Puskesmas Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) diduga terlambat melakukan perawatan sehingga menyebabkan wanita yang sedang kritis, Andi Juheriani (32) meninggal dunia. Tudingan dari keluarga pasien itupun dibantah pihak puskesmas.
Diketahui, wanita yang disapa Andi Ani itu meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Bone, Senin (4/12/2023) pada pukul 18.15 Wita. Pasien disebut sudah dalam kondisi sekarat saat dirujuk ke rumah sakit.
"Kondisi korban memang sudah sekarat saat dibawa ke rumah sakit. Korban sempat dilayani di perawatan intensif, namun meninggal pada pukul 18.15 Wita," ungkap Humas RSUD Tenriawaru Andi Dedy Astaman, Selasa (5/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala UPTD Puskesmas Cina Andi Hasnah ogah disalahkan atas meninggalnya pasien itu. Hasnah berdalih pihaknya sudah memberikan pelayanan sesuai standard operating procedure (SOP).
"Kami pihak puskesmas, telah berupaya melakukan tindakan medis sesuai SOP dan kapasitas kami di puskesmas," tegas Hasnah dalam keterangannya, Kamis (7/12).
Hasnah beralasan sudah mengerahkan pelayanan semaksimal mungkin. Kendati begitu, pihaknya memohon maaf jika masih ada kekurangan
"Dalam pemberian pelayanan kami telah berusaha semaksimal mungkin. Namun jika masih ditemukan kekurangan, tentunya kami dari pihak puskesmas memohon maaf yang sebesar-besarnya," ucapnya.
Kronologi Versi Puskesmas Cina
Hasnah pun membeberkan kronologi penanganan Andi Ani di Puskesmas Cina. Pasien tersebut mulanya masuk UGD Puskesmas Cina dengan keluhan demam dan muntah pada Minggu (3/12) malam.
"Pasien segera diberikan penanganan awal dipasangkan infus serta dilaporkan ke dokter penanggung jawab dengan response time kurang dari 5 menit. Dokter memberikan terapi dengan obat injeksi dan obat oral," beber Hasnah.
Andi Ani menjalani rawat inap sembari dilakukan kontrol berkala. Keesokan harinya, perawat yang menindaklanjuti kondisi Andi Ani lantaran dokter penanggung jawab (DPJP) sedang melakukan pelayanan poli rawat jalan.
"Keesokan harinya pasien di-follow up oleh perawat keadaannya sudah tidak demam dan tidak muntah. Saat Senin (4/12) pagi hari, dokter penanggung jawab melakukan pelayanan di poli rawat jalan lebih dahulu karena kebetulan saat itu pasien poli sudah membeludak antrean di atas 50," ujarnya.
Situasi itu menyebabkan dokter tidak sempat melakukan visite atau kunjungan ke pasien rawat inap. Apalagi dari laporan terakhir yang diterima DPJP, pasien rawat inap di Puskesmas Cina saat itu masih dalam kondisi stabil.
"Saat pukul 9 pagi lewat, perawat melaporkan ke dokter bahwa pasien Andi Ani tiba-tiba sesak setelah dari kamar mandi," tutur Hasnah.
Hasnah melanjutkan, perawat lalu memberikan terapi oksigen kepada Andi Ani. Pemeriksaan saturasi oksigen hingga pemeriksaan jantung dilakukan perawat karena dokter belum juga bisa melakukan pengecekan langsung.
"Pukul 11.00 Wita dokter belum melakukan visite rawat inap karena sementara melakukan pelayanan gawat darurat di UGD. Karena, ada pasien KLL (kecelakaan lalu lintas) dengan kesadaran menurun yang juga membutuhkan penanganan dan butuh rujukan ke RS segera," ucapnya.
Hasnah mengatakan dokter penanggung jawab baru bisa melakukan visite rawat inap pada pukul 12.00 Wita. Situasi yang belakangan ditanggapi berbeda oleh keluarga pasien karena dokter dianggap lambat melakukan pengecekan.
Namun dokter yang tiba langsung memeriksa Andi Ani. Hasnah menyebut pasien dilaporkan dalam kondisi sadar namun mengeluh mengalami sesak napas.
"Dokter pun memberikan instruksi pemeriksaan laboratorium segera dan memberi tahu pasien dan keluarga bahwa pasien Andi Ani rencana akan dirujuk segera ke RS untuk penanganan lebih lanjut," beber Hasnah.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Hasnah menuturkan, pihaknya saat itu sudah mempersiapkan proses administrasi untuk merujuk Andi Ani ke RSUD Tenriawaru. Namun tanpa diduga, keluarga pasien tiba-tiba membawa Andi Ani tanpa persetujuan pihak puskesmas.
