Hal itu disampaikan oleh Bahtiar usai melakukan sidak pasar dan kunjungan ke Gudang Bulog di Kabupaten Takalar, Rabu (17/1). Bahtiar mengatakan pihaknya berniat agar salah satu daerah di Sulsel punya pasar yang buka setiap hari.
"Temuan kami di lapangan, dan saya juga baru tiga bulan di sini. Tidak semua kabupaten yang memiliki pasar yang tiap hari. Jadi biasa pasarnya itu dua kali seminggu, tiga kali seminggu. Nah, memang harapan kita ke depan ada satu pasar yang bisa untuk setiap hari," kata Bahtiar kepada wartawan, Rabu (17/1/2024).
Bahtiar menyebutkan bakal mengkomunikasikan hal ini bersama Pj Bupati Takalar Setiawan Aswad ke Kemendag. Dia berupaya agar Kemendag membangun satu pasar di Takalar yang dapat beroperasi setiap hari.
"Saya dan Pak Bupati berkomunikasi untuk cari solusi. Bagaimana ke depannya ada pasar yang bisa kita bangun. Kita juga mohon bantuan dengan Kementerian Perdagangan supaya bisa ada satu pasar di Takalar. Yang bisa menjadi relatif tiap hari. Ini memang tantangannya beberapa daerah di Sulsel, bukan hanya Takalar," bebernya.
Dia menuturkan pasar keliling sering dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam rangka memantau pergerakan harga dan ketersediaan pasokan bahan pokok di pasaran. Namun menurut Bahtiar, dengan kehadiran pasar yang buka setiap hari akan meringankan kinerja TPID.
"Oleh karenanya, yang dilakukan Pak Bupati dan TPID harus ada tim mobile. Karena kan pasarnya keliling nih. Jadi ini tantangan kita ke depan," tuturnya.
Bahtiar menambahkan beberapa daerah di Sulsel memang punya pasar yang beroperasi setiap hari. Hanya saja, pasar tersebut harus dijangkau ratusan kilometer oleh masyarakat.
"Bahkan mungkin di daerah yang sangat luas wilayahnya, walaupun ada pasar harian tapi jaraknya bisa sampai ratusan kilo. Jadi mobile ini sangat penting untuk kita. Itu menjadi temuan, catatan kita," sebutnya.
"Kita jalan begini, sekaligus melihat tantangan apa sih yang harus kita formulasikan ke depan. Supaya masalah ini lebih mudah penanganannya," lanjut Bahtiar.
Selanjutnya, dalam sidak pasar itu, Bahtiar mendapatkan harga cabai sudah turun hingga Rp 20 ribu per kilogram. Dia mengatakan harga tersebut sudah cukup stabil.
"Pantauan kita tadi relatif harga secara keseluruhan cukup stabil. Dan sangat stabil malah. Bahkan (harga) cabai tidak pedas lagi. Sudah sangat turun, tinggal Rp 30 ribu sampai Rp 25 ribu," ucapnya.
Dia menuturkan harga itu sudah sangat pas dan menguntungkan bagi petani maupun pembeli. Bahtiar mengaku ketersediaan bahan pokok merupakan hal paling penting dalam menjaga inflasi daerah.
"(Jangan) Terlalu murah juga supaya petani kita juga punya harga. Saya kira itu sudah, masyarakat untung, pembeli juga. Kemudian bawang merah juga stabil. Tapi yang penting jumlahnya, barangnya ada," pungkasnya.
(ata/hsr)