Derita Korban Banjir-Longsor di Luwu: Terserang Penyakit-Kesulitan Air Bersih

Derita Korban Banjir-Longsor di Luwu: Terserang Penyakit-Kesulitan Air Bersih

Rachmat Ariadi - detikSulsel
Kamis, 09 Mei 2024 09:00 WIB
Warga terisolir di Luwu melakukan evakuasi mandiri dengan berjalan kaki selama 7 jam ke posko pengungsian.
Foto: Warga terisolir di Luwu melakukan evakuasi mandiri dengan berjalan kaki selama 7 jam ke posko pengungsian. (Dok. Istimewa)
Luwu -

Banjir bandang dan longsor yang menerjang Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), sudah reda namun dampaknya masih menyisakan derita bagi sejumlah warga. Kini warga terdampak bencana mulai terserang penyakit hingga kesulitan air bersih.

Diketahui, banjir dan longsor menerjang Luwu pada Jumat (3/5) sekitar pukul 01.17 Wita. Bencana hidrometeorologi ini menyebabkan 3.479 kepala keluarga (KK) terdampak dan 13 warga meninggal dunia.

Sepekan pascabencana, warga di Kecamatan Latimojong dilaporkan mulai terjangkit penyakit. Kecamatan Latimojong merupakan wilayah paling terdampak bencana lantaran mengakibatkan sekitar 3.000 warga di 12 desa terisolasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Warga di sini mulai terserang penyakit. Sementara akses belum terbuka sama sekali," kata Kepala Puskesmas Latimojong Mardimading kepada detikSulsel, Rabu (8/5/2024).

Mardimading tidak merinci jumlah warga yang mengalami gangguan kesehatan. Namun banyak di antaranya yang terserang diare hingga flu.

ADVERTISEMENT

"Banyak hipertensi karena mungkin karena trauma, ada juga mengalami flu, diare dan penyakit kulit. Stok obat-obatan kita juga semakin berkurang, belum ada tambahan," ungkapnya.

Dia mengungkapkan, ada sekitar 30 warga yang juga mengungsi sementara di Puskesmas Latimojong. Mardimading berharap bantuan obat bisa segera disalurkan selain kebutuhan bahan makanan.

"Jadi mungkin selain logistik, kami meminta tim segera mengirim obat-obatan lewat helikopter, karena itu yang sangat kami butuhkan saat ini," harap Mardimading.

Penjabat (Pj) Bupati Luwu Muh Saleh mengaku telah menerima keluhan warga di Kecamatan Latimojong. Dia menegaskan pengiriman logistik termasuk obat-obatan dilakukan secara berkala.

"Tadi sudah ada stok obat-obatan yang dikirim helikopter BNPB dan Polda Sulsel. Ada nakes juga kami kirim untuk menambah tenaga di sana, jadi sudah diantisipasi," ujar Saleh.

4.800 Rumah Kesulitan Air Bersih

Banjir juga mengakibatkan suplai air bersih terganggu. Warga mengeluh karena kebutuhan air untuk dikonsumsi terbatas selama 6 hari pascabanjir.

"Tidak jalan air, dari hari kejadian (banjir bandang)," kata Sahira, warga Desa Malela, Kecamatan Suli saat ditemui wartawan, Rabu (8/5).

Saat ditemui di kediamannya, Sahira masih sibuk membersihkan lumpur yang terbawa banjir. Sahira terpaksa mengandalkan air hujan untuk dikonsumsi.

"Kami bersihkan rumah dari lumpur pakai air got, kita juga tampung air hujan untuk dimasak baru diminum. Mau diapa na tidak air," keluhnya.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWS-PJ) Suryadarma Hasyim menjelaskan, gangguan suplai air dipicu kerusakan intake PDAM Luwu imbas banjir. Perbaikan terhadap intake masih diupayakan.

"Jadi terjadi gangguan kerusakan terhadap sarana intake air baku setelah banjir bandang, jadi sekitar 4.800 rumah yang terdampak gangguan air bersih," kata Suryadarma.

Suryadarma menambahkan, pihaknya akan mengerahkan tiga pompa air untuk mengatasi masalah krisis air bersih. Dia mengaku kebijakan ini merupakan solusi jangka pendek sembari intake PDAM dibenahi.

"Kami merencanakan untuk pengadaan pompa air yang bersifat darurat untuk menangani sementara, nanti ada tiga unit dengan kapasitas 20 liter per detik, itu akan digunakan sementara untuk suplai ke PDAM," ujarnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Listrik Padam dan Stok Pangan Kurang

Warga mengeluhkan listrik masih padam dan stok pangan berkurang. Situasi ini membuat warga Desa Buntu Sarek di Kecamatan Latimojong terpaksa melakukan evakuasi secara mandiri dan meninggalkan kampung pada Rabu (8/5).

"Tidak ada mi juga penerangan lilin, banyak anak kecil butuh susu, makanya kita jalan kaki saja. Kalau tunggu heli pasti tidak dievakuasi kita," ucap seorang warga Desa Buntu Sarek bernama Ebi kepada detikSulsel.

Ebi bersama 9 warga lainnya terpaksa berjalan kaki sejauh 35 kilometer menuju posko pengungsian di Desa Kadundung. Medan yang ditempuh tidak mudah karena akses masih dipenuhi lumpur.

"Kira-kira 35 Km jaraknya, tadi mulai jam 8 pagi sampai di sini (posko) jam 2 siang, jadi 7 jam perjalanan. Jalannya berlumpur, mungkin ada puluhan longsoran selama perjalanan tadi," ucapnya.

Dia mengaku tidak bisa lagi menunggu lama penyaluran bantuan via udara di desanya. Mereka dipaksa keadaan untuk bergerak keluar dari wilayah terisolir karena stok logistik berkurang.

Ebi dan warga lainnya baru dijemput petugas saat tiba di posko Desa Kadundung yang lokasinya bisa dijangkau kendaraan. Mereka pun diungsikan di posko utama di Lapangan Andi Djemma, Kecamatan Belopa.

"Sudah 6 hari kita di desa tidak bisa keluar, jadi kita jalan kaki untuk ke Desa Kadundung. Nanti sampai di Kadundung baru petugas bawa kami di posko pengungsian," imbuh Ebi.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Sulsel Amson Padolo mengatakan, warga di Kecamatan Latimojong dievakuasi secara bertahap menggunakan helikopter. Namun dia tidak menampik ada juga warga yang melakukan evakuasi secara mandiri.

"Hari ini 240 warga terisolir di Latimojong sudah dievakuasi. Sekitar 37 orang yang evakuasi mandiri dengan berjalan kaki. Sisanya dievakuasi jalur udara," ungkap Amson.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Detik-detik Truk Tabrak Pagar Taman di Makassar gegara Rem Blong"
[Gambas:Video 20detik]
(sar/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads