Babi di Luwu Timur Dijual Murah Imbas Wabah AFS hingga Bangkai Berserakan

Ahmad Al Qadry - detikSulsel
Selasa, 16 Mei 2023 06:57 WIB
Foto: Temuan bangkai babi di Luwu Timur, Sulsel. (Dok. Istimewa)
Luwu Timur -

Peternak babi di Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan (Sulsel) merugi akibat banyak babi terpapar virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika. Peternak pun terpaksa menjual murah babi mereka yang masih sehat daripada mati percuma.

"Pokoknya mana yang bisa (dijual), sehat dari pada katanya mati percuma, tapi keadaan sehat dibawa pergi. Ukuran besar semua (babi), layak makan," kata Kepala Desa Panca Karsa, Eko Polabessy kepada detikSulsel, Senin (15/5/2023).

Eko mengatakan ada sekitar 400 ekor babi yang dijual murah di wilayahnya. Babi tersebut sebagian dijual ke salah satu perusahaan.


"400 lebih ekor babi di sini dijual murah, ada kebutuhan dari PT apa itu di Morowali yang Cina itu," kata Eko.

Lebih lanjut, Eko mengaku saat ini babi yang berada di Desa Panca Karsa tersisa 93 ekor saja. Ia pun menyarankan kepada peternak untuk menjual ternak babinya yang masih sehat.

"Sisa 93 ekor, sebenarnya karena belum terlalu jauh juga saat itu, cuma sudah mulai bergejolak keras di awal bulan 5, saya sarankan peternak mumpung ada masih sehat babinya, datang konsultasi ke rumah, saya lihat dulu, ini bisa, ini bisa, ini tidak bisa," jelasnya.

Bangkai Babi Berserakan di Irigasi

Menyebarnya flu babi Afrika mulai heboh setelah banyaknya bangkai babi berserakan di saluran irigasi. Sedikitnya ada 18 ekor bangkai babi yang ditemukan berserakan pada 3 desa di Lutim.

Awalnya, sebanyak 10 ekor bangkai babi ditemukan di Desa Rinjani, Kecamatan Wotu. Adapula 4 ekor lainnya ditemukan polisi di Desa Non Blok, Kecamatan Kalaena pada Senin (8/5).

Terakhir, 4 ekor bangkai babi juga ditemukan di Desa Lewonu, Kecamatan Burou pada Sabtu (13/5). Belakangan diketahui, babi itu mati karena flu babi Afrika atau virus ASF.

"Ya, untuk saat ini kami bisa simpulkan, kemungkinan besar penyebabnya dari virus ASF. Karena hampir semua yang mati menunjukkan gejala yang sama," kata Dokter hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lutim Gusti Ngurah, Sabtu (13/5).

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya...




(ata/hsr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork