Wanita di Bone Meninggal Diduga Telat Ditangani, Begini Versi Puskesmas Cina

Wanita di Bone Meninggal Diduga Telat Ditangani, Begini Versi Puskesmas Cina

Agung Pramono - detikSulsel
Kamis, 07 Des 2023 17:05 WIB
Puskesmas Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Sulsel.
Foto: Puskesmas Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Sulsel. (Dok. Istimewa)
Bone -

Pihak Puskesmas Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali memberikan klarifikasi terkait wanita sakit dan kritis, Andi Juheriani (32) meninggal diduga karena lambat mendapat pelayanan. Puskesmas Cina menegaskan sudah melakukan penanganan pasien sesuai standard operating procedure (SOP).

"Terkait masalah ini, perlu kami sampaikan bahwa pasien telah ditangani sesuai SOP puskesmas," ujar Kepala UPT Puskesmas Cina Andi Hasnah dalam keterangannya, Kamis (7/12/2023).

Menurut Hasnah, almarhumah Andi Juheriani awalnya dirawat di IGD Puskesmas Cina pada Minggu (3/12) malam dengan keluhan demam dan muntah. Pasien yang disapa Andi Ani itu lalu diinfus dan dikontrol dokter penanggung jawab dengan waktu respons kurang dari 5 menit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dokter memberikan terapi dengan obat injeksi dan obat oral. Keesokan harinya pasien di-follow up oleh perawat keadaannya sudah tidak demam dan tidak muntah," katanya.

Selanjutnya pada Senin (4/12) pagi, pasien yang awalnya dilaporkan dalam kondisi normal tiba-tiba sesak napas. Namun dokter penanggung jawab belum bisa melakukan pengecekan lantaran melakukan pelayanan di poli rawat jalan yang antreannya sudah membeludak.

ADVERTISEMENT

"Saat jam 9 lewat, perawat melaporkan ke dokter bahwa pasien Andi Ani (Andi Juheriani) tiba-tiba sesak setelah dari kamar mandi," ucap Hasnah.

Tim medis Puskesmas Cina lantas melanjutkan penanganan sementara dengan pemeriksaan saturasi oksigen dan pemeriksaan jantung. Saat itu Andi Ani juga tetap dipasangkan selang oksigen.

"Pukul 11.00 Wita dokter belum melakukan visite rawat inap karena sementara melakukan pelayanan gawat darurat di UGD. Karena, ada pasien KLL (kecelakaan lalu lintas) dengan kesadaran menurun yang juga membutuhkan penanganan dan butuh rujukan ke RS segera," ucapnya.

Karena kondisi itu, dokter penanggung jawab baru melakukan visite rawat inap terhadap Andi Ani sekitar pukul 12.00 Wita. Saat diperiksa, Andi Andi disebut dalam keadaan sadar penuh meski masih mengeluh sesak.

"Dokter pun memberikan instruksi pemeriksaan laboratorium segera dan memberi tahu pasien dan keluarga bahwa pasien Andi Ani rencana akan dirujuk segera ke RS untuk penanganan lebih lanjut," beber Hasnah.

Namun keluarga pasien tiba-tiba hendak membawa paksa Andi Ani. Padahal proses administrasi untuk rujukan ke rumah sakit sementara dipersiapkan.

"Saat petugas melakukan persiapan rujukan (dilakukan persiapan dokumen rujukan dan proses sisrute RS) pihak keluarga tiba-tiba membawa pasien tanpa persetujuan petugas dengan infus yang masih terpasang," tambahnya.

Pihaknya pun heran dengan sikap keluarga pasien. Dia menyesalkan tindakan keluarga yang dianggap bertindak sendiri tanpa melakukan komunikasi lebih dulu.

"Kami dari pihak puskesmas menyesalkan tidak adanya komunikasi yang dibangun keluarga pasien dengan tindakan sepihak yang dilakukan. Kami pihak puskesmas, telah berupaya melakukan tindakan medis sesuai SOP dan kapasitas kami di puskesmas," terangnya.

"Dalam pemberian pelayanan kami telah berusaha semaksimal mungkin. Namun jika masih ditemukan kekurangan tentunya kami dari pihak puskesmas memohon maaf yang sebesar-besarnya," sambung Hasnah.

Tanggapan Keluarga Andi Ani atas Penjelasan Puskesmas Cina

Sementara keluarga Andi Ani, Wiwin membantah keluarga tidak melakukan komunikasi dengan pihak puskesmas. Saat itu kata dia, perawat cuma mengatakan jika Andi Andi mengeluh sakit perut.

"Saya bantah kalau dikatakan tidak ada komunikasi yang dibangun dari kami. Sementara sebelum mengalami sesak, dari pagi kami melapor ke perawat dengan keluhan perut, tapi perawat menjawab tunggu saja dokter," ucap Wiwin dalam keterangan terpisah, Kamis (7/12).

Wiwin mengaku keluarga sudah berkali-kali meminta pasien segera dirujuk ke rumah sakit namun lambat mendapat respons. Pasalnya kondisi Andi Andi dianggap sudah memprihantinkan.

"Saat itu perawat bilang tunggu dulu diperiksa dokter, jadi kami tunggu. Setelah itu beberapa saat kemudian kami melapor lagi dengan keluhan yang sama dan perawat hanya menjawab sebentar, karena dokter masih melayani pemeriksaan pasien rawat jalan di depan, sementara dokter yang bertugas hari itu hanya satu," ungkapnya.

Tidak kunjung mendapat respons dari dokter puskesmas, keluarga pun sepakat merujuk Andi Ani ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru. Keluarga gerah lantaran dokter tidak kunjung mengecek kondisi Andi Ani.

"Kami minta rujukan, tetapi perawat menyampaikan bahwa rujukan bisa dikeluarkan setelah puskesmas tidak mampu menangani. Sementara pasien belum pernah mendapatkan penanganan langsung dari dokter," bebernya.

Keluarga Andi Ani mengaku sangat kecewa dan menyayangkan pelayanan yang diberikan pihak Puskesmas Cina. Padahal pihak keluarga sudah berulangkali melapor ke petugas medis terkait kondisi Andi Ani yang kritis.

"Sehingga kami berinisiatif membawa pasien ke RSUD Tenriawaru, karena kalau menunggu rujukan dari Puskesmas Cina pasien akan lebih lama lagi tersiksa," sambung Wiwin.

Andi Ani dilaporkan meninggal dunia pada Senin (4/12) pada pukul 18.15 Wita. Pasien meninggal usai dibawa ke RSUD Tenriawaru dalam kondisi kritis.

"Kondisi korban memang sudah sekarat saat dibawa ke rumah sakit. Korban sempat dilayani di perawatan intensif, namun meninggal pada pukul 18.15 Wita," ucap Humas RSUD Tenriawaru Andi Dedy Astaman, Selasa(5/12).




(sar/asm)

Hide Ads