Ngeri! Ini yang Bisa Terjadi Jika Matahari Mencapai Akhir Hidupnya

Ngeri! Ini yang Bisa Terjadi Jika Matahari Mencapai Akhir Hidupnya

Tim detikINET - detikSulsel
Minggu, 10 Sep 2023 21:00 WIB
Gambaran bintang mati yang sudah ada di tahap akhir.
Foto: NASA
Jakarta -

Usia Matahari diprediksi sudah mencapai setengah dari hidupnya. Hal mengerikan bisa saja terjadi ketika Matahari sudah mencapai akhir usianya.

Melansir detikINET, ketika Matahari mencapai akhir hidupnya, ia akan mengembang, meledak, bahkan bisa saja melenyapkan bumi. Meski terdengar mengerikan, pesawat ruang angkasa Gaia milik badan antariksa Eropa ESA memprediksi itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat, melainkan lima miliar tahun lagi.

Dalam laporan Daily Mail, pesawat ruang angkasa Gaia telah menentukan usia matahari sekitar 4,57 miliar tahun dan dengan mengidentifikasi massa dan komposisinya, perangkat tersebut memperkirakan bagaimana Matahari akan berevolusi di masa depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya dijelaskan kepunahan tersebut akan terjadi ketika matahari berusia sekitar usia 10 hingga 11 miliar tahun ketika ia menjadi raksasa merah dan ukurannya bertambah secara signifikan dengan cepat.

Saat mencapai akhir masa hidupnya, maka matahari akan menjadi bintang katai putih redup yang lebih dingin dan menjadi bintang mati yang panas dan padat. Maka saat ini, Matahari dianggap 'paruh baya' dan stabil karena menggabungkan hidrogen menjadi helium.

ADVERTISEMENT

Gaia Mendekati Matahari

Gaia merupakan pesawat ruang angka milik ESA yang terletak sekitar 1,4 juta km dari Bumi. Dalam melaksanakan aktivitasnya di luar angkasa, Gaia membawa dua teleskop dan mendokumentasikan galaksi, serta mempelajari bintang-bintang untuk memprediksi masa depan.

Sudah sejak lama manusia percaya matahari akan menelan seluruh Bumi suatu saat ini. Namun, ESA mencoba menghilangkan ketakutan tersebut. Menurutnya, planet Bumi tidak akan hancur setelah mencapai usia delapan miliar tahun karena inilah waktunya untuk mencapai suhu maksimum.

Selanjutnya, Matahari akan mulai mendingin dan ukurannya akan bertambah dua kali lipat dibandingkan sekarang. Setidaknya hal tersebut akan terjadi sekitar dua miliar tahun kemudian dan lebarnya selebar 1,3 juta km.

Seorang astronom di Prancis bernama Orlagh Creevey yang bekerja dengan Gaia mengatakan bahwa penting untuk menemukan bintang yang mirip dengan Matahari sehingga kita dapat memahami bagaimana bintang tersebut cocok dengan alam semesta.

"Jika kita tidak memahami Matahari kita sendiri, dan ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentangnya, bagaimana kita bisa berharap untuk memahami semua bintang lain yang membentuk galaksi indah kita," kata Orlagh dalam pernyataannya.

Orlagh juga mengemukakan bahwa Matahari adalah bintang terdekat dan paling banyak terjadi. Akan tetapi, ia memiliki cara yang berbeda saat kita meneliti bintang-bintang lainnya.

"Ini adalah sumber ironi bahwa Matahari adalah bintang terdekat dan paling banyak dipelajari, namun kedekatannya memaksa kita untuk mempelajarinya dengan teleskop dan instrumen yang sangat berbeda dari yang kita gunakan untuk melihat bintang-bintang lainnya," lanjut Orlagh.

Selain itu, para peneliti mengungkapkan apabila kita meneliti bintang-bintang yang mirip dengan Matahari dan memiliki usia yang sama, maka kita dapat menjembatani kesenjangan observasi ini.

Pergerakan Matahari

Beberapa waktu belakangan, pergerakan Matahari menjadi sebuah aktivitas yang eksplosif. Tercatat Matahari beberapa kali melontarkan gas super panas yang energik dan bermangnet tinggi ke arah bumi.

Gerakan ini kemudian dikenal sebagai coronal mass ejection (CME), keluar dari bintik Matahari
AR3078, kemudian melahap lontaran sebelumnya yang dilepaskan sehari sebelumnya sehingga disebut lontaran kanibal.

Alhasil hal ini mengkombinasikan dengan medan magnet yang kusut dan plasma terkompresi serta gas yang sangat terionisasi menyebabkan badai geomagnetik yang kuat.

Selanjutnya CME bisa meluapkan miliaran ton material korona dari permukaan Matahari yang terdiri dari plasma dan medan magnet. Akibatnya hal tersebut dapat menyebabkan cuaca antariksa yang dapat mengganggu satelit dan jaringan listrik di Bumi, serta dapat membahayakan astronaut yang tidak terlindungi.

Lantas apa yang menyebabkan peningkatan aktivitas Matahari belakangan ini? Hal ini disebabkan karena saat ini Matahari sedang berada di fase paling aktif dalam siklus 11 tahunannya dan diprediksi akan mencapai puncaknya pada tahun 2024 mendatang.

Kemudian, berdasarkan hasil sebuah penelitian menunjukkan tingkat aktivitas Matahari yang terjadi saat ini hampir sama dengan 11 tahun yang lalu, pada titik yang sama pada siklus terakhir.




(asm/ata)

Hide Ads