5 Khutbah Jumat tentang Hari Santri, Ajak Pemuda Bangun Negeri

5 Khutbah Jumat tentang Hari Santri, Ajak Pemuda Bangun Negeri

Niken Dwi Sitoningrum - detikSulsel
Kamis, 19 Okt 2023 21:00 WIB
Indonesian Muslims pray for the safety of the Palestinian people during a Friday prayer at Abu Bakar Ashshiddiq Mosque in Jakarta, Indonesia, Friday, Oct. 13, 2023. As violence and tensions increase in the Gaza Strip with Israeli airstrikes after an unprecedented Hamas attack, Islamic leaders in Indonesia, the worlds most populous Muslim-majority nation, appealed to all mosques across the country to pray for peace and safety for the Palestinian people. (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Ilustrasi (Foto: AP/Achmad Ibrahim)
Makassar -

Peringatan Hari Santri akan dirayakan pada 22 Oktober 2023 mendatang. Peringatan tersebut secara rutin diselenggarakan tiap tahunnya demi mengenang para santri yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Selain melalui upacara atau rangkaian kegiatan khusus, semangat Hari Santri juga dapat disemarakkan melalui khutbah Jumat. Para khatib dapat menyampaikan pesan-pesan bertema santri untuk mengajak para pemuda turut membangun negeri.

Nah, berikut ini 5 khutbah Jumat tentang Hari Santri yang bisa jadi pilihan para khatib. Simak yuk!

Khutbah Jumat Hari Santri #1

"Peringatan Hari Santri dan Jihad Era Saat Ini"

Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

ADVERTISEMENT

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.

Kaum Muslimin jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah,
Peringatan Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober merupakan momen di mana Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari mencetuskan fatwa Resolusi Jihad. Resolusi Jihad itulah yang menggerakkan seluruh elemen bangsa terutama para ulama dan santri untuk mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer Belanda jilid dua yang membonceng Sekutu.

Hingga pada puncaknya, terjadilah pertempuran yang luar biasa di Surabaya pada 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, para ulama dan santri berjihad dengan sinaan (senjata). Setelah kemerdekaan berhasil direbut dan dipertahankan, maka saatnya kini para santri berjihad dengan bayaan (menyebarluaskan ilmu). Marilah kita teladani Kiai Hasyim yang bukan hanya pejuang kemerdekaan tapi juga pejuang ilmu dan keaswajaan.

Pondok Pesantren Tebuireng adalah bukti otentik dari jihaad bil bayaan yang beliau lakukan. Bentuk lainnya adalah puluhan karya tulis dalam berbagai bidang keilmuan Islam yang menjelaskan tentang ajaran dan nilai keislaman terutama keaswajaan dan ke-NU-an.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam khutbah yang singkat ini, khatib akan menguraikan secara singkat beberapa butir pemikiran Kiai Hasyim Asy'ari tentang keaswajaan yang kami rangkum dari berbagi karya tulis beliau. Dengan mengetahui beberapa pemikiran Kiai Hasyim, diharapkan kita dapat melanjutkan perjuangan keilmuan dan keaswajaan beliau.

Pertama, Kiai Hasyim Asy'ari menegaskan aqidah tanziih, yakni bahwa Allah tidak menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya, Allah bukan benda dan Mahasuci dari sifat-sifat benda, Allah tidak menempati tempat dan arah, serta tidak berlaku bagi-Nya peredaran masa.

Kedua, beliau menjelaskan kebolehan bertawasul dengan orang-orang shalih seperti para nabi, ahlul bait, dan para wali, baik ketika mereka masih hidup ataupun sesudah meninggal, bahkan beliau sendiri sering bertawassul dalam karya-karyanya.

Ketiga, beliau juga menegaskan bahwa melakukan perjalanan untuk ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW adalah termasuk sunnah yang disepakati oleh umat Islam dan perbuatan taat yang sangat agung serta memiliki keutamaan yang sangat dianjurkan. Beliau juga menganjurkan agar peziarah bertabarruk dengan melihat raudhah dan mimbar Nabi.

Keempat, KH Hasyim Asy'ari juga menegaskan kewajiban bermazhab bagi seseorang yang bukan mujtahid mutlak meskipun telah memenuhi sebagian syarat-syarat ijtihad. Mazhab yang bisa diikuti pada dasarnya adalah mazhab siapa pun asalkan pendirinya adalah seorang mujtahid mutlak. Karena memang para ulama mujtahid mutlak bukan hanya pendiri mazhab empat seperti Sufyan ats-Tsauri, Sufyan bin 'Uyainah, Ishaq ibn Rahawaih dan lainnya.

Namun, KH Hasyim Asy'ari menegaskan bahwa sekelompok ulama mazhab Syafi'i menyatakan tidak boleh bertaklid kepada selain imam mazhab empat karena beberapa alasan teknis. Oleh karenanya, orang yang keluar dari mazhab empat di zaman sekarang termasuk kelompok ahli bid'ah (mubtadi'ah).

Kelima, dalam menyikapi perbedaan pendapat antara empat mazhab dan perbedaan dalam intern mazhab Syafi'i, Kiai Hasyim Asy'ari menegaskan bahwa hal tersebut lumrah. Sudah maklum bahwa ikhtilaf (perbedaan) dalam furu' telah terjadi di antara para sahabat Rasulullah. Mereka tidak pernah saling menyesatkan.

Keenam, KH Hasyim Asy'ari juga mengikuti mayoritas ulama yang membagi bid'ah menjadi bid'ah wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah. Beliau menegaskan bahwa menggunakan tasbih, melafalkan niat (membaca ushalli), talqin mayit, sedekah untuk mayit, tahlilan, ziarah kubur, dan semacamnya adalah bid'ah yang baik, bukan bid'ah yang sesat.

Ketujuh, menurut Kiai Hasyim, para pelaku bid'ah (al-mubtadi'uun) muncul di Indonesia pada sekitar tahun 1330 H. Ahli bid'ah tersebut menurut beliau terbagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut: Para pengikut Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi (pendiri Wahhabi), Ibnu Taimiyah dan kedua muridnya Ibnul Qayyim dan Ibnu Abdil Hadi Kelompok Rafidhah, yaitu mereka yang menolak kekhilafahan sayyidina Abu Bakr dan melampaui batas dalam mencintai Sayyidina Ali dan ahlul bait.

Kelompok Ibaahiyyuun, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa jika seseorang telah mencapai derajat tinggi dalam ibadah, maka boleh baginya meninggalkan kewajiban dan melakukan perkara haram.

Para penganut paham reinkarnasi, para penganut paham huluul dan ittihaad, yaitu kelompok yang meyakini bahwa Allah menempati sebagian makhluk-Nya dan kelompok yang meyakini bahwa Allah bersatu dengan alam. Menurut Kiai Hasyim, lima kelompok tersebut bukanlah golongan yang benar sehingga wajib diwaspadai dan dijauhi.

Kedelapan, dalam Muqaddimah al-Qaanuun al-Asaasi Li Jam'iyyah Nahdhatil Ulamaa', setelah menjelaskan tentang pentingnya persaudaraan, persatuan, guyub rukun, bekerja sama dan saling tolong menolong dan bahaya perpecahan. KH Hasyim mengingatkan para ulama mazhab empat akan bahaya golongan-golongan yang menyimpang yang telah berkonsolidasi dalam berbagai perkumpulan dan menyebutkan beberapa hadits dan atsar tentang hal itu.

Salah satu hadits yang beliau sebutkan:


قَالَ رَسُـوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :إِذَا ظَهَرَت الفِتَنُ وَالبِدَعُ وَسُبَّ أَصْحَابِيْ فَلْيُظْهِرِ العَالِمُ عِلْمَهُ، فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ (أخرجه الخطيب البغدادي

Artinya: Jika muncul berbagai fitnah, bid'ah dan para sahabatku dicaci maka hendaklah seorang ulama menampakkan ilmunya (menjelaskan dan menyebarkannya kepada masyarakat), jika ia tidak melakukannya maka ia terkena laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. (HR al-Khathib al-Baghdadi)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat Hari Santri #2

"Syukur, Cinta Tanah Air, dan Hari Santri"

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama memperkuat dan meningkatkan komitmen ketakwaan kita pada Allah swt dengan terus menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Kita harus menyadari bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini dengan misi utama untuk beribadah dan menyembah Allah SWT. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Ad-Dzariyath ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."

Kepatuhan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT ini menjadi barometer suksesnya kita mengemban misi utama dari Allah. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya, menerima apa yang telah ditakdirkannya, menerima atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Allah tentukan untuknya. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena ke semuanya adalah dengan kehendak Allah SWT.

Selain komitmen ketakwaan, marilah kita juga senantiasa memanjatkan rasa syukur pada Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat yang tak bisa dihitung satu-persatu dalam kehidupan kita ini. Mudah-mudahan nikmat yang senantiasa kita syukuri ini akan terus ditambah oleh Allah SWT yang Maha Pemurah dan Penyayang. Jangan sampai kita menjadi insan yang kufur atas nikmat Allah sehingga kita akan mendapatkan azab yang besar sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 7:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Beribadah dan bersyukur menjadi keniscayaan untuk terus dipertahankan dan diperkuat dalam kehidupan kita di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimana tidak? Saat ini bisa kita rasakan sendiri bahwa kita dan seluruh umat beragama di Indonesia bisa beribadah dengan tenang dan nyaman tanpa gangguan dan larangan. Tidak seperti di negara yang penuh dengan konflik dan peperangan. Mereka harus beribadah dalam kecemasan dan rasa was-was karena desingan peluru dan bom yang terus mengancam keselamatan hidup mereka.

Kita sudah menikmati karunia Allah yang luar biasa ini berupa kemerdekaan melalui washilah para pejuang yang telah berkorban jiwa dan raga. Sehingga, sudah menjadi kewajiban kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah dalam wujud menjaga kedamaian dan ketenangan dalam suasana kemerdekaan ini. Terlebih beberapa waktu lalu, tanggal 22 Oktober 2023 kita memperingati Hari Santri, kita harus mengingat perjuangan para ulama, kiai, dan santri yang memiliki kontribusi besar dalam kemerdekaan Indonesia.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Penetapan Hari Santri yang kita peringati hari ini adalah merupakan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 pada 15 Oktober 2015. Hari Santri merupakan supremasi perjuangan para santri dan ulama pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat itu, NICA (Netherlands Indies Civil Administration) membonceng tentara Sekutu (Inggris) hendak kembali menduduki Indonesia dalam Agresi Militer Belanda II pasca kekalahan Jepang oleh Sekutu setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

Hal ini menunjukkan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukanlah akhir perjuangan. Justru perjuangan makin tidak mudah ketika bangsa Indonesia harus menegakkan kemerdekaan karena upaya kolonialisme masih tetap ada. Ulama pesantren sudah melakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi perang senjata saat Jepang menyerah kepada Sekutu.

Benar saja, setelah Proklamasi Kemerdekaan, terjadi Agresi Militer Belanda kedua yang puncaknya adalah berupa pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Peperangan melawan agresi militer ini tidak terlepas dari pencetusan Fatwa Resolusi Jihad NU oleh KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad ini menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda ini.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Dari sejarah ini, kita juga bisa mengambil hikmah bahwa agama dan nasionalisme bisa saling memperkuat dalam membangun bangsa dan negara. Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Agama Islam memerlukan tanah air sebagai lahan dakwah dan menyebarkan agama, sedangkan tanah air memerlukan siraman-siraman nilai-nilai agama agar tidak tandus dan kering. Agama tanpa nasionalisme akan menjadi ekstrem. Sedangkan nasionalisme tanpa agama akan kering. Ulama menegaskan:

حُبُّ الْوَطَن مِنَ اْلِايْمَان

Artinya: "Nasionalisme adalah sebagian dari iman."

Kemudian di era kemerdekaan saat ini, perjuangan yang harus kita lakukan tentu berbeda dengan saat merebut kemerdekaan. Saat ini, cinta tanah air dapat diwujudkan melalui belajar tekun, menjaga lingkungan, saling menghormati dan menghargai sesama meskipun berbeda keyakinan. Kita juga bisa mengisi kemerdekaan dengan belajar agama kepada kiai atau ulama secara mendalam, dan berusaha agar keberadaanya mendatangkan manfaat untuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Terkait cinta tanah air, Allah SWT berfirman Al-Qur'an Surat an-Nisa' ayat 66:

وَلَوْ اَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اَنِ اقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ اَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ مَّا فَعَلُوْهُ اِلَّا قَلِيْلٌ مِّنْهُمْ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهٖ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَشَدَّ تَثْبِيْتًاۙ

Artinya:"Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu," ternyata mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan, niscaya itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)."

Dalam Tafsir al-Kabir, al-Imam Fakhruddin ar-Razi menyebutkan bahwa Allah menjadikan meninggalkan kampung halaman setara dengan bunuh diri. Hal ini menegaskan bahwa meninggalkan tanah air bagi orang-orang yang berakal adalah perkara yang sangat sulit dan berat, sama sebagaimana sakitnya bunuh diri. Jadi, cinta tanah air merupakan fitrah yang terhunjam sangat dalam pada jiwa manusia.

Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas tentang kisah yang menunjukkan kecintaan Rasulullah pada kota Madinah dan menjadi dasar disyariatkannya cinta pada tanah air.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا

Artinya: "Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah". (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi)

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Demikianlah beberapa hal yang patut menjadi renungan kita bersama untuk senantiasa meningkatkan rasa syukur dan memperkuat kecintaan kita pada tanah air di momen Hari Santri 2023. Semoga NKRI selalu dalam ridho dan lindungan Allah SWT sehingga kita bisa menjalankan misi utama ibadah kita kepada Allah dengan khusyuk dan penuh ketenangan dalam suasana kemerdekaan. Mari jaga kedamaian ini.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Khutbah Jumat Hari Santri #3

"Menjadi Santri yang Kuat"

Khutbah I

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا . ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه ذُوْالجَلالِ والاِكْرامِ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،ٍ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Di awal khutbah dan majelis yang mulia ini marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan perintah Allah SWT dengan ikhlas, khusyu, lagi penuh tawakkal juga menjauhi larangan Allah SWT. Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Kemarin kita semua memperingati Hari Santri Nasional (HSN) jatuh pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya. Penetapan Hari Santri Nasional dimaksudkan untuk mengingat dan meneladani semangat jihad para santri merebut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang digelorakan para ulama. Tanggal 22 Oktober merujuk pada satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan. Itulah sebabnya, keberadaan Hari Santri tidaklah merujuk pada kelompok atau pihak tertentu, melainkan pada seluruh umat Islam yang mengedepankan komitmen yang sama, yakni untuk menjaga keutuhan bangsa.

Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف (رواه مسلم)

Artinya: "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah".(HR.Muslim)

Dalam Al-Qur'an Surat Annisa: 9, Allah mengamanatkan agar kita takut terhadap generasi yang lemah:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS. An-Nisaa`: 9)

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Sebagai generasi penerus bangsa, santri harus multitalenta. Hiasi dan bekali dirinya dengan kekuatan maksimal yang dipersiapkan sebagai instrumen membangun kemakmuran bangsa dan negara. Setidaknya ada 5 kekuatan yang harus dimiliki santri:

Pertama, kuat aqidah. Seorang mukmin yang kuat aqidah dan tauhidnya, akan menjadi pribadi yang taat, saleh secara personal dan sosial, menjadi teladan umat, bermanfaat bagi masyarakat. Aqidahnya tetap kokoh tidak akan terpengaruh dengan perubahan zaman modern yang tanpa disadari mengikis keyakinan akidah kita secara perlahan-lahan. Kekuatan aqidah yang utama adalah menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dan yang kedua adalah menaati Allah dan Rasul-Nya:

وَاعۡبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشۡرِكُوۡا بِهٖ شَيۡــًٔـا

