Meningkatnya Kasus HIV Bone yang Didominasi Pria Penyuka Sesama Jenis

Meningkatnya Kasus HIV Bone yang Didominasi Pria Penyuka Sesama Jenis

Agung Pramono - detikSulsel
Selasa, 05 Des 2023 07:20 WIB
Blood sample positive with sexually transmitted diseases: HIV, HBV, HCV, Syphilis
Foto: Getty Images/iStockphoto/jarun011
Bone -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengungkap kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Bone terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah pengidap virus tersebut didominasi oleh pria penyuka sesama jenis atau homoseksual.

Sekretaris Dinkes Bone drg Yusuf Tolo mengatakan setidaknya ada 64 orang yang saat ini diidentifikasi terkena HIV. 52 orang di antaranya adalah laki-laki dan 12 orang lainnya adalah perempuan.

"Data terbaru kami sebanyak 64 orang yang terinfeksi HIV. Laki-laki 52 orang, dan wanita 12 orang," ujar drg Yusuf Tolo kepada detikSulsel, Sabtu (2/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut mereka yang terinfeksi HIV belum dinyatakan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Sehingga mereka pun juga tidak dirawat di rumah sakit.

"Paling banyak gay. Tetapi, mereka itu yang terinfeksi HIV belum berstatus AIDS, mereka juga tidak dirawat di rumah sakit," bebernya.

ADVERTISEMENT

Yusuf menuturkan 64 orang yang terjangkiti HIV itu disebabkan oleh perilaku yang berisiko saat melakukan hubungan. Kini, mereka disebut sedang dalam proses pengobatan Antiretroviral (ARV).

"Penyakit HIV yang rentan menular melalui hubungan seks utamanya waria artinya melalui lubang dubur yang rentan berdarah. Sementara ini dalam program pengobatan ARV," jelasnya.

Dia pun mengimbau agar warga yang merasa terkena virus itu untuk segera melakukan pemeriksaan. Yusuf mengatakan pihaknya juga intens berkoordinasi dengan pihak lainnya terkait penanganan dan pendeteksian virus HIV ini.

"Sebaiknya melakukan pemeriksaan jika seandainya tertular HIV. Karena selama ini kami rutin melakukan pertemuan dengan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD)," tuturnya.

Yusuf juga meminta supaya masyarakat lebih berhati-hati dalam melakukan hubungan agar tak terkena HIV. Dia juga berharap masyarakat lainnya tidak melakukan tindakan diskriminatif terhadap pengidap HIV-AIDS.

"Mari kita jauhi virusnya tetapi jangan diskriminatif sama penderita HIV-AIDS. Senantiasa berperilaku aman terhadap risiko penularan HIV," bebernya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

25 Orang Pengidap HIV/AIDS Meninggal Tahun Ini

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Bone, pada tahun 2020 warga yang meninggal karena HIV/AIDS sebanyak 20 orang. Kemudian pada 2021 ditemukan 51 kasus dan tidak ada yang meninggal.

Namun beranjak ke tahun 2022, pengidap HIV/AIDS langsung meningkat menjadi 87 kasus dengan jumlah kematian 27 orang. Lalu tahun 2023 sampai bulan November ini, tercatat ada 64 kasus dengan 25 orang meninggal.

Yusuf menjelaskan, kasus HIV/AIDS ini adalah fenomena gunung es yang terdeteksi hanya pada permukaannya saja. Tetapi dasarnya masih luas dan berpotensi banyak kasus yang belum terdeteksi.

"Hanya permukaan saja yang bisa dideteksi. Banyak yang terkena namun tidak mau memeriksakan diri," katanya.

Di sisi lain, Yusuf mengatakan Pemkab Bone saat ini fokus menerapkan strategi fast track, yakni 90 persen masyarakat tahu apa itu HIV/AIDS. Dengan demikian, kata dia, angka pengidap HIV/AIDS di Bone dapat terkontrol dan dideteksi penyebarannya.

"90 persen yang sudah tahu mau melakukan screening terutama yang berisiko, 90 persen yang sudah tahu statusnya mendapatkan obat dan minum secara teratur. Kemudian 90 persen yang berobat tersebut dapat terkontrol dan menekan konsentrasi virus dalam tubuhnya," bebernya.

Simak tanggapan DPRD Bone di halam selanjutnya...

DPRD Bone Minta Pemkab Gencar Skrining

Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Bone Andi Akhiruddin menyoroti 25 orang meninggal akibat kasus HIV/AIDS. DPRD meminta Pemkab Bone untuk menggencarkan skrining.

"Dinkes Bone untuk mencegah penyebaran HIV harus memasifkan skrining HIV. Dinkes juga harus memperluas layanan testing HIV di puskesmas dan rumah sakit," ujar Andi Akhiruddin kepada detikSulsel, Senin (4/12).

Akhiruddin mengatakan layanan testing HIV dilakukan agar bisa mendeteksi kasus HIV sejak dini. Deteksi dini dapat mendorong pemantauan awal yang membantu keselamatan nyawa pasien.

"Penderita HIV memang harus dipantau dengan ketat. Selain itu Dinkes juga harus membentuk petugas penjangkau untuk melakukan edukasi dan skrining HIV pada kelompok berisiko dengan sasaran waria, apalagi data yang paling banyak terkena HIV adalah lelaki yang suka sesama jenis," katanya.

Hal senada disampaikan Ketua Komisi IV DPRD Bone dr Andi Ryad Baso Padjalangi. Menurutnya, berdasarkan data Dinkes soal jumlah penderita HIV yang meningkat harus digencarkan pencegahan. Jika tidak dilakukan secara konkret, penyebaran HIV/AIDS bisa menjadi bom waktu.

"Kasus HIV/AIDS di Bone termasuk tinggi karena meningkat setiap tahun. Hal ini tentu saja membutuhkan penanganan khusus sebelum menjadi bom waktu," ucapnya.

Selain itu, Ryad juga meminta perlunya keterlibatan semua pihak untuk mengkampanyekan bahaya HIV/AIDS. Menurut dia, hal ini harus di bawah koordinasi KPAD.

"Masyarakat perlu diedukasi. Perlu kemampuan khusus dalam kampanye pencegahan dan penyuluhan tentang HIV/AIDS ini. Upaya ini juga harus dilakukan dengan semua stakeholder terkait, tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri," jelasnya.

Halaman 2 dari 3
(hsr/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads