PT Aneka Tambang Tbk (Antam) angkat bicara soal aksi demo warga di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berakhir ricuh. Pihaknya mengaku akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
"Sementara ini, Antam sedang berkoordinasi dengan stakeholder dan pihak terkait," ucap Corporate Secretary Antam Syarif Faisal Alkadrie dilansir dari detikFinance, Senin (6/6/2023).
Unjuk rasa tersebut diduga dipicu atas kebijakan PT Antam yang menghentikan aktivitas di Blok Mandiodo. Hal itu berdampak pada adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syarif menjelaskan PT Antam selalu mengevaluasi rencana kerjanya. Pihaknya mempertimbangkan aktivitas demi keselamatan kerja dan kesinambungan operasi perusahaan.
Pihaknya memperhatikan proyek pengembangan utama serta aktivitas eksplorasi. PT Antam juga mempertimbangkan wilayah Konawe Utara yang disebutnya sebagai objek vital nasional.
"Termasuk di wilayah Konawe Utara yang juga merupakan objek vital nasional," papar Syarif.
Syarif menambahkan pihaknya tetap memperhatikan keterlibatan warga lokal untuk pengembangan proyek di Konawe Utara. Perusahaan akan bersinergi bersama seluruh stakeholder.
"Hal ini dilakukan dengan mengedepankan kepatuhan pada peraturan yang berlaku, serta mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, guna mewujudkan keberlanjutan di sekitar wilayah operasi Perusahaan," imbuhnya.
3 Polisi dan 2 Warga Luka
Diketahui, unjuk rasa berujung adanya korban luka-luka tersebut berlangsung di kawasan pertambangan Blok Mandiodo PT Antam, Desa Mandiodo, Kecamatan Molawe, Senin (5/6). Massa dan polisi berbalas lemparan batu hingga tembakan gas air mata saat massa aksi memaksa masuk kantor PT Antam.
"Kalau laporan teman-teman di lapangan satu orang (warga massa aksi) berdarah di bagian kepala dan satunya luka-luka, saya belum tahu juga penyebabnya," ujar Koordinator massa aksi Jefry saat ditemui di lokasi, Senin (5/6).
Jefry mengaku massa menuntut pihak Antam memberikan penjelasan atas adanya karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini buntut pengoperasian di Blok Mandiodo yang dihentikan.
"Dampaknya banyak karyawan-karyawan yang di-PHK, ada sekitar 30 orang di-PHK akibat tertutupnya Blok Mandiodo," tegasnya.
Sementara Kapolres Konawe Utara AKBP Priyo Utomo mengungkapkan ada tiga personel yang mengalami luka-luka. Aparat tersebut terluka akibat adanya gesekan peralatan pengamanan saat kericuhan terjadi.
"Ada tiga orang tadi terluka karena pergerakan gesekan teman dengan teman karena tamengnya. Jadi hanya lecet-lecet saja tidak ada yang terlalu dikhawatirkan," jelasnya.
(sar/hsr)