Artinya: "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun." (QS Annisa: 36)

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allâh dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu. [al-Anfâl/8:24]

Kedua, sehat fisik. Mukmin yang kuat secara fisik lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah secara fisik. Sebab, seorang mukmin yang fisiknya lebih kuat, tentu bisa melakukan berbagai macam aktivitas secara baik dan sempurna dibandingkan seorang mukmin yang lemah fisiknya. Shalat seorang yang memiliki fisik yang kuat agaknya lebih sempurna dari shalat seorang yang fisiknya lemah. Dan tentu saja Allah lebih menyukai amal yang dilakukan seorang hamba secara sempurna. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف (رواه مسلم)

Artinya: "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah". (HR.Muslim)

Agar fisik kita sehat maka harus ikhtiar menuju sehat di antaranya yaitu olah raga, tidur teratur, menjaga kebersihan, memiliki pengetahuan dampak suatu penyakit dan lain-lain.

Ketiga, kuat ilmu. Ilmu kunci segalanya, kunci membangun peradaban, kunci ketika kita ingin berbuat kebaikan, dan untuk melaksanakan apa yang Allah wajibkan pada kita. Rasulullah SAW bersabda:

ﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻷَﺧِﺮَﺓَ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَﻫُﻤَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ

Artinya: "Barangsiapa ingin memperoleh kebahagiaan hidup di dunia harus dengan ilmu dan barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan akhirat harus dengan ilmu dan barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat harus dengan ilmu." (HR Bukhari)

Dalam Al-Qur'an Allah berjanji akan mengangkat derajat orang yang berilmu:

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Artinya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. al-Mujadalah : 11)

Keempat, kuat ekonomi. Ekonomi adalah anasir vital untuk membangun peradaban, teknologi, juga mental bangsa. Maka untuk mendapatkannya harus bekerja keras. Santri tidak melulu mempelajari dan pandai agama. Tapi juga harus pandai membangun bisnis dan perekonomian sekaligus menjadi santri yang ekonom lagi taat dan saleh. Tidak sedikit Sahabat Rasulullah yang juga bergelimang harta berkat berwirausaha dan berdagang. Beberapa di antaranya adalah Abdurrahman bin Auf seorang pebisnis ulung yang ketika tiba di Madinah saat mengikuti hijrah Rasulullah tidak membawa uang sepeser pun, dan yang pertama kali ditanyakan adalah di mana letak pasar.

Dikutip dari alpontren.com (2013) total aset yang ditinggalkan beliau ketika wafat kurang lebih sejumlah 3,2 juta dinar atau dalam rupiah setara Rp. 6,2 Triliun. Selain itu ada juga Utsman ibn 'Affan salah satu sahabat yang dijamin masuk surga bersama Rasulullah yang ditaksir kekayaannya mencapai 2,5 triliun rupiah.

Dalam Al-Qur'an Allah telah banyak memerintahkan kita untuk bekerja keras mencari karunia-Nya. Seperti dalam surat Al-Jumuah ayat 10:

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."

Kelima, kuat semangat. Salah satu faktor penentu kesuksesan seorang santri adalah tekad dan hikmah yang kuat. Dengan tekad yang kuat akan mendapatkan jalan yang mudah dalam meraih kesuksesan seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah [2]: 63

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا ءَاتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa."

Kata quwat dalam ayat di atas bermakna tekad. Sebab, salah satu sikap bani Israel yang selalu dicela Allah, bahwa mereka tidak pernah memiliki keteguhan hati dan tekad dalam menjaga dan memenuhi janji yang telah mereka buat.

