selanjutnya terjadi konstipasi atau sulit buang air besar, terjadi pelebaran pupil atau midriasis. Pasien juga akan mengalami fotoboia atau takut pada cahaya, kemudian tensinya bisa hiper atau hipotensi, badan panas, bradikardi denyut jantung yang melemah atau takikardi denyut jantung yang meningkat," imbuhnya.

Firdaus juga menyebut intoksikasi kecubung dapat menyebabkan irama jantung yang tidak teratur hingga kegelisahan. Selain itu dapat menyebabkan depresi sistem pernapasan yang paling memungkinkan menyebabkan kematian.

"Kemudian intoksikasi juga terjadi aritmia, irama jantung yang tidak teratur, kemudian terjadi iritabilitas atau kegelisahan, adanya disorientasi atau kebingungan, dan bisa menyebabkan kejang, retensi urine, dan depresi sistem pernapasan. Sehingga pasien menjadi gagal napas dan bisa meninggal," terangnya.

Sebelumnya diberitakan, Firdaus mengungkap dari 56 pasien mabuk yang menjalani perawatan tidak semua karena intoksikasi kecubung. Sejumlah pasien ternyata mengalami gangguan kejiwaan karena mengonsumsi pil putih tanpa merek.

"Untuk fakta lain yang kami dapatkan dari pasien-pasien yang sudah sadar yang bisa diajak wawancara, sebagian besar mereka mengatakan tidak mengonsumsi buah kecubung secara langsung," kata Firdaus.

Firdaus mengungkapkan sebagian dari pasien mengaku mengonsumsi pil putih. Namun pil tersebut hingga kini masih misterius karena tidak memiliki merek.

"Ternyata mereka mengonsumsi pil putih tanpa merek. Di Banjarmasin dan sekitarnya, mereka sudah biasa mengonsumsi yang namanya pil carnophen. Pil ini mengandung PCC atau parasetamol, carisoprodol, dan kafein," ungkapnya.




(asm/sar)

Hide Ads