"Saat petugas melakukan persiapan rujukan (dilakukan persiapan dokumen rujukan dan proses sisrute RS), pihak keluarga tiba-tiba membawa pasien tanpa persetujuan petugas dengan infus yang masih terpasang," ungkapnya.
Andi Ani pun dibawa paksa ke RSUD Tenriawaru Bone oleh keluarga pasien sendiri. Hasnah menyayangkan kejadian ini lantaran keluarga pasien lantaran enggan bekerja sama dengan pihak puskesmas.
"Kami dari pihak puskesmas menyesalkan tidak adanya komunikasi yang dibangun keluarga pasien dengan tindakan sepihak yang dilakukan," imbuh Hasnah.
Keluarga Pasien Geram Diabaikan
Sementara keluarga pasien, Wiwin mengaku pihaknya sejak awal telah meminta agar Andi Ani dirujuk ke RSUD Tenriawaru. Pasalnya, permintaan keluarga agar dokter mengecek langsung kondisi Andi Ani tidak kunjung direspons.
"Kami minta rujukan, tetapi perawat menyampaikan bahwa rujukan bisa dikeluarkan setelah puskesmas tidak mampu menangani. Sementara pasien belum pernah mendapatkan penanganan langsung dari dokter," ucap Wiwin saat dikonfirmasi, Kamis (7/12).
Wiwin pun membantah pernyataan pihak Puskesmas Cina yang menyebut keluarga pasien tidak melakukan komunikasi. Keluarga kata dia, sudah berupaya melaporkan kondisi pasien namun perawat tidak memberikan kejelasan.
"Saya bantah kalau dikatakan tidak ada komunikasi yang dibangun dari kami. Sementara sebelum mengalami sesak, dari pagi kami melapor ke perawat dengan keluhan perut, tapi perawat menjawab tunggu saja dokter," tambahnya.
Dia melanjutkan, pihak keluarga sudah kehabisan kesabaran. Keluarga pasien gerah bolak-balik meminta agar Andi Ani segera diperiksa lebih lanjut oleh dokter.
"Saat itu perawat bilang tunggu dulu diperiksa dokter, jadi kami tunggu. Setelah itu beberapa saat kemudian kami melapor lagi dengan keluhan yang sama dan perawat hanya menjawab sebentar," ucapnya.
"(Alasan dari perawat) karena dokter masih melayani pemeriksaan pasien rawat jalan di depan, sementara dokter yang bertugas hari itu hanya satu," sambung Wiwin.
Keluarga pasien yang geram dengan pelayanan Puskesmas Cina, terpaksa membawa Andi Ani keluar dari ruang perawatan. Keluarga tidak mau lagi menunggu, sementara Andi Andi sudah dalam kondisi kritis.
"Sehingga kami berinisiatif membawa pasien ke RSUD Tenriawaru, karena kalau menunggu rujukan dari Puskesmas Cina pasien akan lebih lama lagi tersiksa," keluhnya.
Simak respons DPRD Bone di halaman selanjutnya.
DPRD Bone Usut Dugaan Kelalaian Puskesmas Cina
DPRD Kabupaten Bone pun turun tangan mengusut dugaan kelalaian Puskemas Cina sehingga menyebabkan Andi Ani meninggal dunia. Pihaknya akan memanggil kepala puskemas dan tenaga medis yang bertugas melakukan perawatan.
"Pasti akan dikejar (klarifikasi) pihak Puskesmas Kecamatan Cina. Bukan hanya Kepala Puskesmasnya, bahkan yang ikut menangani proses masuk UGD hingga dikirim ke RSUD Tenriawaru," ujar Ketua Komisi IV DPRD Bone Andi Ryad Baso Padjalangi kepada detikSulsel, Selasa (5/12).
Ryad menegaskan perkara ini harus diusut tuntas lantaran berkenan dengan nyawa seorang warga. Dia mengancam akan memberikan tindakan tegas jika pihak puskesmas terbukti melakukan pelanggaran.
"Ini perlu diusut. Kalau memang ini karena kelalaian nakes atau karena telat dilayani harus ada tindakan tegas," tegas legislator Bone Fraksi Golkar ini.
Ryad pun menyesalkan adanya peristiwa tersebut. Dia mengatakan insiden itu seharusnya tidak terjadi saat Pemkab Bone tengah menggencarkan program Universal Health Coverage (UHC) yang mempermudah masyarakat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
"Kita sudah UHC, cukup dengan KTP saja untuk berobat. Kalau pun harus dirujuk tidak perlu lama, karena yang intinya adalah penanganan pasien yang diutamakan," tandasnya.