Jamaah Jumat rahimakumulluh,

Demikianlah khutbah ini. Mudah-mudahan khutbah ini dapat kita hikmati bersama dan semoga kita tercatat sebagai santri dan generasi yang memiliki multi kekuatan yang bermanfaat untuk kemajuan masyarakat bangsa, dan negara. Amin ya rabbal 'alamin.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِن شُرَكَآئِكُم مَّن يَفْعَلُ مِن ذَٰلِكُم مِّن شَىْءٍ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
. بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ , وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Khutbah Jumat Hari Santri #4

"Teladani Ulama dan Santri, Pertahankan Kedaulatan"

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada momentum yang mulia ini mari kita senantiasa meningkatkan dan menguatkan takwa kita kepada Allah swt dengan menjalankan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarangnya. Semoga kewajiban khatib menyampaikan wasiat takwa ini bukan hanya untuk menggugurkan rukun khutbah namun harus mampu kita alokasikan dalam kehidupan di dunia. Karena ketakwaan merupakan sebaik-baik bekal dalam mengarungi kehidupan yang tidak abadi ini.

Akhiratlah yang menjadi tempat abadi dan terbaik bagi kita sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-A'la ayat 17:

وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ

Artinya: "Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal".

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan ini, di mana kita masih diberikan kenikmatan yang terus mengiringi tarikan nafas kita, sudah menjadi keniscayaan untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang tak bisa kita hitung satu-persatu ini. Di antara nikmat yang kita rasakan tanpa ikut berjuang meraihnya adalah nikmat kemerdekaan di negeri tercinta kita ini. Kemerdekaan menjadi sebab kita bisa beraktivitas dan beribadah dengan tenang dan khusyuk. Kemerdekaan menjadikan kita jauh dari rasa takut sehingga mampu menjalankan roda kehidupan ini dengan baik.

Nikmat kemerdekaan ini merupakan buah manis dari perjuangan orang tua, pejuang, dan para pendahulu kita termasuk di dalamnya berkat perjuangan ulama dan santri. Mereka adalah elemen yang tidak bisa terpisahkan dari sejarah merdekanya Indonesia dari belenggu penjajahan. Oleh karena itu, sangat tepat sekali pemerintah memberi penghargaan sekaligus menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Sebuah bukti pengakuan pemerintah atas perjuangan para santri dan ulama pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Penetapan Hari Santri Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 ini berdasar sejarah saat NICA (Netherlands Indies Civil Administration) membonceng tentara Sekutu (Inggris) hendak kembali menduduki Indonesia dalam Agresi Militer Belanda II pasca-kekalahan Jepang oleh Sekutu.

Sejarah ini penting kita ketahui untuk menjadi bagian rasa syukur kita kepada Allah. Jangan sampai kita melupakan sejarah sehingga kita tidak bisa bersyukur. Allah telah mengingatkan bahwa jika kita bersyukur, maka nikmat akan ditambah. Sebaliknya, jika kita tidak pandai bersyukur maka kita tinggal menunggu azab-Nya yang pedih. Artinya jangan sampai kita lupa sejarah sehingga kenikmatan kemerdekaan ini akan dihilangkan dari negeri ini. Naudzubillah min dzalik. Sekali lagi kita harus ingat Ayat Al-Qur'an yang melandasi prinsip syukur dalam surat Ibrahim ayat 7:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: "(ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguh­nya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim: 7)

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Kita perlu ingat bahwa Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukanlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia. Dalam menjaga kemerdekaan tersebut, para ulama dan santri sudah menyiapkan diri jika ada pihak-pihak yang akan merebutnya kembali. Nyatanya, hal itu terjadi karena Indonesia menghadapi agresi Belanda II. Di saat itulah para pemuda Indonesia melalui Laskar Hizbullah, dan lain-lain sudah siap menghadapi perang dengan tentara sekutu.

Pertempuran mencapai puncaknya di Surabaya pada 10 November 1945 yang saat ini diresmikan menjadi Hari Pahlawan Nasional. Momen tersebut tidak terlepas dari dicetuskannya Fatwa Resolusi Jihad NU oleh KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad Kiai Hasyim Asy'ari menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda kedua yang membonceng Sekutu.

