Bupati Tana Toraja (Tator), Sulawesi Selatan (Sulsel) Theofilus Allorerung, akan melarang penggunaan pestisida untuk pembukaan lahan secara berlebihan. Theofilus menegaskan pengguna pestisida itu menjadi salah satu pemicu longsor yang menewaskan 20 orang belum lama ini.
Longsor di Tana Toraja terjadi di dua titik. Bencana longsor pertama terjadi di Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, Sabtu (13/4) sekitar pukul 23.30 Wita. Kemudian, longsor juga terjadi di Desa Randan Batu, Kecamatan Makale Selatan, Minggu (14/4).
"Petani kita ini memang ingin lebih instan, padahal penggunaan pestisida ini sudah salah satu memicu terjadinya bencana longsor. Makanya kita akan larang sekarang," kata Theofilus kepada detikSulsel, Rabu (17/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, struktur tanah di Toraja secara umum memiliki sedimen dan aluvial atau yang terdiri dari pasir dan lumpur. Sehingga, penggunaan pestisida di lahan pertanian warga membuat struktur tanah semakin labil dan rawan mengalami longsor.
"Apalagi perilaku dari warga kita yang masih terus melakukan penanganan lahan menggunakan pestisida secara berlebihan, ini menambah tanah semakin labil dan rawan longsor," ungkapnya.
Theofilus mengaku akan segera mengkaji regulasi terkait penggunaan pestisida melalui peraturan daerah (perda). Salah satunya, petani di lereng-lereng nantinya diwajibkan menggunakan metode terasering.
"Bagi petani yang bertani di lereng-lereng, harus menggunakan metode terasering. Benar, kita akan kaji itu untuk dijadikan Perda," ucapnya.
Theofilus menambahkan, bencana longsor yang melanda dua kecamatan di Tana Toraja hingga menewaskan 20 korban jiwa baru pertama kali terjadi. Dia pun meminta warga Tana Toraja tetap waspada mengingat intensitas hujan masih terjadi untuk beberapa hari ke depan.
"Baru terjadi ada korban jiwa sebanyak ini. Makanya ini sebaiknya menjadi peringatan bagi kita semua untuk menjaga lingkungan hidup, jangan melakukan alih fungsi hutan dan sebagainya. Warga tetap harus waspada karena ini hujan terus," ujarnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Pj Gubernur Sulsel SInggung Kondisi Alam
Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin menduga longsor di Tana Toraja terjadi karena kondisi alam atau lahan yang menurun. Dia juga mengatakan bahwa longsor sebelumnya terjadi di Palopo, Luwu dan Toraja Utara.
"Saya terus mengimbau warga Sulsel khususnya Tana Toraja, karena alamnya Sulsel ini sangat rawan longsor dan banjir, alamnya kita yang sudah menurun kemampuannya," kata Bahtiar kepada wartawan, Minggu (14/4).
Bahtiar mengaku menyadari kondisi alam Sulsel menurun sejak tahun lalu. Dia mengambil kesimpulan tersebut setelah melihat fenomena kekurangan air saat terjadi kemarau yang melanda beberapa daerah di Sulsel dan saat musim hujan terjadi banjir hingga longsor.
"Jadi sebenarnya saya sudah sadar dari tahu lalu. Karena pada musim kemarau saya lihat beberapa wilayah kesulitan air bersih, lahan-lahan kering di mana-mana. Nah pada musim hujan terjadi longsor dan banjir, kalau kita tanya apa penyebabnya jawabannya sederhana, karena sudah tidak ada pohon yang mengikat tanah," ucapnya.
Bahtiar menuturkan pihaknya akan segera mencari solusi untuk mengatasi kondisi tersebut agar tidak menimbulkan korban jiwa lagi. Selain itu, dia juga meminta masyarakat untuk sadar dan bersama-sama menjaga lingkungan.
"Saya kira ini tantangan bagi kita, harus cari solusi jangka pendek, menengah dan panjang, itu yang harus kita lakukan. Paling utama itu menjaga warga kita dari ancaman bahaya. Jadi kita harus punya kesadaran yang sama untuk menjaga lingkungan, mungkin kami juga akan melakukan upaya-upaya edukasi di masyarakat," ujarnya.
Simak Video "Video: 3 Tersangka Kerusuhan DPRD Makassar Terancam Dipenjara Seumur Hidup"
[Gambas:Video 20detik]
(asm/asm)