Guru Sekolah Dasar (SD) berinisial PD (47) dan suaminya yang sakit strok, MS (51) di Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) diusir oleh kepala desa dari rumah yang merupakan bangunan fasilitas desa. PD sempat terjatuh hingga pingsan saat terlibat cekcok dengan kepala desa tersebut.
"Istriku dimarahi, diborongi (ramai-ramai), disuruh kosongkan tempat ini (rumah), bisanya seorang pemimpin dia bicara sama perempuan seperti itu. Di situ dia pingsan dan jatuh," kata MS kepada detikcom, Senin (31/7/2023).
Peristiwa itu terjadi di Desa Lahotutu, Kecamatan Wonggeduku Barat, Konawe, pada Jumat (28/7) sekitar pukul 10.00 Wita. MS menuturkan kepala desa dan aparat desa mendatangi tempat mereka dengan membawa linggis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka datang bawa linggis, kemudian istriku datang. Karena selama ini memang istriku ini yang tinggal di tempat ini," terangnya.
MS menuturkan kepala desa dan aparatnya marah-marah sambil meminta mereka angkat kaki dari tempat tersebut. Mereka beralasan bahwa bangunan yang ditempati akan dibuat kantor Bumdes.
"Tidak jelas alasannya mereka, pertama katanya mau jadi kantor desa, kedua mau dijadikan tempat aparat, terakhir dia datang pasangkan spanduk Bumdes," ungkapnya.
MS mengungkap istrinya merupakan guru di SD Negeri 3 Lambangi, Kecamatan Wonggeduku Barat sejak tahun 2004. Mereka kemudian menempati bangunan fasilitas desa itu sejak dua tahun terakhir atas izin kepala desa.
"Istriku ini mengajar di SD sebelahan dengan tempat ini. Karena rumah kami itu sekitar 20 kilometer dari sekolah, jadi dia sering terlambat," ujar dia.
"Saya bilang kalau disuruh paksa keluar, terus terang saya ini strok (ringan), tidak bisa kerja, kita tidak punya uang buat bayar orang pindahan. Kalau begitu bantu kasian keluarkan barang-barang. Nantipi katanya," jelasnya.
Terpisah, Kepala Desa Lahotutu, Umar membantah telah mengusir paksa keluarga MS dari rumah tersebut. Ia mengatakan aparat desanya sudah beberapa kali mendatangi MS untuk meminta pindah dan mengosongkan bangunan itu.
"Kalau diusir (paksa) itu tidak benar, sebelum itu sudah saya sampaikan kasi waktu satu minggu, saya sampaikan lagi secara kemanusiaan kalau belum ada tempat kasi lagi satu minggu. Saya minta agar cari tempat karena fasilitas itu mau dipakai," ujarnya.
Ia pun membenarkan bahwa dirinya lah yang mempersilakan PD untuk menempati tempat itu. Namun suatu saat pemerintah desa akan menggunakan bangunan itu, maka PD harus pindah.
"Terus terang saja tidak saya buat-buat, warga sudah tidak senang sama mereka, karena masyarakat beri secara kemanusiaan tapi mereka tidak tahu diri. Saya sudah tolong kasi tempat tinggal, tadinya mereka didukung dan sekarang sudah tidak lagi. Dan suaminya suka cari masalah," bebernya.
(hsr/sar)