Peternak Lutim Jual Murah 400 Babi ke Morowali gegara Virus ASF Mewabah

Peternak Lutim Jual Murah 400 Babi ke Morowali gegara Virus ASF Mewabah

Ahmad Al Qadri - detikSulsel
Senin, 15 Mei 2023 14:30 WIB
Temuan bangkai babi di Luwu Timur, Sulsel.
Foto: Temuan bangkai babi di Luwu Timur, Sulsel. (Dok. Istimewa)
Luwu Timur -

Peternak babi di Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan (Sulsel) terpaksa menjual murah babi peliharaannya akibat banyak yang mati terpapar virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika. Peternak menjual murah babi mereka karena takut semakin rugi.

"400 lebih ekor babi di sini dijual murah, ada kebutuhan dari PT apa itu di Morowali yang Cina itu," kata Kepala Desa Panca Karsa, Eko Polabessy kepada detikSulsel, Senin (15/5/2023).

Eko menjelaskan sebelum dilakukan proses penjualan, babi dites terlebih dahulu kesehatannya. Dia mengatakan para peternak tak ingin babi peliharaannya mati percuma.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pokoknya mana yang bisa, sehat dari pada katanya mati percuma, tapi keadaan sehat dibawa pergi. Ukuran besar semua (babi), layak makan," kata Eko.

Eko mengatakan saat ini babi yang berada di Desa Panca Karsa tersisa 93 ekor saja.

ADVERTISEMENT

"Sisa 93 ekor, sebenarnya karena belum terlalu jauh juga saat itu, cuma sudah mulai bergejolak keras di awal bulan 5, saya sarankan peternak mumpung ada masih sehat babinya, datang konsultasi ke rumah, saya lihat dulu, ini bisa, ini bisa, ini tidak bisa," ujar Eko.

14.756 Babi Mati Dalam Sebulan

Dokter hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lutim Gusti Ngurah sebelumnya menyebut penyebaran flu babi Afrika kini semakin ganas di Luwu Timur. Sebanyak 14.756 ekor babi yang mati hanya dalam satu bulan terakhir.

"Totalnya 14.756 (babi mati) di sebelas Kecamatan di Luwu Timur," kata Gusti.

Dia mengatakan angka kematian babi itu tersebar merata pada 11 kecamatan di Luwu Timur. Kematian tepatnya terjadi sejak April hingga 13 Mei 2023.

"(Kematian babi) yakni Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Tomoni Timur, Angkona, Malili, Towuti, Nuha, Wasuponda, Mangkutana dan Kaleana," kata Gusti.

Lebih lanjut, Gusti menjelaskan virus ASF pertama kali masuk di Indonesia terjadi pada 2019 di Sumatera. Sampai saat ini pun belum ditemukan obat untuk menangani virus tersebut.

"Kalau obatnya memang belum ada, vaksin belum ditemukan. Kita belum bisa bahas itu karena belum ada referensi dari pusat," ujar Gusti.

Sementara itu, Lutim sendiri termasuk salah satu wilayah di Sulsel dengan tingkat pemelihara ternak babi terbanyak. Hal ini karena beternak babi dijadikan sebagai pendongkrak ekonomi setelah sektor pertanian.

"Ada banyak sekali titik peternakan babi yang ada di Luwu Timur. Kalau yang masyarakat memelihara dalam jumlah banyak sekali anggaplah kita bilang Tomoni Timur," kata Gusti.




(hmw/hsr)

Hide Ads