Resolusi Jihad berdampak besar dan menjadi penyemangat para santri dan masyarakat untuk ikut serta dalam pertempuran 10 November 1945. Bukan hanya di Jawa Timur saja. Di berbagai daerah juga dilakukan perlawanan oleh para santri terhadap penjajah seperti masyarakat di Semarang yang mengadakan perlawanan ketika tentara Sekutu memasuki ibu kota Jawa Tengah itu.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari proses perjuangan inilah, akhirnya Allah memberikan kemudahan kepada bangsa Indonesia untuk kembali meraih kemerdekaan. Masa-masa sulit yang dihadapi berganti dengan kemudahan. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam surat As-Syarh Ayat 5 dan 6:

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

Artinya: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sungguh sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Kemudahan dan kenikmatan yang sudah ada dalam genggaman tangan kita saat ini harus benar-benar kita pegang kuat dengan salah satunya meningkatkan kecintaan kita kepada tanah air. KH Hasyim Asy'ari sendiri telah menegaskan dengan sebuah maqalah yang sangat populer yakni: "Hubbul wathan minal iman" yakni cinta tanah air atau nasionalisme merupakan sebagian dari iman.

Kecintaan kepada tanah air juga dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari, juz III, halaman 23:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ المَدِينَةِ، أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا

Artinya: "Ketika Rasulullah hendak datang dari bepergian, beliau mempercepat jalannya kendaraan yang ditunggangi setelah melihat dinding kota Madinah. Bahkan beliau sampai menggerak-gerakan binatang yang dikendarainya tersebut. Semua itu dilakukan sebagai bentuk kecintaan beliau terhadap tanah airnya." (HR Bukhari)

Oleh karena itu Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan mulia ini, mari kita senantiasa berterimakasih kepada para ulama dan santri yang telah menjadi syuhada dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Mari teladani perjuangan mereka yang terbukti dalam sejarah menjadi bagian penting dalam mengobarkan semangat berjuang mengusir penjajah dari negeri Indonesia. Jasa mereka menjadikan bangsa Indonesia menikmati manis dan nikmatnya udara merdeka sehingga bisa beraktivitas dan beribadah dengan nyaman dan khusyuk.

Allah berfirman dalam Surat Luqman, ayat 12:

أَنِ اشْكُرْ للهِ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

Artinya: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri."

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat Hari Santri #5

"Menciptakan Orang Muda sebagai Pemimpin Masa Depan"

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الشّرَائِعَ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّمِعُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,

Segala puji milik Allah SWT. Alhamdulillah, berkat kenikmatan yang senantiasa Allah berikan kepada kita, nikmat iman, nikmat Islam, juga nikmat sehat wal afiat, kita dapat bertemu pada tempat suci ini untuk beribadah kepada-Nya sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang telah kita terima dari-Nya.

Shalawat dan salam, semoga tetap mengalir kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabi'in, dan juga kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya rabbal alamin.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Allah SWT memerintahkan kita untuk meningkatkan kepatuhan kita dalam menjalankan segala hal yang telah Ia wajibkan, dan senantiasa terus berupaya menghindari sesuatu yang Ia larang. Sudah seharusnya kita bertakwa kepada-Nya.

Dalam rangka meningkatkan ketakwaan itu, kita perlu untuk menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya, termasuk mempersiapkan orang muda yang akan menjadi penerus kita di masa yang akan datang. Tentu saja hal ini diperlukan dalam rangka mewujudkan kehidupan sosial yang lebih baik dan penuh harmoni ke depannya, terutama dalam menyongsong visi bangsa kita untuk menciptakan generasi Indonesia Emas 2045.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,

Orang muda, anak-anak kita, para pelajar dan santri merupakan aset besar bangsa ini yang perlu dirawat dan difasilitasi dengan baik. Kita tidak ingin masa depan mereka suram karena kondisi dan situasi yang kita ciptakan hari ini. Kesuksesan mereka di masa yang akan datang tentu tidak tercipta di waktu nanti saja, tetapi semuanya bermula dari sekarang ini yang akan menjadi masa lalu mereka.

Kita sebagai orang tua, guru, pemimpin di tingkatan masing-masing perlu untuk menciptakan kondisi terbaik hari-hari ini untuk masa depan cerah bagi mereka di masa yang akan datang. Peranan kita sangatlah penting untuk itu semua. Karenanya, kita tidak bisa menyepelekan waktu yang terus bergerak. Sedetik hari ini akan sangat berharga untuk waktu panjang mereka.

