Warga bernama Suriani menceritakan kesaksiannya saat banjir setinggi 5 meter dan longsor di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), meluluhlantakkan rumahnya hingga rata dengan tanah. Suriani mengaku peristiwa mencekam yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia itu masih membekas di ingatannya.
Suriani menjelaskan, banjir melanda kediamannya di Desa Kadundung, Kecamatan Latimojong, Luwu pada Jumat (3/5) sekitar pukul 02.15 Wita. Suriani dan keluarganya tertidur pulas ketika banjir menerjang.
"Air datang itu tinggi, kurang lebih 5 meter. Makanya kita selamatkan anak-anak langsung lari ke lokasi ketinggian," kata Suriani kepada detikSulsel, Jumat (10/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suriani menuturkan, teriakan warga membangunkannya dari tidur. Suriani sekeluarga langsung menyelamatkan diri tanpa sempat mengamankan barang berharga di rumahnya.
"Sudah tidak sempat, karena saya suami sama dua anak tidur. Tiba-tiba orang semua teriak air datang," tuturnya.
Dia dan warga lainnya berlari menuju daerah ketinggian. Suriani pasrah rumahnya ikut hanyut diterjang derasnya arus banjir bandang.
"Kita langsung lari ke ketinggian, semua barang tidak ada bisa diselamatkan, cuma baju yang dipakai ini," ujar Suriani.
Sepekan pascabanjir melanda, Suriani datang melihat kondisi rumahnya pada Jumat (10/5) siang. Dia sengaja meninggalkan posko induk di Kecamatan Belopa yang menjadi tempat keluarganya mengungsi sementara.
Di lokasi, Suriani hanya bisa meratapi nasib meratapi rumahnya roboh menyisakan atap. Sejumlah barang rumah tangga berhamburan di pekarangan karena terbawa banjir.
"Habis semua, tidak ada yang tersisa. Rumah saya hilang terbawa arus sungai. Sekarang saya tidak tahu hidup mau bagaimana," keluhnya.
Suriani berharap pemerintah segera memulihkan wilayah permukiman terdampak banjir. Kebutuhannya selama di pengungsian memang terpenuhi, namun Suriani dan keluarganya berharap bisa kembali mendapatkan tempat tinggal yang layak.
"Itu saja mungkin kita maunya rumah digantikan, karena tidak ada lagi tempat ini, tidak mungkin kami di sini (lokasi pengungsian) terus," imbuhnya.
Duka mendalam akibat banjir dan longsor turut dirasakan Kamaria (41), warga Desa Buntu Sarek, Kecamatan Latimojong, Luwu. Delapan orang keluarganya tewas akibat tertimbun longsor pada Jumat (3/5) dini hari.
"Semua orang keluargaku tertimbun longsor, anakku, mamaku, tanteku 2, sepupu satu kali ku 2 orang, iparku satu, kemanakanku satu," kata Kamaria usai menerima bantuan dari Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman di Makassar, Jumat (10/5).
Kamaria menceritakan, saat longsor terjadi dia bersama anaknya yang lain sedang berada di kebun di kaki Gunung Latimojong. Kejadian itu baru diketahuinya pada pagi hari setelah longsor menerjang rumahnya.
"Jam 2 malam (longsor), karena aku tak sempat lihat karena di kebun, jam 08.00 pagi baru dengar berita kalau anakku sama mamaku meninggal karena kena longsor," tuturnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Mendengar berita itu, Kamaria bersama suami dan anaknya yang lain berlari turun gunung meninggalkan kebunnya. Perjalanannya menuju kediamannya tidak mudah lantaran akses jalan tertutup longsor.
"Setelah dengar berita itu aku turun, sampai di situ, mau pergi lihat kondisi rumah tidak bisa lewat karena longsor, jembatan putus," katanya.
Kamaria terpaksa memutari pegunungan mencari jalan alternatif. Dia baru tiba di perkampungan pukul 00.00 Wita malam saat rumah rusak dan keluarganya ditemukan tidak bernyawa akibat longsor.
"Jadi aku naik lagi (ke kebun) dari jam 8 pagi aku jalan sampai jam 12 malam baru sampai," sebut Kamaria.
Rencana Relokasi Rumah Pascabencana
Banjir dan longsor di Luwu menyebabkan 13 orang meninggal yang terdiri dari 8 orang tewas akibat longsor dan 5 lainnya hanyut terbawa banjir. Bencana hidrometeorologi ini juga mengakibatkan 369 rumah warga rusak.
"Kalau total rusak berat itu 369 rumah, sama dengan rumah yang hanyut terbawa banjir. Warga yang terdampak masih berada pengungsian," ungkap Pj Bupati Luwu Muh Saleh, Jumat (10/5).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sempat mengimbau Pemkab Luwu merelokasi rumah warga terdampak longsor. Saleh menuturkan, pihaknya berupaya mencari lahan yang representatif untuk relokasi tersebut.
"Kita cari lahan dulu dan pastinya lokasinya harus aman dari banjir dan longsor," sebut Saleh.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan, relokasi menjadi program mendesak dilakukan, khususnya bagi warga yang masih bermukim di Kecamatan Latimojong. Pasalnya, kata dia, wilayah itu rawan terkena bencana susulan.
"Pokoknya kalau tanah bergerak harus direlokasi. Jangan menunggu tanggap darurat selesai, agar rehabilitasi konstruksinya bisa berjalan bersama," tegas Suharyanto dalam kunjungannya di Luwu, Selasa (7/5).
Surharyanto mengungkapkan, pemerintah pusat akan menanggung semua biaya relokasi rumah warga. Dia berharap Pemkab Luwu segera mendapat lahan yang layak untuk dilakukan proses pemindahan.
"Pemda tidak perlu khawatir kalau soal biaya relokasinya nanti pemerintah pusat. Tinggal Pemda sediakan lahannya, maka dari itu data asesmennya harus cepat dilakukan," ungkapnya.
Simak Video "Video: Polda Sulsel Ungkap Hasil Forensik Korban Kebakaran DPRD Makassar"
[Gambas:Video 20detik]
(sar/sar)