Presiden Joko Widodo (Jokowi) berupaya mendongkrak produktivitas pertanian di Sulawesi Selatan (Sulsel) agar mampu menjadi provinsi yang menyuplai pangan untuk Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Program pompanisasi menjadi salah satu strategi yang diterapkan agar produksi pangan meningkat.
Dari data Kementerian Pertanian (Kementan), sebaran pompa di Sulsel dari tahun 2019 hingga 2024 mencapai 5.230 unit. Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana telah memastikan penerapan program pompanisasi tersebut dalam kunjungan kerjanya di Sulsel pada Kamis-Jumat, 4-5 Juli 2024.
"Kita dalam proses sedang memasang pompanisasi di Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah diproses di lapangan ada 360 pompa (tahun 2024)," kata Jokowi kepada wartawan usai meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sinjai, Kamis (4/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi mengatakan, program pompanisasi dengan tujuan mendukung pengairan lahan pertanian tersebut dilakukan bertahap. Pemasangan pompa air sejalan dengan program ketahanan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim global.
"Semua negara mengalami kekeringan, semua negara mengalami penurunan produktivitas berasnya, sehingga kita mau tidak mau dikejar dengan cara pompanisasi," ucapnya.
Jokowi pun telah meninjau program pompanisasi ini di Desa Jaling, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone pada hari pertama kunjungannya di Sulsel. Di Bone, pemerintah pusat melalui Kementan telah menyalurkan 300 unit pompa di 2024.
"Kita harapkan pada saat Sulawesi Selatan kering panjang, panas, gelombang panas, tidak mengganggu produktivitas para petani," tutur Jokowi.
Beranjak dari Bone, Jokowi memastikan program pompanisasi berjalan di Desa Layoa, Kecamatan Gantarangkeke, Kabupaten Bantaeng, Sulsel, Jumat (5/7). Di Bantaeng, Kementan telah menyalurkan 80 unit pompa air.
"Di Bantaeng sebanyak 80 pompa, (tetapi) keperluannya 150 Pak Bupati (Bantaeng) tadi menyampaikan kebutuhannya 150, sudah diberikan 80 pompa," kata Jokowi.
Menurut Jokowi, Sulsel memiliki lahan yang subur, namun produksi pertanian terhambat karena kekurangan air. Program pompanisasi pun menjadi solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.
"Petani tadi menyampaikan di sini (di Bantaeng) hanya panen sekali, padahal tanahnya subur, karena airnya nggak ada. Sehingga dengan pompa ini sudah nanam yang kedua. Kita harapkan nanti bisa masuk ke penanaman ketiga," jelasnya.
"Artinya dari satu paling tidak minimal kedua. Kalau bisa, bisa ketiga. Ini akan meningkatkan produktivitas beras kita secara nasional. Arahnya ke sana, dan untuk mengantisipasi kekeringan panjang yang terjadi di semua negara," sambung Jokowi.
Peluang Sulsel Suplai Pangan ke IKN
Jokowi turut menyinggung kehadiran IKN yang diprediksi akan meningkatkan permintaan untuk produk pertanian. Sulsel sebagai salah satu provinsi lumbung pangan di Indonesia diharapkan bisa berkontribusi untuk menyuplai pangan ke IKN kelak.
"Nanti kan ada demand, ada permintaan dari pasar baru yang namanya IKN. Tentu saja kalau ada kelebihan produksi beras di sini (Sulsel) bisa dikirim ke IKN," ungkapnya.
Dia menganggap harga bahan pangan di Sulsel juga bersaing dan cenderung murah dibanding di Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan Sulsel memproduksi pangan sendiri baik dari komoditas pertanian maupun perkebunan.
"Ada kelebihan produksi sayur di sini bisa ditarik ke IKN, ada bawang merah yang harganya sangat baik Rp 30 ribu (per kilogram) bisa ditarik ke IKN," sambung Jokowi.
Jokowi meyakini IKN bisa memicu pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian. Dia menganggap IKN menjanjikan peluang bagi petani lokal maupun produsen pertanian untuk menopang ibu kota baru di masa mendatang.
"Saya kira IKN akan menjadi pertumbuhan titik ekonomi baru. Dan kita ingin juga menjadi terjadi transformasi ekonomi terutama yang berkaitan dengan ekonomi hijau," imbuhnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Tantangan Swasembada Pangan
Jokowi menegaskan pemerintah juga terus mengupayakan untuk mewujudkan swasembada pangan. Namun upaya menuju kemandirian produksi pangan ini tidak mudah karena tantangan perubahan iklim.
"Ini proses yang panjang. Swasembada itu tidak hanya...kadang udah baik, turun lagi karena iklim yang tidak menentu. Kemudian turun lagi karena ada El Nino, La Nina," ucap Jokowi.
Menurut Jokowi, perubahan iklim merupakan tantangan yang dialami negara-negara lain di dunia. Dia kembali menegaskan bahwa penurunan produktivitas pertanian akibat ketidakpastian cuaca tidak hanya dialami Indonesia.
"Saya kira iklim sangat mempengaruhi produktivitas pangan di semua negara dan dalam dua tahun ini negara-negara yang biasanya produksi lebih itupun sudah mengalami penurunan yang tajam," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Lappo Batue, Amiruddin menganggap program yang diusung Jokowi di sektor pertanian menunjukkan tanda-tanda swasembada pangan. Hal ini dinilai turut mempertegas posisi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
"Kami menyambutnya dengan penuh rasa optimis. Target kami adalah bersama-sama pemerintah mewujudkan swasembada dan juga lumbung pangan dunia," kata Amiruddin saat kunjungan Jokowi Desa Jaling, Kecamatan Awangpone, Bone, Kamis (4/7).
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Bone, Andi Asman Sulaiman turut menyambut baik program pompanisasi yang diusung Jokowi. Dia optimis produktivitas pertanian di Bone akan semakin meningkat.
"Untuk Kabupaten Bone sebanyak 300 unit pompa yang didistribusikan dan mampu meng-cover 3.250 hektare dengan kontribusi produksi 32.500 ton atau produktivitas 5 ton per hektare," jelasnya.
Simak Video "Video: Polri Tanam Jagung 1 Juta Hektare di DIY, Upaya Dukung Ketahanan Pangan Nasional"
[Gambas:Video 20detik]
(sar/sar)