Karenanya, Allah SWT telah memberikan sinyal bagi kita bagaimana untuk tidak menciptakan generasi yang lemah di masa depan. Allah SWT mengingatkan hal tersebut supaya kita dapat menciptakan orang muda sebagai generasi Indonesia emas 2045 mendatang. Hal itu difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur'an surat an-Nisa ayat 9 berikut.

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا

Artinya: "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,

Dalam kitab Tafsir al-Thabari, dijelaskan bahwa yang dimaksud al-sadid dalam ayat di atas merupakan keadilan dan kebenaran. Artinya, hal tersebut menjadi kunci agar kita tidak khawatir terhadap masa depan mereka yang suram, selain ketakwaan kita kepada Allah SWT yang perlu untuk selalu ditingkatkan.

Keadilan, kebenaran, dan kejujuran menjadi bagian penting sebagai sikap kita. Itu merupakan mentalitas yang harus dibangun dalam diri kita dan orang muda yang menjadi pelanjut generasi emas di masa depan. Keadilan dalam bersikap ini juga mencakup dalam menghargai multikulturalisme yang ada di Bumi Pertiwi ini. Sebab, kita tahu, betapa Indonesia sangat kaya akan perbedaan, mulai dari bahasa, suku, etnis, hingga agama. Karenanya, Indonesia menekankan Bhinneka Tunggal Ika, meskipun kita memiliki latar belakang berbeda, tetapi kita berdiri dalam satu atap bernama Indonesia.

Sebab, Nabi Muhammad SAW bersabda.

لَا يُؤْمِنُ العَبْدُ حَتّى يُحِبَّ لِأخِيهِ ما يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Artinya: "Tidaklah seorang hamba beriman sehingga dia mencintai untuk saudaranya, sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri."

Hadits tersebut mengingatkan kita untuk saling menghargai pilihan masing-masing. Ketika kita saling mencintai dan menghargai, Insyaallah kehidupan harmonis akan tercipta. Dan kehidupan yang harmoni itu dapat mengantarkan kita untuk dapat tenang dan nyaman dalam berkarya, belajar, dan menjalani kehidupan. Dengan begitu, Indonesia Emas 2045 menjadi sesuatu yang sangat niscaya untuk kita wujudkan bersama.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,
Survei INFID Tahun 2021 mengenai Sikap Generasi Milenial dan Generasi Z Terhadap Toleransi, Kebinekaan, dan Kebebasan Beragama di Indonesia menunjukkan indeks yang positif dalam penghargaan orang muda terhadap keragaman, keagamaan, dan kebinekaan Indonesia. Hampir semua responden bersikap positif terhadap inklusivitas dalam masyarakat. Sikap inklusif ini mendasari usaha-usaha membangun hubungan baik antar warga.

Indeks positif ini tentu perlu untuk terus ditingkatkan. Kita semua harus bersinergi, baik para pemegang kebijakan, orang tua, guru, dan seluruh elemen masyarakat harus bersama-sama menjaga dan memperbaiki lingkungan kita dalam menciptakan suasana yang penuh keadilan dan kebenaran. Sikap kita ini menjadi cerminan dan dicontoh oleh anak dan murid kita nantinya.

Oleh karena itu, mari kita sama-sama berikhtiar dan berdoa untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, orang muda saat ini adalah pemimpin masa depan. Dan kita semua adalah pelaku dan aktor yang menciptakan cita-cita tersebut dapat terwujud. Semoga kita semua dapat mencapai cita-cita luhur itu sehingga Indonesia semakin maju dan kita semua menjadi individu dan bangsa yang bermartabat di dunia maupun di akhirat. Amin ya Rabbal alamin.

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ

أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ

Demikianlah 5 khutbah Jumat dengan tujuan utama mengajak pemuda untuk bersemangat membangun negeri. Semoga bermanfaat ya, detikers!




(edr/urw)

Hide Ads