Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) mendesak kepolisian agar mengusut tuntas penganiayaan yang dialami oleh 3 kadernya di pelantikan HMI Komisariat Syariah Cabang Bone. Kejadian ini disebutnya sebagai tindakan yang tidak bermoral.
"Penganiayaan yang dialami oleh 3 kader PMII merupakan suatu bentuk tindakan yang tidak bermoral tak berpendidikan dan merusak citra besar organisasi. Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan dan harus diusut tuntas," ujar Ketua PB PMII Arsyad kepada detikSulsel, Kamis (5/10/2023).
Arsyad mengaku kaget saat mendapat kabar bahwa kadernya dianiaya saat menghadiri undangan resmi di acara pelantikan HMI. Dirinya mengimbau kepada seluruh kader untuk tidak gegabah dalam mengambil tindakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mengimbau kepada seluruh sahabat, anggota, dan kader PMII se-Kabupaten Bone untuk tetap tenang dan tidak mencontoh tindakan kerdil tak bermoral seperti itu. Kita satu barisan untuk tegak lurus istiqomah mengamalkan Ilmu Ke-PMII-an kita," akunya.
"Salah satu poin Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII mengajarkan kita untuk menjaga baik hubungan dengan sesama Manusia. Sangat jelas kita berbeda dengan mereka yang bertindak tak manusiawi itu," sambung Arsyad.
Dia meminta kepada pihak kepolisian resort Bone untuk mengusut tuntas kasus ini agar tidak seenaknya saja mereka bertingkah di negeri hukum yang kaya dengan adab dan berperikemanusiaan ini. Kasus ini akan menjadi tolak ujur kepolisian bisa mengusutnya atau tidak.
"Kasus ini akan kita jadikan ukuran kualitas kinerja polisi apakah pihak Polres Bone bisa melakukan penanganan atau tidak. Harapan kita tentu mudah ditangani dan segera dituntaskan. Jika tidak, ini akan menjadi penilaian kita di PMII dan warga Nahdliyin bahwa kinerja kepolisian di Bone dipertanyakan," bebernya.
Ketua Umum PMII Cabang Bone Muhammad Akbar mengancam akan melakukan aksi besar-besaran dan mengepung Polres Bone. Hal itu akan dilakukan jika pelaku penganiayaan 3 kadernya belum ditangkap.
"Jika sekiranya pelaku pengeroyokan tersebut belum juga di temukan dan ditersangkakan maka kami dan seluruh kader PMII se-Indonesia akan melakukan aksi solidaritas," ujar Akbar yang dikonfirmasi terpisah.
Akbar menegaskan, pihaknya bersama Polres Bone telah menandatangani surat pernyataan aksi dan berjanji akan mengungkap pelaku secepatnya. Namun jika tidak, PMII akan turun dengan massa lebih banyak lagi.
"Saya dan seluruh kader PMII Bone berharap setelah tuntutan aksi kami di tandatangani maka secepatnya pelaku harus ditemukan dengan batas waktu hingga besok. Kami akan turun kembali dengan massa yang lebih banyak jika belum ditemukan pelakunya," tegasnya.
"Kami dan seluruh kader PMII se-Indonesia akan melakukan aksi solidaritas. Kami menuntut Kapolres Bone agar turun dari jabatan jika belum bisa mengungkap kasus ini karena dinilai tidak becus dalam menangani kasus," sambung Akbar.
Polres Bone Masih Penyelidikan
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Bone AKP Deki Marizaldi menuturkan, pihaknya baru menerima laporan dari korban penganiayaan. Kasus ini juga masih dalam penyelidikan.
"Masih kita lidik. Kita lengkapi dulu pemeriksaan saksi-saksi karena kemarin kita fokus ke korban dan saksi dari korban. Kalau untuk dari pihak sebelah kita sudah layangkan panggilan untuk hari ini hadir diambil keterangannya," ucap Deki.
Untuk diketahui tiga kader PMII Cabang Bone dianiaya di Gedung GGI, Jalan Jend Ahmad Yani, Kelurahan Macanang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Bone, Selasa (3/10) sekitar pukul 23.30 Wita. Ketiga korban di antaranya Ketua PMII Komisariat IAIN Bone Muh Khairul Akbar (19).
Khairul dianiaya bersama dua rekannya Ketua Kopri PMII IAIN Bone Eva Saslia (18) dan Sekum PMII Komisariat IAIN Bone Syawal Syaputra (19). Mereka mengalami dugaan tindak kekerasan saat menghadiri pelantikan pengurus HMI.
(sar/asm)